Hukum sebagai Instrumen Kebijakan

7. Hukum sebagai Instrumen Kebijakan

Aliran pemikiran lainnya mengenai keterbatasan hukum sebagai suatu instrumen perubahan sosial dikemukakan oleh Yehezkel Dror. Ia mengatakan bahwa “hukum itu sendiri hanyalah salah satu dari komponen dari sejumlah besar instrumen kebijakan dan biasanya dak dapat dan dak digunakan oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu, memfokuskan perha an terhadap hukum sebagai suatu alat untuk perubahan sosial adalah seper kasus melihat di ujung terowongan yang panjang, yang mempunyai kekurangan dalam perspek f minimum yang diperlukan untuk memberi ar dari fenomena yang diama “ (Dror, 1970: 554). Ia menyarankan perlunya diredefi nisikan subjek dari “hukum sebagai alat untuk perubahan sosial yang terarah“ dan untuk memper mbangkannya sebagai bagian dari instrumen-instrumen kebijakan sosial yang lainnya, karena Aliran pemikiran lainnya mengenai keterbatasan hukum sebagai suatu instrumen perubahan sosial dikemukakan oleh Yehezkel Dror. Ia mengatakan bahwa “hukum itu sendiri hanyalah salah satu dari komponen dari sejumlah besar instrumen kebijakan dan biasanya dak dapat dan dak digunakan oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu, memfokuskan perha an terhadap hukum sebagai suatu alat untuk perubahan sosial adalah seper kasus melihat di ujung terowongan yang panjang, yang mempunyai kekurangan dalam perspek f minimum yang diperlukan untuk memberi ar dari fenomena yang diama “ (Dror, 1970: 554). Ia menyarankan perlunya diredefi nisikan subjek dari “hukum sebagai alat untuk perubahan sosial yang terarah“ dan untuk memper mbangkannya sebagai bagian dari instrumen-instrumen kebijakan sosial yang lainnya, karena

Namun, hukum sering digunakan sebagai suatu instrumen perubahan di luar konteks kerangka pembuatan kebijakan yang lebih luas. Hal ini adalah situasi umum di dalam li gasi yang berorientasi reformasi dimana tujuannya adalah mengubah praktek kelembagaan tertentu. Sebagai contoh, keputusan Mahkamah Agung (the Supreme Court) untuk membatalkan (to overrule) statuta aborsi di negara bagian dak dijalankan menurut per mbangan kebijakan tertentu, namun secara jelas mempunyai dampak besar terhadap perempuan-perempuan yang mencari cara untuk mengakhiri kehamilannya secara legal. Walaupun keputusan judisial umumnya dak dipandang sebagai suatu instrumen kebijakan, mengingat sifat kesulitan dari li gasi, reformasi legisla f dan administra f yang berurusan dengan issue-issue sosial yang lebih besar harus terjadi di dalam kerangka pembuatan kebijakan sosial yang lebih luas. Pendekatan seper itu akan memperkuat secara nyata efi kasi hukum sebagai suatu instrumen perubahan. Pada akhirnya, Dror menyarankan adanya ahli hukum dari berbagai disiplin, para pakar ilmu sosial, dan analis kebijakan untuk terlibat di dalam peneli an-peneli an yang relevan dan mempersiapkan rekomendasi kebijakan.

Literatur sosiologi mengakui, seper yang dicatat oleh James P. Levine (1970: 592), bahwa kemampuan hukum Literatur sosiologi mengakui, seper yang dicatat oleh James P. Levine (1970: 592), bahwa kemampuan hukum

Patrick Devlin (1965) berargumen bahwa suatu masyarakat berhutang tentang eksistensinya kurang kepada ins tusi-ins tusi namun lebih kepada moralitas bersama yang mengikat mereka bersama. Walaupun thesis ini hanya sebagian saja benar, moralitas dan nilai-nilai mempengaruhi efi kasi hukum di dalam perubahan sosial. Jelas bahwa, masyarakat dak dapat eksis tanpa menerima nilai-nilai dasar, prinsip-prinsip, dan standar- standar tertentu. Pada issue-issue tertentu, seper kekerasan, kebenaran, kebebasan individu, dan kehormatan manusia, moralitas bersama sangatlah pen ng. Namun hal ini dak berar bahwa, semua nilai-nilai dalam moralitas bersama kita adalah mendasar dan pen ng, atau turunnya satu nilai akan menyebabkan turunnya nilai-nilai yang lainnya. Selain itu, dak semua nilai-nilai kita adalah pen ng. Aturan-aturan tentang proper , sebagai contoh, dak pen ng : beberapa prinsip tentang proper adalah pen ng, namun dak ada masyarakat yang perlu mempunyai prinsip tentang proper tersebut yang menjadi ciri dari prinsip-prinsip kepemilikan pribadi di Amerika Serikat, sebagai contohnya. Suatu masyarakat dapat mempunyai semua proper yang sama tanpa hilang perhitungannya sebagai suatu masyarakat.