Pendekatan melalui teori Marxist

1 adanya kekuasaan secara struktural negara. Sehingga mengambil jalan untuk mewujudkan tuntutan dengan berbagai macam metode perlawanan yang disajikan, mulai dari yang bersifat taat asas hukum sampai kepada sebuah usaha yang radikal progresif dalm payung hukum yang abnormal dalam implementasinya. Walaupun nantinya konsekuensinya yang terjadi harus melibatkan semua potensi material yang dimiliki oleh para pelaku gerakan sosial itu sendiri. Baik harta, tenaga maupun nyawa sekalipun untuk mewujudkan harapan keadilan bagi semua orang.

2.1.2 Pendekatan melalui teori Marxist

Dalam perspektif Marxisme tradisional perjuangan kelas ditempatkan pada titik sentral dan faktor esensial dalam menentukan suatu perubahan sosial. Masyarakat kapitalis dibagi menjadi dua kelas utama, yaitu kelas proletar kelas yang dieksploitasi dan kelas kapitalisBorjuis kelas yang mengeksploitasi. Oleh karena itu, dalam perspektif ini, masyarakat terdiri dari dua unsur esensial, yaitu dasar dan superstruktur. Unsur dasar base adalah faktor ekonomi, dianggap sebagai landasan yang secara esensial menentukan dalam perubahan sosial. Sedangkan superstruktur, adalah faktor pendidikan, budaya, dan ideologi yang berada di tempat kedua, karena faktor tersebut ditentukan oleh kondisi perekonomian. Dengan demikian, menurut pendekatan ini, perubahan sosial terkaji dikarenakan adanya perjuangan kelas, yaitu kelas yang dieksploitasi buruh berjuang melawan kelas yang mengeksploitasi kelas kapitalis. Universitas Sumatera Utara 1 Pendekatan yang digunakan dalam Marxisme tradisional tersebut di atas mendapatkan kritikan dari beberapa tokoh antiesensialisme dan nonreduksionis, termasuk Antonio Gramsci. Mereka menolak pendekatan bahwa kompleksitas yang terjadi di masyarakat hanya direduksi secara sederhana dengan hubungan sebab dan akibat. Setiap sebab itu sendiri merupakan sebuah akibat dan demikian pula sebaliknya. Inti pemikiran Antonio Gramsci adalah konsep hegemoni, yang kaitan dengan studi tentang gerakan sosial dan perubahan sosial. Dalam perspektif Gramscian, konsep organisasi gerakan sosial dikategorikan sebagai masyarakat sipil terorganisir. Konsep tersebut didasarkan pada analisis tentang kepentingan konfliktual dan dealektika atau kesatuan dalam keberbedaan antara Negara State dengan Masyarakat Sipil Civil Socoety. Masyarakat sipil terdiri dari berbagai bentuk masyarakat voluntir dan merupakan dunia politik utama, dimana semuanya berada dalam aktivitas ideologi dan intelektual yang dinamis maupun konstruksi hegemoni. Masyarakat sipil merupakan konteks dimana seseorang menjadi sadar dan seseorang pertama kali ikut serta dalam aksi politik. Dengan demikian, masyarakat sipil adalah suatu agregasi atau percampuran kepentingan, dimana kepentingan sempit ditransformasikan menjadi pandangan yang lebih universal sebagai ideologi dan dipakai atau diubah. Dalam konteks ini, bagi Gramsci masyarakat sipil adalah dunia dimana rakyat membuat perubahan dan menciptakan sejarah dengan dahulu menciptakan kesadaran kelas bagi mereka. Fakih, 2004 : 23. Menurut pernyataan Gramsci “semua orang adalah intelektual, maka seseorang dapat mengatakannya demikian; tetapi tidak semua orang memiliki fungsi intelektual dalam masyarakat”. Definisi intelektual tersebut adalah orang- Universitas Sumatera Utara 1 orang yang memberikan homogenitas dan kesadaran fungsinya kepada kelompok sosial utama. Intelektual memainkan peran dalam menyebarkan ideologi hegemonik kelas dominan yang dibentuk melalui informasi dan lembaga formal misalnya sekolah dan perguruan tinggi. Selanjutnya Gramsci berpendapat bahwa perjuangan kelas harus dilakukan dengan dua strategi utama, yaitu pertama, apa yang disebut dengan “perang manuver”, yaitu perjuangan mencapai perubahan jangka pendek dalam mengubah kondisi dalam rangka memenuhi kebutuhan praktis; kedua, “perang posisi” yang ditandai sebagai perjuangan kultural dan ideologis jangka panjang. Bagi Gramsci, tugas utama pendidikan adalah meyakinkan kelas bawah bahwa “yang dalam kepentingannya bukan tunduk kepada disiplin tetap dari kultur, tetapi mengembangkan konsepsi dunia dan sistem hubungan manusia, ekonomi, dan spiritual yang kompleks yang membentuk kehidupan sosial global”. Dengan demikian, peran kependidikan organisasi gerakan sosial, pendidik, dan pemimpin adalah mencakup pencapaian tujuan jangka pendek bersifat praktis dan tujuan jangka panjang bersifat ideologi untuk menghasilkan transformasi sosial. Upaya untuk memunculkan kesadaran dan pendidikan kritis termasuk yang dilakukan oleh organisasi gerakan sosial merupakan bagian terpenting dalam seluruh proses perubahan sosial atau transformasi sosial. Robert Mirsel menambahkan dari dua pendekatan diatas, bahwa dalam perkembangan teori-teori gerakan sosial selain adanya stimulus sebab-akibat dan organisasi sosial jua perlu adanya mobilisasi sumber daya dan rasionalitas dari setiap tindakan dalam gerakan kemasyarakatan. Serta menekankan perlunya menganalisa struktur-struktur didalam gerakan-gerakan itu berjalan. Lebih jauh Universitas Sumatera Utara 1 paradigma ini juga menaruh perhatian terhadap organisasi-organisasi gerakan. Namun paradigma marxis berbeda dari paradigma mobilisasi sumber daya dalam tiga hal. Pertama, paradigma ini lebih menaruh perhatian pada struktur-struktur yang ada, tidak semata-mata sebagai ruang lingkup sebuah gerakan tetapi lebih sebagai penyebab utama lahirnya gerakan kemasyarakatan. Sebuah gerakan tidak semata-mata merupakan cara-cara yang rasional dalam hubunganya dalam ruang lingkup gerakan sebagai sumber dari sumber-sumber daya atau dari perlawanan, tetapi juga merupakan tujuan yang rasional dalam upaya membaharui atau merubah struktur-struktur tersebut. Kedua, teori-teori marxis dalam analissi akhirnya menghubungkan struktur-struktur ini dengan kapitalisme sebagai bentuk sosial. Juga ketika membuat analisis tentang para elite kekuasaan Negara ataupun lokal, para haluan marxis ini mengaitkan struktur dengan sistem kapitalisme sebegitu luas. Ketiga, para penganut teori marxis cenderung menaruh perhatian kepada gerakan-gerakan yang bersifat revolusioner, sementara para penganut teori mobilisasi sumber daya cenderung mempelajari gerakan-gerakan pembaharuan. Mirsel, 2006 : 74 Oleh karena itu, kepentingan mendasar dalam sebuah aktivitas gerakan sosial ini diakibatkan oleh segelintiran orang dalam kelas tertindas yang tidak mendapatkan keadilan yang absolut dalam praktek kenegaraan, sehingga muncul suatu kontradiksi sikap untuk melawan semua hal yang diberi label ketidakadilan. Karena konsepsi dasar gerakan sosial ini berorientasi pada perubahan bentuk- bentuk struktural secara radikal. Keadaan ini menjadi opsi dari gerakan sosial yang melihat bahwa terjadi proses eksploitasi dalam struktur yang ada di masyarakat. Universitas Sumatera Utara 1

2.1.3 Pendekatan interaksionisme simbolik