T EPUNG T AWAR

23 T EPUNG T AWAR

O rang m elayu s amBas

Rusmita

TEPUNG tawar merupakan tradisi yang bertujuan untuk memohon keselamatan agar dijauhkan dari marabahaya dan bencana pada Tuhan. Tepung tawar terdiri dari kata tepung artinya tepung yang terbuat dari beras dengan cara ditumbuk sampai halus menjadi tepung. Sedangkan tawar itu adalah tiada rasa apa-apa (tidak manis, asam,asin, maupun pahit). Dalam bahasa Melayu Sambas kata “tawar” mendekati kata “jampi” atau “mantra” yang bermakna air yang telah dibacakan doa oleh tetua kampong. Selain itu, tepung tawar juga bermakna sebagai obat atau penangkal dari suatu penyakit maupun terhindar dari sutau bencana.

Dengan demikian, makna dari tepung tawar itu sendiri adalah tepung yang terbuat dari beras yang ditumbuk dan tidak mempunyai rasa apa-apa diperuntukan menawar, mengobati, menangkal, dan mendoakan seseorang agar selamat, bahagia, dan terhindar dari segala penyakit, bala serta bencana dalam hidupnya. Selain itu, upacara adat tepung tawar ini bertujuan untuk pelestarian

134 Buku Pertama 134 Buku Pertama

temurun dilaksanakan. 1

Dalam tepung tawar: pertama, gunteng rambot. Gunteng rambot sebagai tradisi telah lama dikenal oleh orang Melayu khususnya Melayu Sambas yang beranggapan bahwa seorang anak bayi akan lebih mudah dipengaruhi oleh roh-roh jahat

jika tak melaksanakannya. Proses dari upacara adat ini dimulai dengan pembacaan berzanji yang dilakukan oleh para jamaah yang diundang dengan dipimpin oleh seorang imam. Berzanji merupakan kesenian yang bernafaskan Islam. Kesenian ini berupa pembacaan syair-syair dari kitab al-berzanji. Tujuan dari berzanji itu sendiri adalah untuk mengagungkan nama Allah swt dan Rasul-Nya Muhammad Saw. Sebelum dilakukan pembacaan berzanji/syarakalan terlebih dahulu membaca surah Al-Fatihah. Pada saat pembacaan syrakalan posisi para jamaah itu berdiri, dan saat itulah upacara gunteng rambot dimulai dengan posisi bayi dalam gendongan orang tua laki-laki dengan menggunakan selendang atau kain gendongan yang diiringi seorang yang membawa ceper/ nampan berisikan peralatan gunteng rambut dengan mendekati jamaah satu persatu untuk menggunteng rambut si bayi. Kemudian, potongan rambut tersebut dimasukan ke dalam buah kelapa muda yang sudah disiapkan dan sekaligus bayi tersebut ditepung tawari secara bergilir. Rambut si anak yang dipotong dimasukan ke dalam kelapa yang sudah di potong dan akan ditimbang dengan menggunakan timbangan emas untuk di nilai setara dengan uang, kemudian uangnya akan disedekahkan kepada anak yatim piatu. Setelah pembacaan berzanji, dilanjutkan dengan pembacaan do’a selamat yang bertujuan agar si anak tersebut diberikan keselamatan dunia akhirat. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan do’a tolak bala’.

Kedua, naek ayon. Defenisi dari naek ayon adalah bentuk upacara adat yang disebut oleh orang-orang Melayu asal keturunan

1 baimstain.blogspot.com/2010/08/ Tradisi dan Komunikasi/ (akses tanggal 26 Maret pukul 22.53).

Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 135

Banjar sedangkan orang-orang melayu Bugis menyebutnya dengan naek tojang. Naek ayon berarti naik ayunan untuk mengayunkan bayi dalam ayunan. Menurut Suaibah binti Said (62 tahun) bahwa upacara adat ini dapat dilakukan ketika bayi berusia 40 atau 44 hari dan dilakukan pada pagi hari sampai menjelang waktu Zhuhur. Naek ayon pada upacara adat ini dilakukan dengan cara sang Ibu berdiri diatas tujuh lembar lapis kain, sambil menggendong bayinya kemudian dibacakan surah Yasin ayat ke 58 oleh beberapa orang.

Proses jalannya upacara adat tepung tawar pada acara naek ayon sebagai berikut: orang tua yang akan melakukan tepung tawar mengeluarkan bayinya dari dalam ayunan, kemudian melakukan tepung tawar dengan cara menepaskan/memecirkan daun juang telah diikat dengan daun ribu-ribu yang sudah disiapkan dalam mangkok berisikan bedak tepung tawar kebagian dahi atau kepala si bayi. Tepung tawar juga dilakukan pada ibunya kemudian dihamburkan berteh beras kuning yang telah disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa selamat dan tolak bala’ dihadapan air, setelah itu diusapkan ke ubun-ubun si bayi.

Berdasarkan pendapat Jusmah (wawancara tanggal 21/03/2015/10.30) bahwa fungsi dari upacara adat tepung tawar ini sama halnya dengan upacara adat bepapas yaitu untuk memohon keselamatan dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, yang tentunya ditunjukan kepada Allah swt yang telah menciptakan manusia serta untuk menunjukan rasa syukur kita kepada Yang Maha Kuasa atas rahmat kesehatan dan rezeki yang telah dilimpahkannya kepada kita semua.

Alat atau bahan yang disiapkan dalam acara tepung tawar: Pertama, Gunteng Rambut, yang disiapkan: (1) Gunteng rambut, digunakan untuk memotong rambut si bayi. (2) Nampan/ceper, yang berfungsi untuk menyimpan segala peralatan upacara gunteng rambut seperti: gunting rambut, air tolak bala dalam gelas, tepung beras yang dicampur air tolak bala’ yang dimasukan dalam gelas. (3) Sebijih buah kelapa yang diatasnya dipotong zig-zag, digunakan

136 Buku Pertama 136 Buku Pertama

Gambar.23.1. Alat-alat/ Bahan Gunteng Rambut Kedua, Naek Ayon, yang mencakup: (1) Ayunan anak

(dari kain yang digantung menggunakan tali) berfungsi untuk menyimpan si bayi; (2) Alat batu giling adalah penumbuk lesung kecil yang biasa digunakan untuk menumbuk chili atau rempah- rempah; (3) Kain lima helai yang dilipat untuk digunakan alas bayi dalam ayunan; (4) Anyaman dari daun kelapa untuk dihiaskan pada ayunan; (5) Besi berupa pisau adalah alat yang digunakan oleh pemakan sirih untuk memotong pinang atau gambir; dan (6) Berteh beras kuning yang bermakna perkembangan.

Menurut Rohani (wawancara tanggal 15/4/2015 pukul 08.55 wib), berpendapat bahwa upacara adat tepung tawar naek ayon memiliki sedikit perbedaan antara melayu Sambas dan Juga melayu Pontianak khususnya Bugis dalam mempersiapkan peralatan yang akan digunakan antara lain: dalam upacara adat Melayu Sambas tidak menggunakan minyak bau 2 dalam resepsi upacara adat naek ayon. Akan tetapi, resepsi upacara adat naek ayon pada Melayu Pontianak Bugis peralatan yang biasa digunakan adalah minyak bau

2 Minyak yang terbuat dari kemiri/keminting, sudah sangat dikenal di lingkungan masyarakat Melayu karena sering digunakan untuk setiap upacara adat yaitu upacara adat naek ayon khususnya Melayu Pontianak Bugis.

Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 137 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 137

Sementara yang perlu disiapkan pada tepung tawar: (1) Bedak tepung tawar yang terbuat dari tepung beras diberi air, tepung beras itu sendiri memiliki makna yaitu kebesihan hati; (2) Daun ribu- ribu digunakan untuk mengikat daun juang; (3) Beras kuning, yang bermakna kemuliaan, kesungguhan; (4) Berteh, yang bermakna perkembangan; (5) Daun juang digunakan untuk memapas/ memercikan air tepung tawar yang bermakna membangkitkan semangat seseorang yang akan di tepung tawari.

Gambar 23.2. Proses upacara adat saat bayi di tepung tawar

Beberapa nilai positif dalam upacara adat tepung tawar adalah sebagai berikut: pertama, bersyukur. Telah kita ketahui bahwa makna dari syukur menurut bahasa artinya berterima kasih. Menurut istilah artinya mempergunakan segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Dengan adanya upacara adat tepung tawar ini berarti kita mensyukuri segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita semua berupa: keselamatan di dunia dan di akherat, terhindar serta dijauhkan dari segala marabahaya, dilimpahkannya rezeki, bahkan dikarunia oleh seorang anak. Bersyukur itu sendiri berarti rasa terima kasih kita dan penghargaan yang mendalam atas

138 Buku Pertama 138 Buku Pertama

Kedua, Kebersamaan. Dengan adanya kegiatan upacara adat ini, maka akan terjalin suatu kebersamaan di antara kita yaitu melaksanakan gotong-royong dalam menyiapkan upacara adat tepung tawar. Karena dengan adanya musyawarah dan gotong- royong akan mempermudah segala pekerjaan agar dapat berjalan lancar dalam berbagai urusan, saling bertukar pikiran untuk mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi persoalan kehidupan mulai dari awal persiapan pelaksanaan hingga berakhirnya kegiatan. Musyawarah yang dilandasi dengan hati yang ikhlas, pikiran yang jernih dan argumentasi yang logis akan menumbuhkan kekuatan yang dahsyat . Selain itu, adanya kebersamaan dalam mendoakan sibayi serta keluarga agar diberikan keselamatan dan diberkahi rezeki yang melimpah. Nilai-nilai kebersamaan ini Nampak dalam makan saprahan yang merupakan tradisi untuk mempertemukan sekelompok orang atau masyarakat dalam suatu majelis, saling berbagi rasa dan saling berhadapan untuk menikmati hidangan makanan yang akan disantap. Biasanya makan saprahan ini terdiri dari 5-6 orang setiap satu saprahan. Dari pelaksanaan upacara saprahan dapat dilihat bahwa di dalam menghadapi hidangan yang dianugrahkan Allah SWT tidak terlepas dari acara berdoa dan ditutupi dengan membaca salawat kepada nabi, agar di dalam acara tersebut mendapat berkah serta pahala dan selamat dari musibah dan bencana.

Pelaksanaan acara saprahan dapat mengikat persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya dapat menumbuhkan identitas diri masyarakat yang bersangkutan, terutama dari nilai kebersamaan, kegotong royongan dan kekompakan yang diwujudkan dalam rangkaian upacara tersebut. Nilai-nilai tersebut dapat diaplikasikan pada generasi muda melalui pendidikan non formal di rumah atau dilingkungan social maupun pendidikan sekolah secara formal. Selanjutnya acara saprahan perlu dilakukan secara berkesinambungan

Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 139 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 139

Ketiga, terjalinnya hubungan silaturahmi. Tepung tawar sebagai tradisi sangat bermanfaat untuk menjalin suatu hubungan silaturahmi di antara sanak keluarga yang dekat maupun jauh serta masyarakat setempat. Hikmah besar dalam hubungan silaturahmi itu untuk kebaikan di dunia dan juga di akhirat. Menyambung silaturahmi dapat mendatangkan ketentraman hati, membuka rezeki, menyembuhkan penyakit, serta memanjangkan umur. Memelihara hubungan kekeluargaan atau tali silaturahmi adalah hal yang diperintahkan Allah. Dibalik pewajibannya, Allah pasti memberikan hikmah yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Dasar-dasar dari kewajibannya berdasarkan al-Quran dan Hadits. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. An- Nisa:1. Menyambung hubungan kekerabatan adalah wajib dan memutuskannya merupakan dosa besar. Dari Jubair bin Muth’im bahwa Nabi Saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan persaudaraan.” (Muttafaq ‘Alaih)***

140 Buku Pertama

T raDisi C UMPALEK

O rang m elayu s anggau

Suci Ramadianti

KABUPATEN Sanggau, di sini khususnya memiliki beragam budaya dan tradisi yang merupakan tradisi warisan nenek moyang, turun temurun dan menjadi milik bersama, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Keragaman budaya yang ada menunjukkan kekayaan tradisi nenek moyang yang sangat berharga dalam membangun dan membentuk masyarakat dalam bertindak dan bersikap.

Sanggau, nama sebuah kabupaten di Kalimantan Barat yang terletak tidak begitu jauh dari Kota Pontianak. Sebelum berubah menjadi Kabupaten, di wilayah Sanggau berdiri suatu kerajaan Melayu yang sudah ada sejak abad ke-4 Masehi. Penyebutan “sanggau” sendiri berasal dari nama tanaman yang tumbuh di tepi sungai daerah tempat berdirinya kerajaan itu,yakni Sungai Sekayam. Dalam buku Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat karya J.U Lontaan di sebutkan bahwa sungai sekayam merupakan

Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 141 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 141

Sanggau adalah kabupaten yang memiliki banyak sekali tradisi, di antara yang ingin didiskusikan dalam tulisan ini adalah tradisi cumpalek orang Melayu Sanggau.

Cumpalek Menurut Kepercayaan Orang Melayu Sanggau

Cumpalek pada kajian ini hampir sama dengan istilah mantra. Pada orang melayu, mantra atau juga dikenal sebagai jampi, serapah, saru adalah sejenis pengucapan yang terdengar seperti puisi lama (pantun) yang mengandung unsur semacam sihir, tetapi di sini cumpalek memiliki manfaat yang tentunya berbeda dengan mantra, sihir, dan lain sebagainya. Menurut kepercayaan orang Melayu khususnya di Kabupaten Sanggau, cumpalek itu sendiri mempunyai salah satu manfaat yaitu, supaya kita bisa terhindar dari malapetaka, celaka dan hal hal yang tidak diinginkan lainnya. Istilah celaka tersebut pada orang Melayu biasanya dikenal dengan istilah “temponan”.

Dewasa ini tidak sedikit yang beranggapan bahwa kebiasaan atau tradisi cumpalek tersebut hanyalah sebuah mitos (tahayul). Tahayul adalah suatu kepercayaan yang di wariskan oleh nenek moyang kita pada zaman dahulu yang sifatnya itu turun-temurun tetapi secara ilmiah hal tersebut belum dapat dibuktikan kebenarannya. Tetapi pada zaman dahulu tahayul jugalah yang menjadi cara orang “dulu” mengajarkan nilai-nilai yang sebenarnya baik pada anak- anak mereka, yang salah itu hanya cara penyampaiannya saja.

Contoh, saat seorang ibu menyuruh anaknya makan, tapi si anak menolak untuk makan, ibu menyuruh anak supaya mau untuk “cumpalek” kerena dia tidak mau makan, tapi si anak malah

142 Buku Pertama 142 Buku Pertama

Dampak modernisasi kenyataannya memang sangat berpengaruh terhadap pemikiran, perilaku, budaya serta tradisi masyarakat, termasuk tradisi yang tumbuh dan berkembang di kabupaten Sanggau ini. Hal ini sangat berkaitan dengan pola hidup masyarakat melayu yang tradisional dan sangat dekat dengan alam. Oleh sebab itu semakin modern pola hidup masyarakat tersebut, maka semakin jauh pula mereka dengan alam dan hal tersebut tentunya akan semakin mudah untuk membuat tradisi yang dulu sangat di percaya sekarang menjadi hilang begitu saja.

Meskipun begitu tradisi ini memang tidak bisa di hilangkan begitu saja di kehidupan khususnya pada kepercayaan orang-orang yang telah hidup lebih dulu dari kita yang bisa di bilang sebagai masyarakat modern ini. Isan (18), menyatakan bahwa tradisi seperti cumpalek tersebut tidak sepatutnya dikembangkan, karena tradisi seperti itu lebih cenderung kepada tahayul, tapi yang namanya tradisi memang sangat susah sekali untuk di hapus begitu saja, jadi kita sebagai masyarakat hanya mengikuti saja walaupun sebenarnya kita tidak mendukung, karena jika terlalu di percaya tradisi tersebut tidak beda halnya dengan syirik, dan kita juga tahu syirik adalah

dosa besar yang sangat tidak di sukai oleh Allah SWT. 1 Sejalan dengan pemikiran tersebut, Neli (19), juga menyatakan bahwa ia sendiri sebagai orang Melayu tidak begitu mendukung jika tradisi seperti cumpalek tersebut masih saja terus

berkembang dan di percaya. 2 Dari kedua pendapat informan

1 Wawancara di Pontianak 2 Wawancara di Pontianak

Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 143 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 143

Banyak ditemukan pada kebiasaan orang-orang zaman dahulu yang mana ketika mereka lupa akan kebiasaan cumpaleknya tersebut, di saat mereka terkena musibah sewaktu di perjalanan, pasti yang di fikirkan terlebih dahulu adalah soal kebiasaan cumpaleknya yang ia lupakan tersebut bukan memikirkan kalau musibah yang ia alami tersebut itu asalnya dari Allah SWT. Orang yang beragama seharusnya tahu bahwa apapun yang terjadi itu adalah kehendak dari Allah SWT. Bukan dari hal-hal lain selain Allah, karena Allah adalah Maha Segala-galanya. Allah SWT berfirman, “Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah.

Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya ”. (Qs. at-Taghabun: 11) Dari firman Allah SWT. tersebut sangat jelas bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi jika itu bukan kehendak-Nya. Adapun yang di maksud dengan izin Allah tersebut adalah perintah-Nya yaitu ketetapan takdir dan kehendak- Nya. Barang siapa yang tertimpa musibah lalu menyadari bahwa hal tersebut terjadi atas kehendak selain Allah maka termasuklah orang-orang tersebut pada golongan orang-orang yang syirik.

Kecuali itu, ditinjau dari segi aqidah, maka tradisi tersebut sepertinya sedikit bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Maksud dari aqidah Islam adalah prinsip utama dalam kehidupan yang dapat membina individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kacamata tauhid, karena segala sesuatu yang berbentuk baik buruk itu datangnya dari Allah bukan dari suatu selain Allah SWT. Islam mengajarkan agar kita jangan sampai terjerumus dalam perbuatan syirik dan tidak ada manfaatnya. Seperti yang di tegaskan di dalam Al-Qur’an dalam surat An-Nisa ayat 116: “Allah tidak akan mengampuni dosa

144 Buku Pertama 144 Buku Pertama

Meskipun dalam aspek lain ada unsur pantang larang yang mengarah ke aspek pendidikan, hemat penulis tradisi cumpalek yang menjadi bagian keseharian orang-orang tua zaman dahulu di Sanggau mendekati syirik, sehingga tidak layak untuk dibudidayakan ke generasi berikutnya.***

Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 145

T raDisi B EPAPPAS

O rang m elayu s amBas

Suci

Dari penelusuran data di lapangan dan hasil wawancara pada sejumlah informan, 3 tradisi bepapas ini mulai muncul sejak ajaran agama Hindu berkembang di Indonesia, dan sampailah pada puncak persebaran agama Hindu di daerah Kalimantan hingga ke pelosok desa khususnya daerah Sambas. Sejak itulah para pengikut agama Hindu mulai memperkenalkan ritual tradisi bepapas ini, pada saat yang bersamaan tradisi ini mulai diikuti dan dilaksaakan oleh masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat khususnya untuk masyarakat setempat, yang pada saat itu mayoritas masyarakat setempat memang masih belum mengenal agama baik itu agama islam maupun hindu.

Setelah berabad-abad ritual ini dikerjakan oleh masyarakat dan akhirnya ritual ini menjadi tradisi warisan nenek moyang turun temurun, dan menjadi adat dan tradisi masyarakat setempat hingga sekarang. Selang beberapa abad kemudian barulah muncul

1. Di antaranya Suhaidi (42) dan Sahat (60). 146 Buku Pertama 1. Di antaranya Suhaidi (42) dan Sahat (60). 146 Buku Pertama

Bepapas merupakan salah satu tradisi adat melayu yang ratusan tahun lalu sudah dikenal oleh orang Melayu Sambas. Bepapas biasanya dilakukan pada hari Jumat. Di Sambas, tradisi ini dilakukan dengan mengecap kening dan kedua tangan warga menggunakan ramuan yang dibuat masyarakat sekitar yang telah bertekat untuk melestarikan ritual ini yang merupakan warisan nenek moyang.

Adapun peralatan atau bahan yang diperlukan untuk disiapkan secara garis besar ada dua pokok yaitu: pertama, ramuan penabur. Di atas wadah terletak sepiring beras putih, sepiring beras kuning, tepung beras, bertih atau rateh, dan bunga rampai. Ramuan tersebut mempunyai lambang sebagai berikut: (a) beras putih sebagai lambang kesuburan dan pembasuh diri dari yang kotor; (b) beras kuning sebagai lambang kemuliaan, kesungguhan dan keagungaan; (c) bertih sebagai lambang perkembangaan dan rejeki yang tumbuh; (d) bunga rampai sebagai lambang wanginya persahabatan, manis persaudaraan, dan harumnya keakraaban; (e) tepung beras sebagai lambang kebersihan hati. Arti keseluruhan dari bahan-bahan di atas adalah kebahagiaan.

Kedua, ramuan rinjisan. Sebuah mangkok putih berisi air biasa, segenggam beras putih dan sebuah jeruk purut yang telah diiris-iris. Di dalam mangkok tersebut juga diletakkan sebuah ikatan daun-daunan yang terdiri dari 7 macam daun yaitu: (a) Daun kalinjuhang/jenjuang (tumbuhan berdaun panjang lebar warna merah). Melambangkan penolak bala dan menjauhkan dari hantu,

Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 147

setan serta iblis yang menggangu masyarakat, serta pembangkit pembangkit semangat juang yang tinggi. (b) tangkai pohon pepulut/setawar(tumbuh-tumbuhan berdaun tebal bercabang). Ini melambangkan sebagai penawar atau obat segala yang berbisa: bisa laut, bisa bumi dan membuang segala sesuatu yang jahat. Daun ini juga bermakna memulihkan sesuatu yang rusak atau yang sakit. (c) Daun gandarusa (tumbuhan berdaun tipis berbentuk lonjong). Daun ini bermakna untuk menahan sesuatu penyakit akan yang datang dan menyerang masyarakat. Daun ini juga melambangkan sebagai penangkal kejahatan dari luar. (d) Daun ribu-ribu (tumbuhan melata berdaun kecil bercanggah). Fungsinya sebagai pengikat di antara daun-daun tersebut, yang kemudian diyakini sebagai untuk mengikat segala penyakit yang datang dan penguat kesatuan dan kebersamaan seta penguat semangat. (e) Daun keduduk/senduduk maknanya dilambangkan sebagai penyakit yang datang didudukkan atau ditaklukkan dan dilumpuhkan. (f) Pohon sedingin. Bermakna akan memberikan kesejukan, ketenangan dan kesahatan. (g) Pohon sembau dengan akarnya. Pohon yang memiliki akar yang liat dan sukar dicabut, mengingatkan kita pada kekuatan dan keteguhan. Maka dari ketujuh tumbuhan tersebut melambangkan suatu doa tanpa suara agar mendapatkan kesempurnaan untuk orang yang dipapasi Kemudian ketujuh daun tersebut diikat dengan menjadi satu sebagai alat penepuk. Cara membuat ramuan rinjisan: (a) mangkuk putih berisi air putih yang bermakna kejernihan, kadang ada yang menggunakan air mawar, yang terbuat dari aneka daun- daunan yang beraroma wangi seperti pandan, serai wangi, jeruk purut yang direbus dan airuya dijadikan air pecung. (b) bedak atau beras bedak dibuat dari tepung beras yang diaduk bersama larutan wewangian alami dari tumbuh-tumbuhan yang mempunyai makna sebagai pendingin, peneduh kalbu dan kesuburan. (c) limau purut yang diiris tipis yang mempunyai makna sebagai pemberi kekuatan dan kesabaran sekaligus membersihkan. Secara keseluruhan diartikan sebagai keselamatan dan kebahagiaan. Ketiga bahan ini diaduk menjadi satu dalam satu wadah dan dirinjis dengaan

148 Buku Pertama 148 Buku Pertama

Adapun orang yang diminta untuk melaksanakan tradisi ini disebut “tukang pappas” pelaksanaannya disebut “mappas” tukang pappas ini biasanya orang-orang tua di kampung, keluarga dekat dan lain-lain. Jumlah tukang pappas biasanya ganjil misalnya 3,5 dan

7 orang, jumlah ganjil ini telah ditentukan adat masing-masing.

Berikut dijelaskan tahapan prosesi bepappas: daun-daun yang telah diikat menjadi satu di letakkan di samping mangkok yang berisi air tepung beras ,wangi-wangian dan semua bahan yang sudah diaduk,beras putih dan beras kuning juga disiapkan di dalam mangkok, setelah semuanya langkap, maka acara pelaksanaannya tradisi pun mulai dilaksanakan. Mula-mula keluarga yang hendak dipapasi menerima sedikit atau sejemput beras putih, beras kuning, bertih dan bungga rampai, lalu menaburkannya ke atas hariban, atau keliling atau keliling badan orang yang dipapasi. Kadang- kadang disertai dengan ucapan ‘selamat’, “murah rezeki, sehat dan sebagainya. Kemudian keluarga tersebut di lantai yang beralaskan tikar sang ibu duduk di samping bapak di samping kiri dan kanan duduk anak-anak mereka, posisi duduk dengan melonjorkan kedua kaki ke depan, busana yang dipakai bebas, rapi, dan bersih. Kopiah yang di pakai ditanggalkan dan kedua tangan di atas lutut dengan tapak tangan terbuka, setelah siap tibalah orang pertama tukang pappas melaksanakan tugasnya. Mangkok yang berisi air yang telah diadun dipegang dengan tangan kiri, yang kanan memegang ikatan daun.

Ikatan daun dicelupkan ke dalam mangkok kemudian dengan berlahan-lahan dipukul-pukulkan ke dahi/ubun-ubun,dan bahu kanan dan kiri si bapak, kemudian dipukulkan pada kedua telapak tangan, setelah itu kedua kaki, hal yang sama dilakukan kepada sang ibu dan anak hingga selesai. Setelah memappas si bapak, ibu dan anak lalu ditaburi beras kuning pada kepalanya. Setelah selesai tukang pappas pertama dilanjutkan tukang pappas

Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 149 Tradisi dan Kepercayaan Umat Islam di Kalimantan Barat 149

Dalam tradisi bepappas terkandung harapan mendapatkan rahmat Allah SWT, dan mencapai kedamaian hidup bermasyarakat dan juga sebagai ungkapan rasa syukur. Dalam adat orang Melayu Sambas juga ada yang melaksanakan bepappas selelah selamat dari kecelakaan.***

150 Buku Pertama

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24