Gerakan Pertanian ANALISA DATA

1 2006, praktek reklaiming dan okupasi telah mencapai angka lebih dari 150 ribu hektar yang saat ini telah dilakukan penataan dalam mode produksinya. Berbagai bentuk statistik diatas menunjukkan betapa gigihnya petani untuk bisa keluar dari kondisi ketidak adilan ini. karena tanah menjadi hak dasar mereka untuk menuju kehidupan yang makmur. Seperti semangat dari pembaharuan agraria reforma agraria itu sendiri yang menegaskan “land to the people and land to the tiller’s” tanah untuk rakyat lex generalis dan tanah untuk petani lex specialis.

5.4 Gerakan Pertanian

5.4.1 Pertanian berkelanjutan berbasis keluarga petani Pada era kekinian, masuknya kapitalisasi dalam dunia pertanian adalah suatu hal yang dapat menurunkan perekonomian keluarga petani, karena petani seakan terjebak kepada kondisi yang mengharuskan mereka untuk menjadi penyembah-penyambah capital pemodal. Seperti misalnya, harus membeli pupuk kimia, benih dan sebagainya. Hal diataslah menjadi semangat SPI untuk melakukan suatu penawar atas kondisi pertanian yang ada sehingga petani tidak terus-terusan menjadi penghamba capital dan dunia pasar. Pertanian berkelanjutan ialah suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian. Suatu mekanisme bertani yang dapat memenuhi kriteria yaitu sebagai berikut: 1 Keuntungan ekonomi; 2 Keuntungan sosial bagi keluarga tani dan masyarakat; Universitas Sumatera Utara 1 3 Konservasi lingkungan secara berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya pertanian berkelanjutan identik dengan pertanian organik. Pertanian berkelanjutan bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. Pertanian berkelanjutan merupakan tahapan penting dalam menata ulang struktur agraria dan membangun sistem ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi dalam kerangka pembaruan agraria. Seperti kutipan wawancara dengan Henry Saragih. “Untuk saat sini, tidak ada demokrasi untuk petani, dan kebebasan secara ekonomi bagi mereka, kalau kita menganalisis secara struktural kondisi kebangsaan di Indonesia. Dulu, pada saat Orba, kita memakai development model untuk menjaga situasi ekonomi untuk petani, tetapi semakin lama model yang dilakukan untuk petani adalah liberal, dan setelah era reformasi kondisi perekonomian kita semakin liberal dengan sebutan terkenalnya neoliberal. Ini semua menjadi pemicu SPI bergerak dengan kampanye pertanian berkelanjutan.” Pelaksanaan pertanian berkelanjutan bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan. Oleh karena itu, SPI mengistilahkannya sebagai “Pertanian berkelanjutan berbasis keluarga petani”, untuk membedakannya dengan konsep pertanian organik berhaluan agribisnis. Pertanian berkelanjutan merupakan tulang punggung bagi terwujudnya kedaulatan pangan. Sejauh ini, pengembangan dari pertanian berkelanjutan yang diwacanakan oleh DPW SPI Sumut ini telah berdiri dan dilakukan diberbagai daerah di Sumatera Utara. Seperti misalnya, kampanye perlawanan petani anggota DPW Universitas Sumatera Utara 1 SPI Sumatera Utara terhadap pertanian konvensional dengan cara pendirian demplot-demplot tanaman pertanian organik. Berikut tabel demplot pertanian organik milik anggota petani DPW SPI Sumatera Utara. NO. DAERAH TANAMAN KETERANGAN 1. Doulu Tanah Karo Cabai, Kol, Tomat Sudah dipasarkan untuk umum. 2. Pematang Jering, Batu Bara Padi, Cabai, Bayam Sudah dipasarkan untuk umum. 3. Sei Rotan, Deli Serdang Cabai, Tomat, Bayam Konsumsi kalangan petani SPI 4. Lobu Rappa Cabai, Tomat, Timun Konsumsi kalangan petani SPI 5. Basis SPI Sibuhuan, Padang Lawas Cabai, Padi, Tomat, Rosella Dipasarkan untuk umum dan kalangan petani SPI. Sumber DPW Serikat Petani Indonesia Sumatera Utara 5.4.2 Kedaulatan Pangan Sektor pangan tidak luput dari semangat perjuangan yang dilakukan oleh SPI, karena realitas keadaan pangan sangat tidak memihak kepada masyarakat petani serta semakin terancamnya rakyat untuk memnuhi kebutuhan pengannya. Berawal dari kondisi sulitnya rakyat mendapatkan akses pangan inilah DPW SPI Sumatera Utara menentang segala bentuk keadaan yang membuat petani jauh dari sumber-sumber pangannya. Seperti kutipan wawancara dari Wagimin. Universitas Sumatera Utara 1 “Semakin banyaknya ketidakadilan agraria dan munculnya perusahaan- perusahaan didesa mengakibatkan tidak terhindarnya konflik agraria terjadi antara masyarakat bawah dengan para kapital. Dengan adanya konflik tersebut petani tidak mendapatkan akses agraria untuk memakmurkan hidupnya. Bayangkan, bagaimana mungkin petani sejahtera sementara tidak mempunyai tanah atau lahan untuk digarap. Inilah yang menjadi semangat reklaming bagi petani. Ditambah orientasi kebijakan yang diberlakukan pemerintah adalah ekspor tanpa mementingkan kebutuhan domestik. Nah, yang kita inginkan adalah kedaulatan pangan untuk rakyat petani. Dan SPI turut mengambil peran agar hak-hak petani dapat terwujud agar tidak terpisah antara SPI dengan petani-petaninya. Dengan kondisi realita yang ada itulah, SPI selalu mengkampanyekan kedaulatan pengan dalam setia gerak organisasinya, Kedaulatan pangan adalah hak setiap bangsa dan setiap rakyat untuk memproduksi pangan secara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan perikanan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional. Terdapat tujuh prasyarat utama untuk menegakkan kedaulatan pangan, antara lain adalah: 1 Pembaruan Agraria; 2 Adanya hak akses rakyat terhadap pangan; 3 Penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan; 4 Pangan untuk pangan dan tidak sekadar komoditas yang diperdagangkan; 5 Pembatasan penguasaan pangan oleh korporasi; 6 Melarang penggunaan pangan sebagai senjata; 7 Pemberian akses ke petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian. Kedaulatan pangan merupakan prasyarat dari ketahanan pangan food Security. Mustahil tercipta ketahanan pangan kalau suatu bangsa dan rakyatnya tidak memiliki kedaulatan atas proses produksi dan konsumsi pangannya. Oleh Universitas Sumatera Utara 1 karena itu merupakan suatu keharusan bagi setiap bangsa dan rakyat untuk dapat mempunyai hak dalam menentukan makanan yang dipilihnya dan kebijakan pertanian yang dijalankannya, kapasitas produksi makanan lokal di tingkat lokal dan perdagangan di tingkat wilayah. 5.4.3 Hak Asasi Petani Keselamatan ummat manusia sangat ditentukan oleh usaha pertanian yang menghasilkan bahan pangan. Melindungi dan memenuhi hak-hak petani merupakan suatu keharusan untuk kelangsungan kehidupan itu sendiri. Namun kenyataannya pelanggaran terhadap hak asasi manusia bagi kaum petani sangat tinggi. Berbagai pelanggaran terhadap hak-hak petani terus berlangsung sejak dahulu sampai saat ini. Serikat Petani Indonesia SPI mencatat sekurang-kurangnya 260 petani anggotanya telah menjadi korban kekerasan dan penangkapan dari 37 kasus konflik agraria besar dalam rentang tahun 2001 hingga 2007. Sementara data Badan Pertanahan Nasional BPN menunjukkan, terdapat 2.810 kasus skala besar nasional. Lebih jauhnya, dari 2.810 kasus data BPN, FSPI mencatat 40 orang hilang, 76 orang ditangkap, 7.034 orang luka-luka dan mengungsi, serta 11 orang tewas. Secara praktis dapat dilihat bahwa konflik terbesar terjadi di wilayah perkebunan, kehutanan produksi, bendunganpengairan, pertambangan, sarana militer, kehutanan konservasihutan lindung, pertambakan, perairan, dan transmigrasi. Akibat dari pelanggaran hak-hak asasi petani, kini ratusan juta kaum tani hidup dalam keadaan kelaparan dan kekurangan gizi. Kelaparan dan kekurangan gizi tersebut disebabkan sumber-sumber pertanian banyak dikuasai segelintir Universitas Sumatera Utara 1 perusahaan transnational. Petani tidak lagi memiliki kebudayaan dalam mempertahankan dan memperjuangkan pertanian dan kehidupannya. Peran politik dan ekonomi rakyat petani semakin terpinggirkan. Seperti kutipan wawancara dengan Edi Suhartono berikut. “Untuk sekarang, Hak Asasi Petani menjadi isu yang sedang terwacanakan ditubuh organisasi SPI, karena ditingkat internasional, La via campessina sedang membahas ini bersama PBB. Sedangkan untuk di DPW SPI Sumut kita lagi merencanakan mendirikan PBHP atau Pusat Bantuan Hukum Petani untuk mendampingi petani ketika mereka dirampas hak-haknya dalam usaha pemenuhan kebutuhan mereka, disamping itu juga, hak asasi petani ini sangatb luas konteksnya, dimana sebenarnya petani haruslah sejahtera dan tercukupi akses untuk membuat dia sejahtera tersebut, keadilan bagi petani juga jadi bagian dari pemenuhan hak asasi petani.” Di tingkat internasional, pelanggaran hak asasi petani semakin sering terjadi karena tidak adanya kebijakan-kebijakan yang secara khusus melindungi dan memenuhi serta menegakkan hak-hak asasi petani. Kami menganggap sudah saatnya dikeluarkan konvenan Internasional Perserikatan Bangsa-bangsa PBB tentang Hak Asasi Petani. SPI secara aktif akan memperjuangkan terciptanya konvenan tersebut. Seperti yang diuraikan Edi Suhartono tadi diatas, bahwa di DPW SPI Sumut sedang menggagas untuk membuat suatu pusat perlindungan hukum untuk dapat membentengi petani SPI. Hal itu sebenarnya bagian follow up dari perjuangan ditingkat internasional yang sedang concern terhadap perlindungan Hak Asasi untuk petani. Pusat Bantuan Hukum Petani itu sendiri mempunyai visi adalah “Menentukan Arah Transisi Politik dan Transformasi Politik yang anti neoliberalisme dan Berkeadilan Gender dengan Berbasiskan Gerakan Rakyat Tani di Indonesia”. Adapun cara kerja badan ini secara prinsip wajib sejalan dengan prinsip-prinsip organisasi SPI. PBHP SPI dalam teknis operasionalnya bekerja Universitas Sumatera Utara 1 tetap pada koridor tertentu bersifat instruksional dimana berdasarkan keputusan organisasi, dan berkoordinasi serta konsultasi dengan SPI sebagai organisasi induk perjuangan kaum tani. 5.4.4 Perlawanan terhadap neoliberalisme Neoliberalisme adalah sebuah pola pemikiran politik ideologi} Barat yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi diatas segala-galanya. Dasar pemikirannya adalah bahwa yang lemah harus dikorbankan supaya yang kuat bisa berkembang dengan bebas, agar ekonomi nasional juga ikut berkembang. Penganut neoliberal beranggapan bahwa pada akhirnya yang miskin akan ikut mendapat manfaat dari ekonomi yang berkembang secara kapitalistik. Ideologi ini berdasarkan filsafat individualisme dan berusaha untuk menghapus unsur-unsur kemasyarakatan dan sikap gotong-royong. Ideologi ini sangat bertentangan dengan kebudayaan dan sistem kemasyarakatan di Indonesia. Dalam pola pemikiran neoliberal, peraturan-peraturan ekonomi harus menguasai sektor-sektor yang lain, bukan sebaliknya. Apa saja yang menghalangi perkembangan sektor ekonomi harus dihilangkan termasuk peraturan-peraturan dan undang-undang pemerintah. Akibatnya, negara terhambat dalam menjamin kesehatan rakyat, kesejahteraan, kedaulatan nasional dan melestarikan lingkungan hidup jika dianggap bahwa kebijakan-kebijakan itu menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat dari penerapan ekonomi neoliberal itu, dalam 20 tahun terakhir kesenjangan sosial semakin besar di hampir semua negara di dunia yang menerapkan kebijakan neoliberal. Universitas Sumatera Utara 1

5.5 Pembentukan Perjuangan Organisasi