MASA KANAK-KANAK

Penjajahan Jepang

Beberapa bulan setelah penyerangan Jepang tersebut keadaan masih kacau. Kehidupan rakyat sangat susah, penyakit kolera merajalela tanpa obat-obat. Untuk menjamin kehidupan keluarga, abang dan saya berjaja keliling dengan menggunakan sepeda ke kampong- kampong. Dari pedalaman kami membeli durian, petai atau hasil pertanian lainnya dibawa dengan sepeda ke Kota Tinggi. Jarak antara tempat membeli hasil petanian ke Kota Tinggi kira-kira 6 mile melalui jalan mendaki dan menurun. Pulangnya kami membawa minyak kelapa atau keperluan dapur lainnya untuk dijajakan ke kampong-kampong di pedalaman.

Malamnya saya belajar mengaji dengan ayah. Inilah saat saya merasakan belajar mengaji yang intensif, walaupun tiap-tiap mengaji biasanya menangis karena dimarahi setiap ada kesalahan.

Kehidupan begini kami jalani beberapa bulan sampai akhnirnya ayah memutuskan untuk pulang kampong. Waktu itu saya minta kepada ayah dan abang, biarlah saya tinggal di situ menunggu keadaan normal untuk terus melanjutkan sekolah. Tetapi usul ini tidak disetujui oleh ayah dengan alasan sekarang kita sama-sama pulang dulu, dan sekiranya nanti keadaan sudah normal kita sama-sama kembali ke sini.

Akhirnya pada kwartal pertama tahun l943, kami pulang ke Kampong dengan meninggalkan beberapa acre kebon getah. Ayah saya menitipkan kebon getah itu kepada teman beliau bernama Arifin bin Saleh berasal dari Pariaman yang tetap bermukim disana. Good by Batu Empat Kota Tinggi, kampung halaman saya kedua.