P ELET B ETTENG
P ELET B ETTENG
O rang m aDura P OnTianak
Nur Hamidah
PELET Betteng, tradisi ini telah membudaya sejak dulu secara turun-temurun di kalangan orang Madura Pontianak. Pelet betteng berasal dari bahasa madura yang terdiri dari dua kata, yaitu pelet dan betteng. Pelet berarti pijit atau urut, sedangkan betteng berarti bengkak. Jadi pelet betteng adalah memijit atau mengurut perut wanita yang sedang bengkak (baca: hamil). Biasa disebut juga acara tujuh bulanan wanita yang hamil anak pertama. Ritual ini dilakukan oleh seorang dukun beranak.
Menurut ibu Nuryama, 1 biasanya upacara pelet betteng ini dilaksanakan ketika usia kehamilan mencapai 4 atau 7 bulan. Usia
4 bulan menurut ibu Nuryama dilaksanakan upacara pelet betteng karena pada usia 4 bulan ditiupkan roh ke jasad bayi oleh sang Khalik. Sedangkan usia 7 bulan dilaksanakan upacara pelet betteng karena usia 7 bulanan bayi telah sempurna bentuk tubuhnya. Pelet betteng ini dilakukan demi keselamatan bayi yang sedang dikandung. Orang madura Pontianak percaya bahwa dengan dilakukan
1 Wawancara di Pontianak, senin 16 maret 2015/19:00. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 91 1 Wawancara di Pontianak, senin 16 maret 2015/19:00. Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 91
Secara historis, 2 pelet betteng ini tidak ada dalam agama islam, dan diduga berasal dari agama Hindu yang disebut telonan, mitoni dan tingkepan. Dalam Kitab Hindu Upadesa halaman 6 disebutkan bahwa telonan, mitoni, dan tingkepan dilakukan untuk memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan). Acara ini sering juga dikenal dengan Garba Wedana (garba berarti perut, wedana berarti sedang mengandung).
Tingkepan dilakukan guna memanggil semua kekuatan alam yang tidak kelihatan tapi mempunyai hubungan langsung pada kehidupan sang bayi dan juga pada panggilan kepada empat saudara yang keluar bersama saat bayi dilahirkan bersama-sama diupacarai, diberi pensucian dan suguhan agar sang bayi mendapat keselamatan dan selalu dijaga oleh unsur kekuatan alam.
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dan disiapkan pada saat upacara pelet betteng adalah: (1) kain sarung dua helai, yang nantinya akan digunakan sebagai penutup badan perempuan dan suaminya yang akan diupacarai saat dimandikan; (2) air satu bak, yang akan digunakan untuk memandikan perempuan dan suaminya yang akan diupacarai; (3) bermacam jenis bunga yang berbeda, untuk dicampurkan kedalam bak air mandi. air yang dicampur bermacam jenis bunga (air komkoman) mengandung makna kesucian dan keharuman; (4) gayung, yang nantinya akan digunakan untuk memandikan perempuan hamil dan suaminya; (5) daun lanjuang, digunakan untuk memukul perempuan hamil dan suaminya; (6) tepong taber (tepung tawar) yang diberi warna kuning, biasanya warna dari kunyit kemudian disemprot dengan minyak wangi; (7) sebutir telur ayam yang masih mentah, untuk diijak oleh si perempuan hamil; (8) satu piring ketan kuning (nasek ponar) yang sudah dimasak, yang nantinya akan dimakan oleh si
2 Berdasarkan pendapat Abi Syakirah dalam artikel yang bersitus https://abisyakirah. wordpress.com/2013/10/22/acara-tujuh-bulanan-wanita-hamil- islamikah/(akses internet 17 Maret 2015).
92 Buku Pertama 92 Buku Pertama
Saat kehamilan telah mencapai 4 atau 7 bulan, maka pihak keluarganya akan menghubungi dukon rembik (dukun beranak) untuk memberitahukan dan memintanya menjadi pemimpin upacara pelet betteng. Selain itu pihak keluarga juga menyampaikan undangan secara lisan kepada para kerabat dan tetangga terdekat untuk menghadiri upacara pelet betteng tersebut. Sehari sebelum hari yang ditentukan, para tetangganya mendatangi rumah perempuan hamil untuk membantuya membuat kue khas madura yaitu kocor (cucur), tutul (dodol), tettel (kue yang terbuat dari ketan), becit (wajit) dan polot (ketan). Mereka sangat kompak membantu tetangganya itu. Kemudian pada hari yang ditentukan, para undangan datang untuk koncengan (kondangan/berkumpul) di rumah perempuan yang akan diupacarai dengan membawa satu sanggan beras (biasanya 1 Kg beras) yang akan diberikan kepada pihak keluarga si perempuan hamil. Sambil menunggu dimulainya upacara, para undangan disuguhkan makanan khas untuk upacara pelet betteng yaitu rocek (rujak bandung) yang terbuat dari bengkoang, nanas, mentimun dan kacang tanah, serta minuman cintul (cendol gula merah) serta disuguhkan cecen (kue khas madura) yang sudah disebutkan di atas. Tidak lupa juga para undangan dijamu dengan makanan pokok yaitu nasi. mereka pun makan secara bersama- sama.
Setelah acara makan bersama selesai, maka upacara pelet
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 93 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 93
agama Islam). Menurut bapak Yusri, 3 tujuan dibacakan surat yusuf adalah agar kelak jika bayi lahir berjenis kelamin laki-laki maka akan seperti tampannya wajah Nabi Yusuf, dan jika bayi lahir berjenis kelamin perempuan maka akan seperti cantiknya wajah Siti Maryam.
Sementara mereka membaca ayat-ayat Al-Quran, prosesi pelet betteng mulai dilaksanakan di dalam pangkeng (kamar). Dukon rembik (dukun beranak) mulai memelet atau memijat bagian perut perempuan hamil tersebut dengan menggunakan minyak kelapa. Pelet ini berfungsi untuk mengatur posisi bayi di dalam perut agar bayinya tidak nyungsang (terbalik). Saat si perempuan sedang dipelet, para keluarga khususnya bagi yang perempuan bergantian mendatangi dan mengusap perutnya sambil mendoakan untuk keselamatan bayi yang dikandungnya. Setelah pembacaan ayat suci Al-Quran selesai dilaksanakan, maka pak kyai memimpin doa dan diaminkan oleh para undangan.
Setelah selesai dipelet, si perempuan hamil memakai kain sarung begitu juga suaminya. Kemudian mereka duduk di teras depan rumah dengan posisi laki-laki lebih tinggi dari perempuan, ini menandakan bahwa seorang suami derajatnya lebih tinggi dari seorang istri. Kemudian dukon rembik memandikan mereka dengan air komkoman dan memukul-mukul sekujur tubuh perempuan hamil dan suaminya dengan daun lanjuang yang dilumuri tepong taber (tepung tawar) sambil menasehati mereka.
Saat proses mandi sedang berlangsung, para tamu undangan yang menyaksikan upacara turut serta memandikan dan memukul secara bergantian sambil menasehati mereka. Setelah selesai dimandikan, si perempuan hamil diminta untuk menginjak telur mentah dengan kaki kanan. Apabila telur berhasil dipecahkan
3 wawancara pontianak, jumat 27 maret 2015/22.00 pm. 94 Buku Pertama 3 wawancara pontianak, jumat 27 maret 2015/22.00 pm. 94 Buku Pertama
Ada beberapa nilai positif yang terkandung dalam ritual atau upacara pelet betteng, di antaranya nilai kebersamaan, nilai sedekah, nilai syukur, nilai gotong royong, dan nilai silaturahmi. Pertama, nilai kebersamaan. Nilai kebersamaan tercermin saat masyarakat makan secara bersama-sama ketika disuguhkan makanan. Kebersamaan tersebut yang membuat suasana upacara menjadi lebih meriah dengan bersenda gurau dan tawa mereka. Sehingga upacara pelet betteng ini tidak mudah terlupakan dalam jangka waktu panjang oleh masyarakat madura tersebut. Allah Swt. mengisyaratkan agar kita semua memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta melarang bercerai beraiseperti diisyaratkan dalam QS Ali-Imran ayat 103. Kedua, nilai sedekah. Nilai sedekah tercermin saat para tamu undangan disuguhkan makanan khas pelet betteng dan makanan khas madura serta makanan pokok. Mereka juga diberi satu sanggan nasi masing-masing ketika pulang ke rumahnya. Meskipun pada hari-hari biasanya mereka tidak mampu bersedekah kepada tetangganya, pada saat upacara inilah mereka dapat bersedekah kepada tetanganya yang datang pada saat upacara itu. Dalam upacara pelet betteng ini disamping bersedekah juga diisi pembacaan doa, dengan harapan si bayi dalam kandungan diberikan keselamatan serta ditakdirkan selalu dalam kebaikan kelak
di dunia, 4 sesuai firman Allah dalam QS al-A’raf ayat 189. Ketiga,
4 Chafidh, M. Afnan & Asrori, A. Ma’ruf, Tradisi Islami Panduan Prosesi Kelahiran-Perkawinan-Kematian (Surabaya: Khalista, 2006).
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 95 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 95
2. Kelima, nilai silaturahmi. Nilai silaturahmi ini tercermin dari berkumpulnya masyarakat yang datang ke rumah si perempuan hamil. Mereka saling bersalam-salaman dan saling bersenda gurau bersama. Rahmat Syafe’i mengatakan bahwa “silaturahmi artinya menyambung tali persaudaraan. Silaturahmi berpengaruh terhadap rezeki yang merupakan bekal hidup di dunia untuk mengabdi kepada-Nya. Selain itu, orang yang selalu menyambungkan tali silaturahmi akan dipanjangkan usianya dalam arti akan dikenang selalu. 5 Silaturahmi ini sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Selain menyambung tali persaudaraan antar sesama muslim, silaturahmi tentunya akan membuat kita memiliki banyak teman. Menurut Syamsul Rijal Hamid (2005:310), tujuan dari silaturahmi adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian serta agar saling tolong menolong dalam kebajikan, 6 dan sejalan dengan ini
Allah SWT, berfirman dalam Q.S. Ali Imran ayat 103, yang intinya bahwa sesama umat Islam dilarang saling membenci.***
5 Rachmat Syafe‘i, 2003. Al-Hadis: Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), hlm.207. 6 Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam (Bogor: Cahaya Salam, 2005), hlm. 310.
96 Buku Pertama