T raDisi L INGGANG K ANDUNG O RANG M ELAYU P UTUSSIBAU
T raDisi L INGGANG K ANDUNG O RANG M ELAYU P UTUSSIBAU
Hanafi
ISLAM berkembang pesat di Kapuas Hulu, sejak tahun 150 tahun lalu agama samawi ini diterima oleh penduduk setempat. Menjadi anutan mendampingi kepercayaan lama yang mereka miliki. Jumlah penduduk Islam mencapai 56 persen dari jumlah penduduk Kapuas Hulu, bahkan dialiran sungai umat islam di Kapuas Hulu mencapai 100 persen. Van Kessel asal orang Belanda, dia melewati ke Kapuas Hulu pertengahan abad ke-19 atau sekitar tahun 1840. Waktu itu dia melaporkan penduduk Selimbau, Embau, Silat, dll (dalam wilayah Kapuas Hulu sekarang) sudah memeluk agama Islam. Dia hanya menyebutkan diperkirakan orang–orang di sini masuk islam beberapa tahun sebelum kedatangannya.
Orang Melayu Putussibau beragama Islam dan masih mengandalkan tradisi lama di antaranya linggang kandung. Linggang kandung adalah buah dari akulturasi Islam dan budaya local masyarakat setempat. Kata linggang kandung adalah istilah masyarakat
melayu putussibau. Kegiatan ini turun-temurun dilakukan sejak
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 35 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 35
Beberapa alat/bahan yang menyertai prosesi linggang kandung:
1 2 (1) Beras putih; 3 (2) Beras kuning; (3) Telur ayam kampung; (4) Air yang dicampur dengan bedak; 4 (5) Kain 4 dan 8 lembar; (6) Mangkok atau wadah kecil; (7) Siken (pisau kecil) atau Gunting; 5 (8) Daun cabang juaran;
1 Beras putih yang digunakan dalam kegiatan linggang kandung ini jum- lahnya sebanyak bulan kehamilan si ibu kandung tersebut. Misalnya 4 bulan kehamilan maka jumlah beras putih tersebut 4 muk (4 canting), dan apabila kehamilan menginjak 8 bulan, maka jumlah beras putih 8 muk (8 canting). Beras putih ini sendiri dijadikan syarat di dalam linggang kandung. Kemudian makna nya belum diketahui secara jelas.
2 Beras kuning yang digunakan dalam kegiatan linggang kandung ini jumlah nya hanya sedikit dibandingkan beras putih, hanya setengah magkuk kaca saja. Beras kunig ini juga sebagai syarat, yang di taburkan diatas kepala suami istri tersebut.
3 Telur yang digunakan dalam linggang kandung ini adalah telur ayam kampung atau telur hilir. Yang jumlahnya hanya 1 butir saja. Tidak di perbo- lehkan menggunakan telur hilir. Sebagai syarat dalam prosesi ini, kemudian maknanya belum diketahui secara pasti juga. Karena kekurangan informasi.
4 Syarat yang keempat adalah air yang dicampur dengan bedak, kita belum mengetahui alasan kenapa menggunakan air bedak ini. Air ini di gunakan untuk menepis-nepis ke badan suami istri tersebut dengan menggunakan daun cabang juaran.
5 Siken (pisau kecil) atau gunting ini dugunakan sebagai syarat dalam kegiatan ini. Yang diletakan diatas kening dan mulut suami istri tersebut. Makna nya ini supaya terhindar dari bahaya. Karna kita tau bahwa pisau ini besifat me- lukai.
36 Buku Pertama
Gambar 9.1 Alat/ bahan yang mesti disiapkan menyertai prosesi
Linggang kandung ini biasanya dilakukan oleh keluarga yang memiliki anak yang sedang hamil. Biasanya keluarga yang hamil tersebut mereka memberitahukan waktu pelaksanaan linggang kandung itu terlebih dahulu kepada keluarga mereka dan tetangga terdekat agar hadir pada waktu pelaksanaan. Linggang kandung
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 37 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 37
Setelah semuanya siap, hal yang pertama dilakukan adalah menghamparkan kain yang telah dimasukkan beras di dalamnya ke lantai. Adapun jumlah kain yang dihamparkan tadi yaitu sesuai dengan usia kehamilan ibu hamil tersebut. Misalnya usia kehamilannya 4 bulan, maka yang dihamparkan 4 lembar kain. Jikalau usia kehamilannya 8 bulan maka yang dihamparkan 8 lembar kain. Begitu juga dengan beras putih yang di masukan kedalam kain, yaitu sebanyak usia kehamilan misalnya usia 4 bulan, maka yang di masukan kedalam kain itu 4 muk (canting), kemudian kalau usianya 8 bulan maka yang dimasukkan 8 muk (canting). Setelah itu wanita yang hamil dan suaminya itu duduk di atas kain itu.
Dilaksanakanlah proses awal linggang kandung itu dengan tepung tawar, dengan memilih 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan yang usianya sudah tua, untuk melaksanakan proses tepung tawar. Dimulai dengan satu orang dulu untuk melaksanakan proses tepung tawar. Pertama yang mereka lakukan adalah menaburkan beras kuning yang telah disediakan kepada wanita yang hamil dan suaminya. Kemudian dilanjutkan dengan menyapukan daun cabang juaran pada istri dan suaminya itu. Setelah itu si orang tersebut mengambil sikin (pisau kecil) atau Gunting yang akan diletakkan di atas kenig dan kemulut istri maupun suaminya itu. Setelah itu dilanjutkan mengambil telur ayam kampong atau telur ayam hilir yang kemudian diletakkan di atas perut wanita hamil tadi. Setelah semua proses itu tadi, dilanjutkan dengan proses yang paling inti yaitu proses linggang kandung. wanita yang hamil tadi itu di suruh untuk berbaring di atas kain yang telah dipersiapkan, kemudian ada 8 orang bidan kampung yang akan melakukan linggang kandung tersebut. Yang akan bergantian setelah melakukan linggang kandung itu. Dalam proses tersebut dua orang bidan kampung yang mengayun-ayunkan siibu hamil
38 Buku Pertama 38 Buku Pertama
Pertama, Silaturahmi. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab, “Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983). Hadist ini menekankan betapa penting nya menyambung hubungan silaturahmi antara sesama umat manusia, dan yang lebih utama lagi adalah dengan orang tua dan tetangga dekat kita.
Kedua, Bersyukur. Para ulama menjelaskan bahwa seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur: (a) mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati), (b) membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan), dan (c) menggunakan nikmat tersebut pada tempat-tempat yang diridhoi Allah (dengan anggota badan). Ibnu Taimiyah sebagaimana dalam Majmu’ al-Fatawa menyatakan, “Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.” Firman Allah SWT: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat- Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.” (QS. Ibrahim: 7).
Ketiga, Sedekah. Pada linggang kandung biasanya keluarga yang melaksanakan kegiatan tersebut memberi makan kepada tamu atau keluarga yang datang pada di akhir acara. Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala’ tidak pernah bisa mendahului sedekah.”
Keempat, Kesederhanaan, yaitu tidak boros, adil, membelanjakan rizki secara proporsional bahkan menekan
Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 39 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 39
Kelima, kebersamaan. Kehidupan bermasyarakat sendiri tidak akan terwujud degan sempurna kecuali dengan kebersamaan. Oleh karena itulah Islam begitu menekankan agar kaum muslimin berada dalam kebersamaan. Seorang mukmin dengan mukmin lain seperti sebuah bangunan sebagian menopang sebagian yang lain. “Dan berpeganglah kamu semua kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai.”***
40 Buku Pertama