MASA CEASE FIRE (Awal l950)

7. MASA CEASE FIRE (Awal l950)

Pada kwartal ketiga tahun 1949 ada perkembangan baru dari Pemerintah Pusat, yaitu di mulainya perundingan antara Pemerintah Belanda dengan Pemerintah Indonesia yang di kenal dengan perundingan Meja Bundar. Perundingan ini diadakan di negeri Belanda. Juru runding dari pihak Indonesia dipimpin oleh pak Hatta, sedangkan dari pihak Belanda dipimpin oleh ……..(saya lupa)

Sifat perjuangan mulai berubah dari perjuangan bersenjata ke perjuangan propoganda. Pemerintah Pusat mengantisipasi bahwa perundingan akan mengarah pada plebisit. Komandan sektor III/B menyesuaikan perjuangannya dengan membentuk satu seksi baru yaitu seksi Penerangan. Yang diangkat menjadi Kepala Seksi Penerangan ini adalah Anwar Wahid berasal dari luar Sektor III/B. Saya diangkat sebagi Wakil Kepala. Tugas Seksi Penerangan adalah meyakinkan masyarakat bahwa kemerdekaan adalah hak semua bangsa dan satu-satunya pintu gerbang untuk mencapai kehidupan rakyat yang adil dan makmur. Sedangkan penjajahan adalah penindasan dan perampasan kekayaan negara dan bangsa Indonesia. Sarana penerangan waktu itu belum seluas seperti sekarang dengan sarana elektronika seperti TV, Radio, internet SMS dan lain-lain. Atau melalui sarana tulis seperti koran, majalah, brosur dan lain-lain. Satu-satunya sarana adalah berhadapan di mesjid- mesjid, di lapangan, dan lain-lain.

Pak Anwar Wahid lebih tua dari saya kira-kira 5 tahun dan dia sudah berpengalaman dalam bidang penerangan. Ini terbukti setelah saya mengikuti perjalananya ke beberapa mesjid-mesjid di Kecamatan Ampek Angkek Candung. Sedangkan bagi saya tugas tersebut merupakan tugas yang baru sama sekali. Jangankan untuk memberi penerangan kepada masyarakat, berdiri di hadapan umum saja saya grogi waktu itu, karena belum pernah dilatih untuk itu. Alhamdulillah berkat dorongan dan bimbingan pak Anwar Wahid lama-lama saya mulai bisa juga, dan sekali-sekali saya sudah dilepas pergi sendiri ketiap-tiap ada pertemuan dengan masyarakat. Saya bersyukur kehadirat Allah Swt yang telah memberi kesempatan kepada saya menimba pengalaman berbicara dihadapan umum walaupun pada tahap awal. Dan bersyukur lagi karena prakatek ini dilakukan dihadapan masyarakat yang waktu itu umumnya belum begitu maju dan masih terbelakang. Jadi tidak banyak kritik atau ejekan.

Tugas sebagai wakil kepala seksi penerangan merupakan tugas sampingan, sedangkan tanggung jawab sebagai wakil komandan seksi II masih tetap. Kira-kira 2 bulan tugas rangkap tersebut saya laksanakan, Alhamdulillah perundingan meja bundar di negeri Belanda berhasil menyepakati untuk mengadakan cease fire sampai masa yang akan ditentukan kemudian. Cease fire adalah kesepakatan di mana pihak-pihak yang bermusuhan meletakkan senjata masing-masing dan mengehentikan tembak menembak walaupun belum menghentikan permusuhan. Berita ini diterima oleh rakyat Indonesia pada umumnya dengan rasa syukur dan gembira karena sudah terlalu lama hidup dalam kebodohan, ketakutan, kesusahan, dan permusuhan.

Tidak lama setelah berita itu tersebar di masyarakat, kami Seksi II Sektor III/B menerima surat dari Komandan Kompi Guntur di Sungai Puar. Isinya supaya kami menyampaikan daftar nama anggota gerilia di Seksi II lengkap dengan penjelasan pendidikan, umur, dan kepangkatannya. Di samping daftar nama tersebut juga diminta Tidak lama setelah berita itu tersebar di masyarakat, kami Seksi II Sektor III/B menerima surat dari Komandan Kompi Guntur di Sungai Puar. Isinya supaya kami menyampaikan daftar nama anggota gerilia di Seksi II lengkap dengan penjelasan pendidikan, umur, dan kepangkatannya. Di samping daftar nama tersebut juga diminta

Saya siapkan 2 jenis daftar, yaitu daftar anggota dan daftar senjata. Dalam daftar anggota saya buat Komandan Seksi dengan pangkat Letnan Dua, Wakil Komandan Seksi dengan pangkat Pembantu Letnan, Komandan Regu dengan pangkat Sersan Mayor, di bawahnya adalah Sersan, Prajurit Satu atau Prajurit Dua. Setelah konsep daftar anggota dan daftar senjata saya siapkan saya perlihatkan kepada mamanda Ginam. Daftar senjata dapat beliau setujui karena 2 pucuk sejata genggam, 1 sten-gun dan 4 senjata laras panjang tidak saya masukan dalam daftar yang diajukan. Tujuh pucuk senjata tersebut akan disimpan untuk berjaga-jaga dibelakang hari. Hanya saja daftar anggota beliau komentari tentang kepangkatan supaya diturunkan satu tingkat, alasannya adalah “malu”.

Sesuai dengan instruksi beliau, akhirnya kepangkatan dalam daftar tersebut saya ubah menjadi, Komandan Seksi menjadi Pembantu Letnan, Wakil Komandan Seksi menjadi Sersan Mayor, Komandan Regu yang senior menjadi Sersan dan junior hanya Kopral, sedangkan di bawahnya adalah Prajurit Satu atau Prajurit Dua sesuai dengan umur dan pendidikan masing-masing. Setelah kedua daftar tersebut ditanda tangani oleh Komandan Seksi II Sektor III/B, besoknya saya antarkan ke markas Kompi Guntur di Sungai Puar. Jarak Guguk Pili dengan Sungai Puar kira-kira 5 km, jalan mendaki menuju Gunung Merapi menghadap ke Koto Baru Batas Padang Panjang Bukittinggi. Tidak ada kendaraan kecuali jalan kaki pulang pergi. Waktu itu tidak ada rasa cape dan letih dan saya pergi ditemani oleh seorang Komandan Regu yang banyak guyon, sehingga kami dalam perjalanan lebih banyak ketawa dibanding mengeluh.

Sesampai di markas Kompi Guntur di Sungai Puar, Komandan Kompi Guntur Mayor Yusuf Black Cat tidak ditempat. Kami diterima oleh Wakil Komandan Kompi yaitu Bapak Aga Kartanagara.

Bapak Aga Kartanagara adalah asli Malaysia dengan nama asli Abdul Gani. Anak seorang sekretaris negara bagian Pahang, dan kakak dari Abdul Samad bekas Menteri Perdagangan Malaysia di tahun enampuluhan. Sewaktu Jepang memasuki Malaysia beliau masuk tentara Jepang sampai mencapai pangkat tertinggi untuk orang Malaysia waktu itu. Pada saat Jepang kalah dan tentara Inggers memasuki Malaysia kembali. Beliau bersama seorang istri dan seorang anak laki-laki yang masih kecil bernama Bukhari datang ke Bukittinggi untuk menghindari balas dendam dari tentara Inggeris. Di Bukittinggi beliau ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dan orang pertama yang menyiarkan teks proklamasi ke seluruh dunia dalam bahasa Inggeris di RRI Bukittinggi pada tanggal 18 Agustus l945. Waktu clash kedua akhir tahun l948 beliau mengungsi ke daerah Bukit Batabuh. Saya pernah menemui beliau waktu itu dan beliau senang setelah mengetahui bahwa saya dulu bersekolah di English College School Johore Bahru, dan berkeinginan akan kembali sekolah ke sana bila situasi mengizinkan. Antara kami seakan-akan ada suatu ikatan batin seperti sedaerah.

Selesai menyerahkan daftar nama anggota dan daftar persenjataan kami beramah tamah sebentar, setelah itu kami pamit dan langsung pulang ke asrama di Guguk Pili. Dari beliau saya mendapat informasi bahwa sudah tercapai kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda untuk mengadakan cease fire. Kompi Guntur dalam waktu tidak begitu lama akan pindah ke kota Bukittinggi.

Sampai di asrama sudah sore. Selesai salat Asar saya kumpulkan seluruh anggota Seksi

II, untuk memberi penjelasan tentang telah berlakunya cease fire yang berakibat langsung pada kegiatan anggota di masa depan. Yang jelas waktu kita tidak terikat lagi 24 jam tetapi sudah bebas dan aman untuk pulang kampung atau masuk kota Bukittinggi sekalipun dan lain-lain. Yang penting asrama tidak boleh kosong dan senjata mesti di jaga paling sedikit oleh 10 orang setiap saat, sambil menunggu perkembangan lebih lanjut. Sore itu juga kami siapkan nama-nama yang bertugas piket seminggu ke depan. Minggu depan semua berkumpul kembali untuk menyusun daftar nama anggota yang akan piket minggu berikutnya. Setelah selesai memberi penjelasan dan masing-masing sudah memahami, maka kami yang tidak bertugas piket minggu itu, pulang kampung berkelompok sesuai dengan kampung masing-masing. Kami yang berasal dari Parit Putus sampai di kampung sudah agak malam.

Sesampai di rumah, ibunda saya memberitahukan bahwa bapak saya sakit keras, sudah 4 hari tidak mau makan. Karena hari sudah larut malam saya katakan kepada ibunda, besok pagi saya pergi menemui beliau. Besoknya kira-kira jam 7.00 saya datang ke rumah kakanda Nurbeiti (bako saya) tempat beliau terbaring. Memang sejak pulang dari Malaysia beliau tinggal dibagian belakang rumah kakanda Nurbeiti yang kita sebut rumah kecil. Karena beliau sakit keras maka beliau dibaringkan di rumah depan. Saya temui bapak terbaring lemas, beliau melihat saya, sambil menanyakan kapan pulang? Saya jawab, malam tadi, untuk ke sini sudah agak larut. Saya pijit-pijit tangan dan kaki beliau sambil menanyakan keluhan-keluhan beliau. Saya tidak menawarkan kepada beliau untuk pergi ke dokter karena memang tidak ada dokter waktu itu. Tidak banyak kata-kata keluar dari mulut saya. Saya larut dengan penyesalan terhadap diri saya, karena sadar dan insyaf bahwa saya sudah berlaku tidak adil selama ini terhadap bapak saya dibanding dengan ke ibunda saya. Saya pun tidak pernah tahu dan menjenguk ke mana beliau mengungsi selama ini. Semoga arwah bapak memaafkan saya dan semoga Allah menghampuni segala dosa kami dan menerima segala amal ibadah kami. Amin !

Kakanda A.Tadjuddin masih di Pekanbaru bersama keluarga dan anak-anak beliau waktu itu. Jadi yang ada di kampung anak-anak beliau hanya saya dan adinda Djamilah yang masih gadis waktu itu. Hampir dua jam saya menemani bapak yang sedang sakit dan saya melihat beliau tertidur. Saya pamit sebentar kepada ibunda Raiyah untuk pergi ke Bukittinggi karena ada keperluan. Pulang dari Bukittinggi saya berjanji akan datang lagi. Saya pulang dari Bukittinggi kira-kira jam 2.00 petang. Dari kusir bendi yang saya tompangi mengatakan bahwa Bapak saya sudah meninggal siang tadi sebelum Lohor. Alangkah kagetnya saya mendengar berita itu seperti ditembak petir tengah hari. Lagi-lagi penyesalan kepada diri saya, kenapa saya tinggalkan beliau yang kelihatan sedang tidur. Seandainya saya tunda keperluan saya pergi ke Bukittiggi menjadi besok harinya tentu saya berkesempatan melepas Kakanda A.Tadjuddin masih di Pekanbaru bersama keluarga dan anak-anak beliau waktu itu. Jadi yang ada di kampung anak-anak beliau hanya saya dan adinda Djamilah yang masih gadis waktu itu. Hampir dua jam saya menemani bapak yang sedang sakit dan saya melihat beliau tertidur. Saya pamit sebentar kepada ibunda Raiyah untuk pergi ke Bukittinggi karena ada keperluan. Pulang dari Bukittinggi saya berjanji akan datang lagi. Saya pulang dari Bukittinggi kira-kira jam 2.00 petang. Dari kusir bendi yang saya tompangi mengatakan bahwa Bapak saya sudah meninggal siang tadi sebelum Lohor. Alangkah kagetnya saya mendengar berita itu seperti ditembak petir tengah hari. Lagi-lagi penyesalan kepada diri saya, kenapa saya tinggalkan beliau yang kelihatan sedang tidur. Seandainya saya tunda keperluan saya pergi ke Bukittiggi menjadi besok harinya tentu saya berkesempatan melepas

Sekembali saya dari mengirim telegram, orang-orang di rumah duka sedang membicarakan tentang pemakaman beliau. Untuk menunggu kedatangan kakanda A.,Tadjuddin dari Pekanbaru tidak mungkin, karena akan memakan waktu sehari semalam lagi. Kesimpulan ialah pihak kemanakan, anak-anak, dan keluarga dekat lainnya sepakaat untuk memakamkan besok pagi di pemakaman suku beliau Simabur dekat dengan rumah kakanda Nurbeiti.

Malam itu saya, Nawawi dan Sartuni ikut menginap di rumah itu sambil membaca Al- Quran seperti keluarga lainnya. Besok pagi sekitar jam 7.00 kami berangkat ke pemakaman dengan membawa peralatan yang diperlukan. Kira-kira jam 9.00 pagi pekerjaan penggalian pemakaman selesai dan bersamaan dengan itu di dalam rumah, jenazah juga sudah diselamatkan, di kafani, dan di sembahyangkan yang biasanya dilakukan secara bergotong royong oleh pengurus mesjid bersama dengan keluarga terdekat. Setelah diberitahukan bahwa penggalian pemakaman sudah selesai, jenazah segera digotong ketempat pemakaman. Tanpa upacara apapun, jenazah dimasukkan kelobang lahat. Saya hanya membantu pekerjaan kasar saja dengan memegang cangkul di tangan, membantu pekerjaan menggali dan menimbun pemakaman kembali. Belum ada ilmu dan pengertian saya bagaimana semestinya seorang anak bertindak dalam situasi yang seperti itu menurut ajaran agama Islam. Selesai pemakaman kami pulang ke rumah masing-masing, untuk kembali ke pamakaman 3 hari mendatang guna merapikan pemakaman sesuai dengan adat kebiasaan di kampung kita dengan istilah “mandakian pasaro”.

Setiap malam setelah bapak meninggal saya selalu datang ke rumah itu sambil mengaji dan mendampingi ibunda Raiyah rata-rata sampai jam 8.30 malam. Setelah empat malam saya di kampung dan berturut-turut ke rumah ibunda Raiyah, saya ingat lagi asrama di Guguk Pili yang sudah beberapa hari ditinggalkan. Saya merencanakan besok pagi akan kembali ke sana, dan rencana itu saya sampaikan dan sekalian pamit ke ibunda Raiyah malam itu. Alangkah kagetnya saya pagi-pagi besok sudah datang seorang anggota yang tugas piket di asrama itu terburu-buru menjemput saya. Dia melapor kejadian di asrama malam tadi. Mendapat laporan yang tidak disangka-sangka itu saya segera ingin menemui mamanda Ginam selaku Komandan Seksi, untuk melaporkan peristiwa tersebut. Kebetulan mamanda Ginam tidak berada di Parit Putus, mungkin beliau ada di rumah istri beliau yang kedua yaitu di Sitapung (ibunda Emilia isteri Syukbar). Kampung Sitapung terletak antara Parit Putus dengan Guguk Pili. Mudah-mudahan beliau ada di sana dapat diajak sekalian ke Setiap malam setelah bapak meninggal saya selalu datang ke rumah itu sambil mengaji dan mendampingi ibunda Raiyah rata-rata sampai jam 8.30 malam. Setelah empat malam saya di kampung dan berturut-turut ke rumah ibunda Raiyah, saya ingat lagi asrama di Guguk Pili yang sudah beberapa hari ditinggalkan. Saya merencanakan besok pagi akan kembali ke sana, dan rencana itu saya sampaikan dan sekalian pamit ke ibunda Raiyah malam itu. Alangkah kagetnya saya pagi-pagi besok sudah datang seorang anggota yang tugas piket di asrama itu terburu-buru menjemput saya. Dia melapor kejadian di asrama malam tadi. Mendapat laporan yang tidak disangka-sangka itu saya segera ingin menemui mamanda Ginam selaku Komandan Seksi, untuk melaporkan peristiwa tersebut. Kebetulan mamanda Ginam tidak berada di Parit Putus, mungkin beliau ada di rumah istri beliau yang kedua yaitu di Sitapung (ibunda Emilia isteri Syukbar). Kampung Sitapung terletak antara Parit Putus dengan Guguk Pili. Mudah-mudahan beliau ada di sana dapat diajak sekalian ke

Diserang oleh Seksi lain karena salah faham

Kronologis peristiwa tersebut adalah sebagai berikut: Malam itu kira-kira jam 9.00 asrama kami didatangi oleh beberapa orang tak dikenal dan mengetok-ngetok pintu mintak dibuka. Asrama kami adalah rumah panggung terbuat dari kayu dengan 6 buah anak tangga. Setelah ditanya siapa dan mau apa, mereka tidak menjawab dengan benar dan jelas, karena itu pintu tetap tidak dibuka. Dari dalam asrama meminta supaya mereka datang besok saja, sekarang hari sudah malam. Mendengar jawaban itu rupanya mereka sudah putus asa dan mencoba menakut-nakuti dengan melepaskan tembakan dengan pistol ke udara beberapa kali. Mendengar tembakan itu anak-anak yang piket, sejak tadi sudah siap dengan senjata di tangan masing-masing. Lampu-lampu yang ada di dalam rumah dimatikan. Jendela-jendela yang menghadap ke mesjid dibuka pelan-pelan dan langsung membalas tembakan dengan sten-gun ke arah bunyi letusan tadi. Mendengar balasan itu terdengar dari bunyi langkah kaki mereka berlarian menyebar ke berbagai penjuru. Kepala piket waktu itu adalah Mohamad Nur orang Batu Sangkar. Dia mengambil inisiatif bersama 3 orang anggota turun ke dapur yang menyatu dengan rumah di belakang. Di situ ada pintu keluar. Melalui pintu keluar itu dia bermaksud untuk menyerang balik tamu-tamu tidak diundang tersebut. Ternyata mereka sudah menghilang di kegelapan malam.

Besok paginya masyarakat banyak berdatangan menanyakan kejadian malam tadi. Dari kesaksian masyarakat dapat diketahui bahwa tamu-tamu malam itu adalah salah satu Regu dari salah satu Seksi lain, mengetahui bahwa asrama kami sedang sepi, dengan maksud untuk mengambil senjata-senjata kami. Soal curi mencuri senjata, dan lucut-melucuti sering terjadi di masa revolusi. Senjata adalah barang langka dan sangat lux waktu itu.

Seksi II memang agak berbeda dibanding dengan seksi-seksi lain. Dibidang anggota kami yang berjumlah 60 orang itu terdiri dari beberapa kecamatan bahkan ada antara Kabupaten, jadi ada keberagaman dan mempunyai unsur kompetesi, sedangkan pada dua seksi lainnya, anggotanya hanya intern kewalian paling-paling intern kecamatan. Dalam bidang managemen, kami mempunyai Komandan Seksi dan Wakil Komandan Seksi, yang masing-masing mempunyai job description yang jelas. Saya sebagai orang yang diserahi tugas dan tanggung jawab di lapangan saya laksanakaan tugas tsb, dengan penuh tanggung jawab dan konsentrasi. Tidak pernah diintervensi bahkan tiap-tiap kebijakan dan tindakan saya selalu dipertanggung jawabkan keatasan kami maupun kepihak luar sebagai tindakan Komandan Seksi sendiri. Demikian juga Komanda Seksi, sebagai yang bertanggung jawab bidang logistik memang cocok dengan bakat beliau sebagai orang yang sudah berumur waktu itu. Beliau orang yang cukup dikenal luas ditingkat Kabupaten memudahkan beliau melaksanakan tugas dalam melengkapi kebutuhan logistik kami dalam persenjataan dan konsumsi tambahan seperti lauk-pauk, rokok, dan lain-lain, sesuai kondisi waktu itu. Sedangkan seksi-seksi lain tidak ada yang mengusahakan logistik, sehingga hanya mengharapkan tetesan dari Wali Perang atau Camat Perang saja. Dalam kesejahteraan mereka masih di bawah kami Seksi II. Ukuran kesejahteraan waktu itu adalah rokok. Bila anggota-anggota selalu mendapat pasokan rokok putih (Escort atau Kansas) itu berarati Seksi II memang agak berbeda dibanding dengan seksi-seksi lain. Dibidang anggota kami yang berjumlah 60 orang itu terdiri dari beberapa kecamatan bahkan ada antara Kabupaten, jadi ada keberagaman dan mempunyai unsur kompetesi, sedangkan pada dua seksi lainnya, anggotanya hanya intern kewalian paling-paling intern kecamatan. Dalam bidang managemen, kami mempunyai Komandan Seksi dan Wakil Komandan Seksi, yang masing-masing mempunyai job description yang jelas. Saya sebagai orang yang diserahi tugas dan tanggung jawab di lapangan saya laksanakaan tugas tsb, dengan penuh tanggung jawab dan konsentrasi. Tidak pernah diintervensi bahkan tiap-tiap kebijakan dan tindakan saya selalu dipertanggung jawabkan keatasan kami maupun kepihak luar sebagai tindakan Komandan Seksi sendiri. Demikian juga Komanda Seksi, sebagai yang bertanggung jawab bidang logistik memang cocok dengan bakat beliau sebagai orang yang sudah berumur waktu itu. Beliau orang yang cukup dikenal luas ditingkat Kabupaten memudahkan beliau melaksanakan tugas dalam melengkapi kebutuhan logistik kami dalam persenjataan dan konsumsi tambahan seperti lauk-pauk, rokok, dan lain-lain, sesuai kondisi waktu itu. Sedangkan seksi-seksi lain tidak ada yang mengusahakan logistik, sehingga hanya mengharapkan tetesan dari Wali Perang atau Camat Perang saja. Dalam kesejahteraan mereka masih di bawah kami Seksi II. Ukuran kesejahteraan waktu itu adalah rokok. Bila anggota-anggota selalu mendapat pasokan rokok putih (Escort atau Kansas) itu berarati

Mungkin motif mereka melakukan itu selain dari ingin mendapatkan senjata juga ada faktor cemburu, tetapi sayang caranya tidak terpuji dan memalukan.

Sesampai saya di asrama dan setelah mendapat laporan lengkap dari kepala piket, saya dengan ditemani kepala piket dan seorang anggota dengan senjata pergi melapor kepada Komandan Sektor III/B yang waktu itu sedang berada di Candung. Komandan Sektor prihatin dengan kejadian itu, dan beliau minta kami bersabar, dan menyerahkan penyelesaian peristiwa tersebut kepada Komandan Sektor dan jajarannya. Permintaan ini kami anggap sebagai perintah. Kami tidak melakukan langkah-langkah pembalasan karena, untuk tidak mangkin melebar dan merugikan semua pihak.

Beberapa hari kemudian mamanda Ginam datang ke asrama, rupanya beliau mendengar dari orang lain peristiwa itu. Saya laporkan kepada beliau kronologis kejadian sampai pada laporan kami kepada Komandan Sektor dan saran Komandan Sektor kepada kami. Beliau dapat menyetujui langkah-langkah yang telah kami ambil, hanya saja beliau bersyukur bahwa beliau tahu kemudian. Bila pada hari-hari pertama sebelum melapor kepada Komandan Sektor beliau mengetahui keadaan akan lain. Mamanda Ginam mempunyai temperamen yang tinggi dan kejadian seperti itu adalah pantangan beliau.

Ditarik ke Markas Kompi Guntur di Sungai Puar langsung dibawah Yusuf Black Cat dan Aga Kartanagara.

Allah telah menentukan segala sesuatu sesuai dengan kemauan Nya. Setiap kejadian ada hikmahnya, bergantung kita memanfaatkan hikmahnya atau mengingkarinya. Beberapa hari setelah melapor ke Komandan Sektor, tiba-tiba kami menerima surat perintah dari komandan Kompi Guntur supaya kami sedapat surat perintah itu segera melapor bersama anggotanya dan persenjataannya sesuai dengan daftar-daftar yang disampaikan. Sedapat surat itu saya langsung mencari mamanda Ginam selaku Komandan Seksi untuk minta persetujuannya dan setelah itu kepada Komandan Sekor III/B untuk mendapatkan pertimbangannya. Dari Komandan Sektror saya mendapat penjelasan bahwa latar belakang keluarnya surat perintah itu adalah hasil pertemuan Komandan Sektor III/B dengan Komandan Kompi Guntur beberapa hari yang lalu sewaktu melaporkan kejadian yang menimpa Seksi II di Guguk Pili. Surat perintah itu adalah jalan terbaik untuk Seksi II beserta anggota-anggotanya dibelakang hari.

Dengan diterimanya surat pertintah itu secara intern organisasi rasanya sudah tidak ada masalah dan prosedurnya sudah saya lalui. Yang belum dilakukan adalah pemberitahuan/pamit kepada masyarakat yang banyak jasanya selama perjuangan fisik sejak clash kedua awal l949. Untuk menghemat waktu, saya segera pergi menemui pemuka- pemuka masyarakat khususnya di Guguk Pili melalui mamanda Ilyas St. Sati dan etek Andam (ibu angkat saya) yang sangat dekat dengan saya waktu itu. Setelah saya mengucapkan permohonan maaf dan ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat di Guguk Pili mewakili seluruh anggota Seksi II. Pada hari yang dijadwalkan semula dimana Dengan diterimanya surat pertintah itu secara intern organisasi rasanya sudah tidak ada masalah dan prosedurnya sudah saya lalui. Yang belum dilakukan adalah pemberitahuan/pamit kepada masyarakat yang banyak jasanya selama perjuangan fisik sejak clash kedua awal l949. Untuk menghemat waktu, saya segera pergi menemui pemuka- pemuka masyarakat khususnya di Guguk Pili melalui mamanda Ilyas St. Sati dan etek Andam (ibu angkat saya) yang sangat dekat dengan saya waktu itu. Setelah saya mengucapkan permohonan maaf dan ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat di Guguk Pili mewakili seluruh anggota Seksi II. Pada hari yang dijadwalkan semula dimana

Setelah pertemuan itu kami masing-masing menyiapkan segala sesuatunya untuk segera berangkat ke Sungai Puar melapor dan bergabung dengan Kompi Guntur. Senjata yang tidak masuk dalam laporan telah diamankan sebelumnya oleh mamanda Ginam di Parit Putus di rumah ibunda saya. Setelah segala sesuatunya siap, kami bersama-sama pamit dengan masyarakat yang telah menampung kami selama beberapa bulan. Ada yang meneteskan airmata kesedihan berpisah dan ada juga menyempatkan diri mengantarkan beberapa kilometer perjalanan menuju Sungai Puar. Saya sangat terharu melihat partisipasi masyarakat yang lugu kepada perjuangan kami yang saya anggap tidak seberapa itu. Insya Allah satu ketika ada kesempatan untuk berterima kasih kepada mereka dengan suatu karya nyata. Amin !.

3. Foto Veteran tahun 1996

Sesampai kami di markas Kompi Guntur di Sungai Puar, saya melapor ke piket jaga. Dari piket jaga kami mendapat kabar bahwa sudah ada pesan dari Komandan Kompi, bila kami sudah datang supaya dibawa langsung ke asrama yang sudah disiapkan. Kami ditempatkan disebuah rumah penduduk dipinggir jalan lurus lebih kurang 1 km arah Gunung Merapi dari Simpang pasar Sungai Puar. Dari piket jaga saya mendapat informasi bahwa Komandan Kompi Guntur pak Yusuf Black Cat sejak beberapa hari lalu sedang berada di

Padang, jadi tidak ada ditempat. Malamnya saya datang ke rumah pak Aga Kartanagara Wakil Komandan Kompi Guntur melaporkan kedatangan kami sekalian minta pengarahan selanjutnya.

Dari pak Aga Kartanagara saya mendapat penjelasan bahwa Seksi II tadinya di bawah organisasi Sektor III/B, maka sejak hari itu dimasukkan kedalam struktur Kompi Guntur. Dalam waktu dekat anggota kami akan diseleksi dan akan disesuaikan dengan standar Kompi Guntur yang sedang dipersiapkan. Salah satu syaratnya adalah harus bisa tulis baca. Bagi anggota yang tidak lulus test akan dikembalikan ke masyarakat. Bagi anggota yang ragu-ragu untuk berkarir di ketentaraan dapat mengundurkan diri sebelum dibuat laporan ke kesatuan yang lebih tinggi yaitu Batalion. Kepada saya disuruh menginventarisir kembali. Bagi anggota yang sudah mantap akan meneruskan karirnya di ketentaraan diperintahkan untuk terus berlatih, sambil menunggu perekembangan selanjutnya. Informasi ini saya sampaikan kepada anggota-anggota yang sudah tidak utuh lagi sebanyak 60 orang. Waktu masih berada di Guguk Pili sebagian sudah menyatakan mengundurkan diri dan ingin kembali ke profesi mereka sebelumnya.

Semenjak mendengar informasi dan persyaratan itu, maka bagi mereka yang buta huruf dan merasa tidak akan lulus test satu persatu mengundurkan diri. Sisa terakhir tinggal sekitar

40 orang. Hampir 2 bulan kami di sana bergabung dengan Kompi Guntur kami tidak mendengar lagi perkembangan dua seksi lainnya yang sebelumnya berada di bawah Sektor III/B, bersama-sama seksi kami. Yang pasti mereka tidak ada dalam kesatuan Kompi Guntur, kabarnya mereka diarahkan untuk dibubarkan.

xxxxx