USAHA SENDIRI DENGAN NAMA PT PAGARMAS

15. USAHA SENDIRI DENGAN NAMA PT PAGARMAS

Saya mengajukan permohonan berhenti tidak lama setelah pindah ke Jalan Wasukancana No

5 Bandung. Saya sudah tidak sabar lagi mendengar ucapan-ucapan sinis teman-teman sekerja yang anti pati kepada saya. Apalagi setelah mereka mengetahui bahwa tawaran untuk pindah ke Medan saya tolak. Pada saat mengajukan permohonan berhenti itu, saya tidak mempunyai persiapan sama sekali. Baik persiapan pekerjaan di tempat lain setelah berhenti dari PT Teknik Umum, maupun persiapan deposito untuk menjamin hidup beberapa bulan. Yang memberanikan saya mengambil keputusan itu adalah, masih mempunyai sawah di Ciranjang seluas lebih kurang tiga hektar. Dengan adanya sawah tersebut, minimal untuk kebutuhan beras tidak memikirkan lagi.

Pak Syafni sewaktu mengetahui saya sudah berhenti dari PT Teknik Umum, beliau kaget, apalagi setelah mengetahui bahwa saya mengajukan berhenti sebelum mempunyai cadangan pekerjaan di tempat lain. Kata beliau, ini namanya nekad, sambil mengeluarkan pepatah berbahasa Belanda yang artinya “Sebelum ada sepatu baru, sepatu lama jangan dibuang dulu”. Kalau sepatu lama sudah dibuang dan sepatu baru tidak segera dapat, berarti kita harus berjalan tanpa sepatu, resikonya kepanasan dan lain-lain.

Saya katakan, bahwa saya sudah tidak nyaman lagi bekerja di situ sejak saudara salah seorang Direktur masuk di Cabang Bandung. Dia selalu menghembuskan isu-isu yang menyakitkan hati. Daripada saya nanti bentrok secara terbuka dengan dia lebih baik saya mengundurkan diri. Saya yakin Allah menjamin rezki umatnya asal saja umatnya berusaha dan berdoa. Mendengar tekad saya itu, beliau termenung sejenak. Saya lihat beliau ikut rusuh melihat saya mulai menganggur, dengan anak-anak banyak dan masih kecil-kecil bahkan ada yang masih bayi. Saya katakan, bila beberapa bulan mendatang saya belum dapat pekerjaan, saya minta izin sama pak tuo (panggilan kami kepada pak Syafni) meletakkan gerobak dibawah pohon lengkeng itu, sambil menunjuk ke pohon lengkeng, untuk berjualan nasi padang. Beliau pun tertawa, bahwa saya dari posisi selaku Direktur Muda di PT Teknik Umum sekarang mau menjual nasi padang dengan gerobak di pinggir jalan protokol seperti Jalan Wastukancana.

Waktu itu perkuliahan di jurusan akuntansi sedang sibuk dan asyik-asyiknya. Rumah saya di jadikan teman-teman tempat belajar bersama, rata-rata dua kali seminggu. Karena kesibukan tersebut tidak terasa bahwa saya adalah penganggur. Saya belajar lebih intensif, selain dari menghalau stress, tetapi juga sebagai persiapan bila nanti ada kesibukan baru mungkin tidak se intensif seperti sekarang belajarnya.

Pada suatu hari, Hasanuddin, teman kuliah di jurusan Administrsi Niaga dulu datang menemui saya. Dia sekarang menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Parahiangan. Dia mengatakan bahwa dia disuruh oleh dekan Fakultas mencari orang yang sanggup mengajar Administrasi Perusahaan Modern (APM). Hasanudddin yakin, bahwa saya adalah orang yang cocok untuk tugas itu. Kalau saya berminat saya disuruh menyiapkan Curiculum Vitae yang akan diserahkan ke dekan Fakultas, untuk diproses. Saya katakan bahwa tawaran ini adalah menarik, dan saya berterima kasih. Hanya saja profesi mengajar belum pernah saya coba.

Saya pikir untuk menjadi dosen yang baik, dia harus benar-benar menguasai materi yang akan diajarkan, kalau tidak menguasai, maka mahasiswa akan menjadi korban. Tahap pertama dia mengajar, dia mesti siap menyediakan waktu tiga kali jam dia mengajar, untuk menyiapkan materi yang akan di ajarkannya. Saya beri contoh, dosen yang ideal adalah seperti pak Soemita Adi Koesoemah yang begitu menguasai materi yang diajarkan, bahkan beliau hafal sampai pada nomor halaman dalam buku yang menjelaskan materi yang diajarkannya. Saya katakan, saya bukanlah orang yang ideal untuk itu.

Kira-kira seminggu setelah kami berbicara dengan pak Syafni, bahwa saya berhenti dari PT Teknik Umum, beliau datang ke rumah membawa beberapa lembar kop surat PT Pagarmas yang sudah lama tidak jalan. PT Pagarmaas dulunya adalah perusahaan pembuat mebel-mebel meladeni pesanan instansi Pemerintah. Tetapi karena sesuatu hal sudah lama berhenti. Kop surat itu sebagian sudah kekuning-kuningan karena tidak tersimpan rapi. Mula- mula saya tidak mengerti maksud beliau membawa kop surat itu untuk apa. Begini buya kata beliau, (buya adalah panggilan kelompok pengajian Wastukancana kepada saya). Buya di PT Teknik Umum di bagian Perdagangan, berarti banyak relasi di instansi-instansi pemerintah. Supaya relasi-relasi tersebut tidak terputus, jalankanlah PT Pagarmas ini. Nanti kalau ada green light bahwa bisa jalan, nanti aktenya kita robah, disesuaikan dengan bidang usahanya dan kepemilikannya dan lain-lain. Waktu beliau bicara itu saya baru mendengarkan saja, belum ada ide waktu itu bagaimana menjalankan perusahaan yang sudah lama tidak jalan ini. Saya katakan, baiklah paktuo (paktuo adalah panggilan kami kelompok pengajian untuk pak Syafni) nanti kita coba jalankan siapa tahu bisa.

Order Pertama dari Balai Penelitian Tanaman Industri IPB Bogor

Pak Syafni orangnya baik. Rasa sosialnya tinggi. Beliau akan berbuat dan berusaha maksimal untuk menolong teman-teman yang sudah beliau kenal bila menghadapi kesulitan. Bukti terakhir adalah beliau membantu Busmar dengan proyek pertanian cabe dan bawangnya di Cisandaan, Garut yang gagal total. Tidak sedikit dana beliau tersedot ke proyek itu, yang berasal dari simpanan maupun penghasilan beliau sebagai pimpinan PT Baruajak. PT Baruajak adalah perusahaan susu murni kepunyaan Doktor Orzone orang Itali yang menjadi warga negara Belanda yang sudah kembali ke negeri Belanda tahun 1950. PT Baruajak sudah di hibahkan Doktor Orzone kepada Yayasan Kristen yang membawahi Universitas Parahiangan, dan mengangkat pak Syafni sebagai pimpinannya. Pak Syafni, dulunya adalah kepala Bagian Pembukuan di PT Baruajak.

Tawaran pak Syafni dua hari yang lalu, menyuruh saya mengatifkan perusahaan beliau PT Pagarmas saya pikirkan secara serius. Kebetulan saya ingat, bahwa saat terakhir saya akan mengajukan berhenti dari PT Teknik Umum, ada permintaan penawaran pembuatan alat penyulingan daun cengkeh menjadi minyak cengkeh yang belum sempat saya ladeni dari Balai Tanaman Industri, Institut Pertanian Bogor (IPB). Kebetulan kepalanya adalah seorang Insinyur Pertanian berasal dari Koto Gadang, masih famili dengan Fazar teman sekerja saya di PT Teknik Umum. Saya pikir kalau belum ada perusahan lain yang meladeni, saya akan coba meladeninya atas nama PT Pagarmas.

Besoknya dengan naik bus, saya berangkat ke Bogor menghubungi Balai Tanaman Industri terebut, sambil memberitahukan bahwa saya sudah tidak di PT Teknik Umum lagi, tetapi sudah pindah ke PT Pagarmas. Saya menanyakan apakah instalasi untuk destilasi daun cengkeh menjadi minyak cengkeh yang Bapak minta dulu sudah direalisir atau belum ?. Pejabat tersebut mengatakan belum, apakah PT Pagarmas sanggup membuatnya ?, sambil mengambil gambar destilasi tersebut dan memperlihatkan kepada saya.. Gambar tersebut sudah dilengkapi dengan uraian teknisnya. Saya katakan, mudah-mudahan bisa, dan saya pinjam gambar tersebut dan minggu depan akan saya kembalikan sambil mengajukan penawarannya. Karena saya sudah kenal baik dengan pejabat tersebut dan saya pun dizinkan meminjam gambar itu dengan janji minggu depan dikembalikan berikut surat penawarannya.

Dalam perjalanan pulang ke Bandung, saya ingat, yang bisa mengerjakan pekerjaan rumit ini adalah bengkel Margono yang terletak di belakang lapangan bola bekas lapangan bola Siliwangi di Jalan Ahmad Yani, Bandung. Dulu sewaktu saya masih di PT Teknik Umum sering bekerja sama dengan bengkel Margono untuk pekerjaan yang sulit dan selalu berhasil.

Besoknya saya datang ke bengkel Margono sambil membawa gambar destilasi. Saya katakan bahwa saya dapat order pembuatan destilasi penyulingan daun cengkeh menjadi minyak cengkeh seperti gambar ini. Kalau sanggup kita jadikan pesanan ini pesanan bersama, dimana PT Pagarmas yang maju sebagai penerima order dan bengkel Margono sebagai pelaksana. Keuntungan kita bagi dua, setelah dikurangi pajak 10 %. Dia mengatakan akan mempelajari lebih dulu dan besok akan memberi kabar. Saya sengaja menawarkan dengan kondisi demikian supaya saya bebas dari resiko pembayaran uang muka dari pesanan, dan bebas dari resiko bila ada kegagalan dari segi teknis dibelakang hari.

Sekembali dari bengkel Margono saya menemui pak Syafni, memberitahukan bahwa saya sudah pikirkan saran untuk mengaktifkan kembali PT Pagarmas yang sudah lama tidak jalan. Saya katakan Insya Allah saya akan mencoba mengaktifkan PT Pagarmas, bahkan kemarin saya sudah mulai menemui salah satu relasi lama saya sewaktu saya masih di PT Teknik Umum, yaitu Balai Penelitian Tanaman Industri IPB di Bogor. Dari sana Pagarmas diminta mengajukan penawaran pembuatan alat untuk penyulingan daun cengkeh menjadi minyak cengkeh. Saya katakan juga, bahwa saya sudah menemukan bengkel yang sanggup membuat alat tersebut dan minggu depan akan mengajukan penawaran ke Balai Penelitain Tanaman Industri di Bogor. Saya tanyakan, apakah masih ada sisa kop surat, empelop serta stempel PT Pagarmas. Pak Syafni langsung mencari-cari yang saya tanyakan itu, dan kembali membawa beberapa lembar kop surat, empelop dan 1 bh. stempel PT Pagarmas. Hanya saja kasur stempelnya sudah kering, tintanya mesti dibeli dulu, kata beliau. Saya terima barang- barang tersebut dan saya katakan, biarlah tinta stempel saya beli nanti. Saya pamit dan minta pak Syafni mendoakan semoga penawaran yang pertama ini berhasil untuk menentukan langkah-langkah berikutnya.

Seminggu setelah kedatangan saya ke bengkel Margono minggu yang lalu, saya datang lagi kesana. Dia juga menunggu kedatangan saya, karena dua hari yang lalu dia sudah siap dengan kalkulasi harga serta masa pengerjaan alat tersebut. Dia mengatakan, bahwa dia sanggup mengerjakan alat tersebut dalam waktu lima belas hari kerja. Harga pokoknya Seminggu setelah kedatangan saya ke bengkel Margono minggu yang lalu, saya datang lagi kesana. Dia juga menunggu kedatangan saya, karena dua hari yang lalu dia sudah siap dengan kalkulasi harga serta masa pengerjaan alat tersebut. Dia mengatakan, bahwa dia sanggup mengerjakan alat tersebut dalam waktu lima belas hari kerja. Harga pokoknya

Sewaktu saya menyiapkan surat penawaran, saya tanyakan kepada pak Syafni, apakah beliau bersedia menanda tanganinya selaku direktur. Beliau mengatakan supaya saya saja menanda tanganinya selaku Wakil Direktur. Nanti kalau sudah disetujui kita buat saja surat pengangkatan selaku Wakil Direktur, sambil menunggu perobahan akte pendirian, kata beliau. Baiklah kata saya.

Surat penawaran tersebut saya buat sedetail mungkin, sesuai dengan analisa teknis termasuk bahan-bahan yang digunakan, yang sudah disiapkan oleh Margono. Maksudnya adalah untuk memudahkan bagi orang teknik membacanya, sehingga dia mengetahui dan meyakini bahwa orang yang akan mebuat alat ini betul-betul menguasai secara teknis apa yang di maksud dengan alat penyuling yang ditawarkan. Selesai penawaran dibuat, besoknya saya pergi ke Bogor mengantarkan Penawaran tersebut sambil mengembalikan gambar peyulingan yang saya pinjam minggu lalu. Surat penawaran tersebut saya serahkan langsung kepada pimpinan.

Waktu menyerahkan penawaran tersebut saya katakan kepada pimpinan Balai Penelitian Tanaman Industri, bila memerlukan tambahan penjelasan teknis dari penawaran kami ini, teknisi kami akan bersedia datang untuk menjelaskannya. Dia menjawab, bahwa penawaran ini akan dipelajari oleh suatu team yang akan membahas dari segi teknis dan harganya termasuk masa penyerahannya. Setelah ada kesepakatan baru diputuskan atau meminta tambahan penjelasan kepada penawar. Oleh karena itu dia minta agar penawar bersabar menunggu keputusan antara tiga minggu sampai satu bulan. Kalau ada hal-hal yang diperlukan antara waktu itu kami akan telpon, katanya.

Kira-kira dua minggu setelah penyerahan penawaran tersebut ada telepon dari Balai Penelitian Tanaman Industri. Minta saya datang menghadap ke sana bersama dengan teknisi yang akan membuat penyulingan tersebut, karena ada hal-hal yang akan dibicarakan dengan team sebelum mengeluarkan keputusan. Permintaan tersebut saya sanggupi dan pada hari dan jam yang ditentukan saya dan Margono sudah ada di Balai Penelitian Tanaman Industri memenuhi undangan mereka. Kedatangan kami tersebut sudah ditunggu oleh satu team yang akan memberikan keputusan atas penawaran yang kami ajukan. Mereka mangajukan beberapa petanyaan yang menyangkut aspek teknis. Semua pertanyaan tersebut dijawab oleh Margono dengan lancar dan meyakinkan.

Ada kira-kira tiga jam kami berdiskusi di sana, akhirnya mereka mengatakan bahwa penawaran kami, dapat mereka setujui dan kontraknya akan mereka persiapkan dan dapat ditanda tangani seminggu lagi. Alhamdulillah kami ucapkan, mendengar keputusan itu, dan saya katakan kepada Margono, sekarang sudah bisa mulai persiapan pekerjaan sambil Ada kira-kira tiga jam kami berdiskusi di sana, akhirnya mereka mengatakan bahwa penawaran kami, dapat mereka setujui dan kontraknya akan mereka persiapkan dan dapat ditanda tangani seminggu lagi. Alhamdulillah kami ucapkan, mendengar keputusan itu, dan saya katakan kepada Margono, sekarang sudah bisa mulai persiapan pekerjaan sambil

Sekembali dari Bogor saya langsung memberitahukan kepada pak Syafni, bahwa Allah telah mengabulkan doa kita semua. Penawaran kita ke Balai Penelitian Tanaman Industri disetujui dan minggu depan kontrak pembeliannya sudah dapat ditanda tangani. Saya katakan, mungkin ini adalah isyarat dari Allah, bahwa PT Pagarmas Insya Allah dapat dikembangkan asal kita mau berusaha dan bekerja. Pak Syafni mengatakan, syukurlah, mudah-mudahan dibawah kepemilikan dan kendali buya PT Pagarmas dapat dimanfaatkan. Mulai sekarang pikirlah rencana perbaikan akte pendirian, khusus dalam bidang usahanya, sedangkan kepemilikannya saya serahkan semua saham saya kepada buya. Jadi buya adalah pemilik tunggal dari PT Pagarmas ini. Bila sudah siap, sewaktu-waktu kita pergi ke Notaris untuk perbaikan akte pendirian tersebut.

Mendengar tawaran yang tulus itu, saya sungguh terharu, dan alangkah egoisnya saya jika tawaran tersebut saya terima begitu saja. Dari situ saya menilai pak Syafni bukanlah tipe orang materialis tetapi idealis. Sudah jelas terlihat keuntungan di hadapan mata, bahwa dengan pesanan pertama saja PT Pagarmas sudah mendapat keuntungan yang lumayan menurut ukuran waktu itu, tetapi beliau tidak minta bagian sedikit pun. Bahkan beliau memberikan perusahaannya kepada saya untuk dikembangkan, tanpa meminta kompensasi sedikitpun, sekarang maupun nanti.

Alangkah mulianya hati pak Syafni, semoga arwah beliau dilapangkan Allah di dalam kuburnya. Saya bersyukur bahwa budi baik pak Syafni tersebut dapat saya balas walaupun tidak seimbang dengan jasa-jasa beliau kepada kami selama itu. Caranya ialah pada saat beliau dalam kesulitan keuangan untuk menebus rumah yang di Jalan Wastukancana no.5 (foto copy sekarang) Saya diberi Allah rezki cukup untuk menebus rumah tersebut atas nama beliau, sehingga beliau tidak perlu mengeluarkan uang sedikitpun. Atas kebaikan pak Syafni jugalah kita dapat menempati tiga persil di Wastukancana yang cukup strategis ini. Semoga bermanfaat dunia akhirat buat kita dan keturunan kita di belakang hari, Amin. Semoga kebaikan pak Syafni mendapat ganjaran yang berlipat ganda di sisi Allah, Swt. Amin.

Berkat rahmat dan petunjuk Allah Swt, segala sesuatu berjalan lancar, baik dari pelaksanaan pesanan Balai Penelitian Tanam Industri Bogor, maupun pengalihan PT Pagarmas dari pak Syafni ke saya, dengan kepemilikan dan bidang usaha yang berbeda dengan sebelumnya.

Bergerak Dalam Bidang Kontraktor Termasuk Instalatur Listrik

Berita tentang saya mendapat pesanan dari Balai Penelitian Tanaman Industri di Bogor dengan mengggunakan nama PT Pagarmas, mulai merambah ke teman-teman di PT Teknik Umum. Bagi teman-teman yang tadinya bersimpati kepada saya sudah mulai berdatangan Berita tentang saya mendapat pesanan dari Balai Penelitian Tanaman Industri di Bogor dengan mengggunakan nama PT Pagarmas, mulai merambah ke teman-teman di PT Teknik Umum. Bagi teman-teman yang tadinya bersimpati kepada saya sudah mulai berdatangan

Tahap pertama saya menerima Pieters, yaitu bawahan saya langsung sejak saya diangkat sebagai kepala bagian perdagangan di PT Teknik Umum cabang Bandung sejak beberapa tahun lalu yang saya anggap setia kepada saya selama ini. Pieters lebih tua dari saya kira-kira

5 tahun dan dia bekas tentara Belanda (KNIL) dengan pangkat sersan. Dia lincah untuk menerobos ke kantor-kantor pemerintah, apalagi ke bekas-bekas relasi kita di PT Teknik Umum dulu. Sejak Pieters bergabung dengan PT Pagarmas, praktis perdagangan di PT Teknik Umum lumpuh, karena tidak ada pengganti kami, setelah kami berhenti.

Enam bulan pertama kami hanya hidup dari order-order perdagangan saja dari Pabrik Kertas Padalarang, Perusahaan Jawatan Kereta Api, PN Telkom dan lain-lain. Untuk menata pembukuan dan keuangan, saya serahkan kepada Adang yang sudah lama berhenti dari PT Teknik Umum. Di Teknik Umum dia adalah asistennya Suyono sebagai kepala Pembukuan. Alhamdulillah, selama enam bulan pertama, modal kerja sudah mulai terkumpul sedikit demi sedikit. Karena sudah punya modal kerja walupun sedikit, kami mulai memberanikan diri menggerakkan bidang kontraktor.

Langkah pertama yang kami lakukan untuk menggerakkan bagian kontraktor adalah mengurus izin-izin yang diperlukan. Ada tiga kelas izin waktu itu, yaitu klas C, adalah bagi kontraktor yang sanggup melaksanakan proyek-proyek senilai sampai Rp. 50 juta. Klas B, adalah untuk kontraktor yang sanggup melaksanakan pekerjaan antara Rp.50 juta sampai Rp. 500 juta, sedangkan klas A, adalah kontraktor yang sanggup melaksanakan pekerjaan diatas Rp.500 juta. Kami mengurus izin untuk kelas C saja dulu yaitu yang paling rendah. Setelah izin keluar kami mulai membuat surat pemberitahuan kepada semua client PT Pagarmas, bahwa PT Pagarmas sudah memiliki izin kontraktor klas C, dan dapat meladeni pekerjaan sipil dan sejenisnya. Dengan adanya izin tersebut kami minta agar setiap undangan tender pekerjaan sipil atau sejenisnya untuk klas C, kami minta diundang.

Surat pemberitahuan tersebut, selain dikirimkan ke instansi-instansi pemerintah, perusahaan-perusahaan negara, juga ke pimpinan proyek pembangunan lima tahun (pelita). Salah satu surat pemberitahuan tersebut dikirimkan ke proyek cable duct Telkom di Jakarta. Alamat proyek ini saya peroleh dari seorang teman bernama Syarifuddin, pegawai telkom, orang Bukittinggi, tinggal di Jalan Pasang yang menjadi bendahara di proyek tersebut. Kebetulan waktu itu adalah awal tahun anggaran, dimana sedang banyak tender- tender yang diadakan oleh pimpinan proyek. Diantara sekian banyak tender yang diikuti oleh PT Pagarmas, kami kebagian proyek pembuatan mebel untuk mengisi salah satu mess telkom di Jakarta.

Dalam mempersiapkan dokumen tender-tender tersebut, seperti pembuatan proposal teknis dan proposal biaya adalah dengan cara bekerja sama dengan tenaga-tenaga ahlinya.

Seperti untuk mempersiapkan tender mebel proyek cable duct telkom tersebut adalah bekerja sama dengan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan mebel. Bila PT Pagarmas menang dalam proyek tersebut, maka kepada perusahaan yang menyiapkan dokumen tender tersebut sebagai pelaksananya. Cara ini sama dengan yang dilakukan terhadap pesanan Balai Penelitian Tanaman Industri, di Bogor beberapa bulan yang lalu. Bedanya hanya dari segi pembagian laba.

Proyek pertama ini kami selesaikan tepat waktu, dengan hasil memuaskan, sehingga pimpinan proyek memuji pekerjaan PT Pagarmas, selaku pendatang baru. Tahun anggaran berikutnya kami diundang lagi untuk pekerjaan dengan nilai jauh lebih besar dari proyek penyiapan mebel. Yaitu penggalian cable duct antara kantor pusat Telkom di Gambir sampai ke simpang Harmoni meliwati bina graha (di samping istana) sejauh hampir tiga kilometer.

Karena pekerjaan ini adalah pekerjaan sipil, maka dalam menyiapkan tendernya tidak dapat disamakan dengan proyek-proyek sebelumnya. Untuk itu kami minta bantuan tenaga kepada salah seorang yang sudah biasa menghitung anggaran biaya proyek sipil dari Pekerjaan Umum, Direkrorat Perumahan dan Gedung-gedung. Dia dibantu oleh seorang temannya yang sudah pensiun dari Pekerjaan Umum. Orangnya banyak berpengalaman di proyek-proyek, dengan harapan, bila proyek ini dapat dimenangkan, dia akan menjadi pengawas lapangan nanti. Saya menyetujui keinginan mereka ini, karena PT Pagarmas sendiri tidak mempunyai orang yang berpengalaman mengawasi proyek tersebut.

Setelah mendapatkan teman yang notabene sebagai teknisi dan tenaga ahli PT Pagarmas, maka saya memberanikan diri untuk ikut serta tender dengan membeli dokumen tender tersebut. Kami (saya dan tenaga ahli dari Pekerjaan Umum) mengikuti rapat penjelasan- penjelasan teknis dan administratif yang diadakan oleh pimpinan proyek, untuk menyatukan pengertian dan keseragaman yang harus dipenuhi oleh para peserta tender nantinya. Sekembali dari rapat penjelasan (aanwijzing) yang diadakan oleh pimpinan proyek tersebut, antara kami membagi tugas. Tugas saya adalah melengkapi semua syarat-syarat administratif, sedangkan teman yang dari Pekerjaan umum mempersiapkan perhitungan biaya dan syarat-syarat teknis lainya.

Salah satu syarat yang harus dilengkapi dalam tender tersebut adalah para peserta diwajibkan menyetor pada bank yang ditentukan sejumlah uang yang disebut dengan tender bond. Tender bond tersebut adalah sebagai jaminan, bila yang bersangkutan ditunjuk nanti sebagai pemenang tetapi yang bersangkutan mundur, maka tender bondnya menjadi jaminan. Penyiapan tender bond ini adalah kewajiban saya.

Waktu untuk penyiapan dokumen tender kepada peserta hanya seminggu setelah hari rapat pemberian penjelasan diberikan oleh pimpinan proyek. Penerimaan dokumen tender ditetapkan pada hari yang ditentukan tepat jam 9.00 pagi. Bagi yang terlambat memasukkan dokumen tendernya dari jam 9.00 walaupun satu menit dinyatakan gugur. Kepada semua peserta diharapkan hadir untuk menyaksikan pembukaan dokumen tender tersebut, untuk menghindari protes-protes yang tidak berdasar di belakang hari.

Pada saat rapat pembukaan tender dimulai, ternyata ada limabelas peserta yang memasukkan dokumen tendernya tepat waktu. Yang pertama diperiksa oleh panitia tender Pada saat rapat pembukaan tender dimulai, ternyata ada limabelas peserta yang memasukkan dokumen tendernya tepat waktu. Yang pertama diperiksa oleh panitia tender

Dari Syarifuddin, bendaharawan proyek yang ditenderkan itu, bercerita kepada saya, biasanya waktu lima hari itulah kesempatan bagi para kontrakor peserta tender melakukan loby-loby dan servis kepada panitia supaya proyek tersebut jatuh kepadanya. Mendengar cerita yang jarang saya dengar itu, dalam hati saya berkata, saya tidak pandai berbuat sejauh itu dan mudah-mudahan tidak akan mau untuk selama-lamanya. Waktu lima hari sudah tiba. Besok adalah hari pengumuman pemenang tender yang dibuka lima hari lalu. Alhamdulillah PT Pagarmas dinyatakan sebagai pemenang dengan penjelasan dan alasan panitia tentang keunggulannya dibanding dengan peserta lainnya. Mendengar keputusan itu, para peserta lain, sekalipun belum kenal mengucapkan selamat kepada saya.

Di antara teman-teman yang mengucapkan selamat kepada saya ada seorang yang memberikan kartu namanya kepada saya dan minta kartu nama saya, sambil mengatakan kapan-kapan kita ketemu katanya. Setelah dia pergi saya perhatikan kartu namanya, rupanya dia Direktur Utama dari PT Portanigra. Namanya Ir. Purwanto Rahmat, alamat kantor Jalan Tanah Abang III No.4 Jakarta Pusat. Dua hari setelah itu dia menelpon saya, yang kebetulan sedang ada di Bandung. Dia mengatakan ingin bertemu dengan saya, dan minta saya menunggu dia sebentar lagi akan datang, karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan, katanya. Baiklah saya tunggu, kebetulan saya tidak ke mana-mana kata saya.

Kira-kira setengah jam setelah itu dia datang dengan mobil mercedez baru. Waktu kita berkenalan berbasa basi, dia mengatakan bahwa, baru datang dari rumah orang tuanya di Jalan Papandayan No. 4. Saya katakan Jalan Papandayan No.4 itu kan rumah pak Oei. Dia bilang ia, itu ayah saya katanya. Saya kenal dengan pak Oei karena beliau adalah sebagai pengusaha barang-barang teknik. Sejak masih menjadi kepala perdagangan di PT Teknik Umum sering memesan barang dari beliau.

Dia mengajak saya kerjasama dalam proyek cable duct yang baru saya menangkan itu. Alasannya adalah dia mempunyai alat-alat dan tenaga yang cukup, untuk menyelesaikan proyek tersebut sebelum jangka waktu yang ditentukan dalam proyek tersebut berakhir. Sebagai kompensasinya bapak menerima dari saya bersih senilai satu buah mersedez baru katanya. Mendapat tawaran tersebut yang datang dari seorang yang saya kenal baik dengan bapaknya, pikiran saya mulai bimbang, apakah akan di subkan saja kepada Purwanto dan menerima untung bersih saja tanpa resiko. Dari pikiran lain mengatakan, kalau Purwanto berani mengerjakan proyek tersebut dengan mengeluarkan uang senilai satu mersedez, tentu dia akan beruntung paling sedikit dua buah mersedez dari proyek tersebut. Saya katakan, tawaran kerja sama saya sambut dengan baik, apalagi dengan putranya orang yang saya Dia mengajak saya kerjasama dalam proyek cable duct yang baru saya menangkan itu. Alasannya adalah dia mempunyai alat-alat dan tenaga yang cukup, untuk menyelesaikan proyek tersebut sebelum jangka waktu yang ditentukan dalam proyek tersebut berakhir. Sebagai kompensasinya bapak menerima dari saya bersih senilai satu buah mersedez baru katanya. Mendapat tawaran tersebut yang datang dari seorang yang saya kenal baik dengan bapaknya, pikiran saya mulai bimbang, apakah akan di subkan saja kepada Purwanto dan menerima untung bersih saja tanpa resiko. Dari pikiran lain mengatakan, kalau Purwanto berani mengerjakan proyek tersebut dengan mengeluarkan uang senilai satu mersedez, tentu dia akan beruntung paling sedikit dua buah mersedez dari proyek tersebut. Saya katakan, tawaran kerja sama saya sambut dengan baik, apalagi dengan putranya orang yang saya

Setelah dia pergi, saya pikir adalah tidak etis kalau saya harus ingkar janji dengan teman dari Pekerjaan Umum yang telah susah payah menyiapkan dokumen tender itu sampai berhasil memenangkannya secara murni. Sambil mencari pengalaman untuk pertama kali lebih baik proyek itu dikerjakan sendiri, sesuai dengan pembicaraan semula dengan teman dari Pekerjaan Umum dan teman yang membantunya. Kesimpulan ini saya sampaikan kepada Purwanto, dengan janji kerja sama akan dilanjutkan untuk proyek-proyek lainnya, karena untuk proryek ini saya sudah ada komitmen dengan teman-teman, tidak enak untuk memungkirinya.

Sambil menunggu penyelesaian kontrak dan pembayaran termin pertama, kami sudah menyiapkan direksi kit (bedeng kerja) sesuai dengan bestek yang berlokasi di pinggir jalan silang monas. Karena daerah itu adalah daerah rentan kejahatan, maka pengamanannya harus orang yang dapat menguasai daerah itu. Kebetulan melalui rekomendasi Rujai, ada seorang bekas RPKAD yang terakhir bertugas sebagai anggota Team Pemberantas Kejahatan di wilayah Jakarta Pusat, yang sudah pensiun dengan pangkat terakhir sersan. Yang akan memegang administrasi dan keuangan diberi kesempatan kepada Yudistira, anak kakanda Johar. Bahan-bahan utama dalam proyek ini di sediakan oleh pimpinan proyek seperti pipa plastik dan semen. Kontraktor hanya menyiapkan bahan-bahan pembantu saja seperti koral, pasir, besi beton dan lain-lain termasuk tenaga kerja. Pengawas lapangan adalah pensiunan Pekerjaan Umum yang membantu menyiapkan tender tempo hari. Saya hanya dua atau tiga hari di akhir minggu ada di proyek, untuk membayar upah dan membayar hutang kepada suplier..

Awal-awal proyek, sampai prestasi kerja mencapai 70% segala sesuatu berjalan lancar. Sejak termin pertama, kedua dan ketiga diterima, pembayaran upah buruh termasuk pembayaran bahan-bahan kepada suplier selalu tepat waktu. Sesungguhnya bila proyek itu beruntung dan managemen keuangan baik, nilai uang dari termin pertama, kedua. ketiga dan seterusnya itu cukup untuk menjamin proyek berjalan lancar sampai selesai, tanpa injeksi modal sendiri. Termin terakhir merupakan keuntungan. Kenyataannya, tidak demikian. Untuk menyelesaikan sisa prestasi yang 30% saya selalu berkeluh kesah, karena kekurangan likwiditas.

Laba-laba dari proyek-proyek lain tersedot untuk menutupi kekurangan likwiditas menyelesaikan proyek ini. Ini sudah merupakan sinyal, bahwa proyek ini sudah merugi sejak awal, tetapi terlambat mengetahuinya, sehingga tidak dapat mengontrol dari pos-pos mana yang menyebabkan kerugian kerugian itu. Fakta akhir menunjukkan bahwa dari proyek ini, PT Pagarmas merugi senilai sebuah mersedez baru. Benar kata orang bijak, bahwa guru yang paling pintar adalah pengalaman, selama mau menjadikan pengalaman itu sebagai koreksi di masa datang. Bila tidak, maka yang bersangkutan menjadi lebih bodoh dari keledai, karena keledai sendiri tidak mau tersandung di tempat yang sama.

Sewaktu saya sedang sibuk-sibuknya menghadapi proyek cable duct dari Telkom, datang menemui saya Basari yang sudah lebih dahulu berhenti beberapa tahun dari PT Teknik Umum dari pada saya. Basari lebih tua dari saya beberapa tahun, dan selama di PT Teknik

Umum dia adalah kepala bagian perencanaan proyek-proyek listrik. Dia datang dengan membawa usul agar PT Pagarmas membuka unit instalatur. Usul ini dia ajukan karena dia mempunyai hubungan dekat dengan beberapa pejabat PLN di Jawa Barat, Dia menjanjikan Insya Allah bisa mendapat proyek kelistrikan, tetapi tidak mempunyai wadah untuk itu. Dia mengharapkan PT Pagarmas menjadi wadahnya, dimana dia bisa ikut hidup di situ, katanya. Sarannya itu dapat saya pahami, dan saya setujui, supaya dipersiapkan segala sesuatunya kearah pengaktifkan unit instalatur listrik tersebut.

Setelah proyek cable duct selesai dengan hasil babak-belur, dimana PT Pagarmas menderita kerugian riel senilai sebuah mesedez baru, atau imaginer dua buah mersedez baru. Saya bertekad untuk memusatkan perhatian pada unit instalatir, yang disarankan oleh Basari. Bidang instalatir listrik dan air, tidak begitu asing bagi saya, karena bergaul dengan banyak teknisi listrik plumbing di PT Teknik Umum. Main bisnis PT Teknik Umum adalah bidang kelistrikan dan plumbing bukan pekerjaan sipil.

Waktu saya masuk kantor di Bandung, kebetulan Basari sudah dua hari masuk kantor sambil mengerjakan sesuatu dan menunggu kedatangan saya. Dia mengatakan bahwa dia sedang merencanakan instalasi listirik untuk kantor Areal Survey, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pemetaan dan pengukuran melalui pemotretan dari udara. Kami sudah berteguh hati untuk mengaktifkan unit instalasi listrik dan instalasi air minum dalam PT Pagarmas. Untuk itu persyaratan adminstratifnya harus dipersiapkan mulai sekarang, kata saya. Salah satu syarat untuk bergerak dalam bidang instalatir listrik, adalah izin dari Perusahaan Listrik Negara. Untuk mendapatkan izin instalatir, di dalam perusahaan tersebut mesti ada seorang insinyur listrik yang lulus ujian dari PLN sebagai penanggung jawab teknisnya di belakang hari.

Waktu itu orang yang bergelar insinyur belum banyak, apalagi orang Parit Putus belum ada, lebih-lebih jurusan listrik. Saya ingat salah seorang teman. Namanya Ir. Han Hoe Go dan nama Indonesianya Hanjaya, dulu sekantor dengan saya. Dia bekerja di Siemens dan saya bekerja di PT Teknik Umum bagian Siemens. Berkantor di satu atap di Jalan Kebon Sirih No. 4 Jakarta.

Dia sudah berhenti dari Siemens beberapa tahun yang lalu. Saya datang ke rumahnya di Jalan Lembong, di belakang hotel Panghegar, untuk menanyakan kesediaannya menjadi tenaga ahli di PT Pagarmas. Dia berkewajiban melakukan supervisi proyek-proyek kelistrikan yang dilaksanakan oleh PT Pagarmas.

Statusnya adalah sebagai pegawai lepas dengan kondisi sekian persen dari nilai proyek- proyek yang selesai, di mana dia bertanggung jawab secara teknis kepada PLN. Ir Hanjaya menyetujui hak dan kewajiban kerja sama dengan PT Pagarmas, yang kebetulan dia baru saja pisah kerja sama dengan temannya dalam bidang perencanaan. Begitu dicapai persetujuan, kami segera mengurus surat menyurat dan persyaratan lainnya yang akan diajukan ke PLN untuk mendapatkan izin instalatir. Tidak lama setelah pengajuan izin tersebut Hanjaya dipanggil untuk di test di PLN. Alhamdulillah sebulan kemudian, izin instalatir dari PLN sudah diperoleh dimana Ir. Hanjaya sebagai penanggung jawab teknisnya.

Sementara kami mengurus izin instalatir dengan Hanjaya, rupanya Basari melanjutkan perencanaan instalasi listrik untuk kantor Areal Survey yang berlokasi di Jalan Setiabudi Bandung. Basari mengatakan bahwa gambar rencana instalasi listrik untuk kantor Areal Survey sudah disetujui oleh Direktur Utama Areal Survey, tinggal mengajukan ke PLN.

Mendengar bahwa izin instalasi kita sudah keluar, jadi kita tidak perlu lagi mencari instalatur lain untuk diajukan ke PLN katanya. Insya Allah ini adalah proyek instalasi listrik pertama PT Pagarmas. Pada kesempatan itu Basari menyerahkan gambar rencana instalasi yang dia siapkan berikut anggaran biayanya kepada Hanjaya untuk di supervisi. Bila tidak ada perbaikan supaya ditanda tangani, gambar rencananya untuk diajukan ke PLN. Sedangkan anggaran biayanya akan diajukan kepada Areal Survey, untuk mendapat persetujuan dan dituangkan dalam Kontrak.

Hanjaya mengerjakan pekerjaan supervisi di rumahnya. Dua hari setelah itu dia datang ke kantor, menyerahkan gambar instalasi tersebut dengan beberapa catatan yang akan di diskusikan dengan Basari. Setelah disepakati perbaikan yang disarankan oleh Hanjaya maka gambar-gambar tersebut ditanda tangani dan diserahkan ke PLN. Bersamaan dengan itu surat penawaran pun diajukan kepada Areal Survey, untuk minta persetujuan. Alhamdulillah dalam waktu dua minggu persetujuan anggaran biaya disetujui oleh Direksi Areal Survey yang dilanjutkan menjadi Kontrak Kerja. Setelah itu disusul dengan persetujuan dari PLN untuk menyediakan daya listrik sebesar yang diminta.

Melihat lancarnya urusan selama hampir dua bulan ini, dalam hati saya berkata, mungkin Allah akan mengganti sebagian dari kerugian yang saya derita dari proyek cable duct yang rugi beberapa waktu yang lalu. Atau mungkin juga Allah menunjuki bahwa instalasi listrik yang lebih cocok untuk didjadikan main bisnis PT Pagarmas dibanding dengan pekerjaan sipil. Allah lah yang Maha Mengetahui.

Sebelum kontrak ditanda tangani, kami sudah menyiapkan rencana kerja supaya proyek ini selesai sebelum waktu yang ditentukan dalam kontrak berakhir. Basari mengatakan bahwa sekarang kita sudah memerlukan seorang pengawas lapangan yang berpengalaman dan bisa bekerja keras dan cepat. Kebetulan beberapa waktu yang lalu Fazar, salah seorang pengawas lapangan senior di PT Teknik Umum menelepon saya, mengatakan, bahwa sekarang dia banyak menganggur karena tidak ada proyek katanya. Kalau di Pagarmas sudah ada pekerjaan supaya dia diberi tahu untuk bergabung. Informasi ini saya sampaikan kepada Basari dan Hanjaya, mereka setuju untuk menerima Fazar sebagai pengawas lapangan di proyek Areal Survey. Sedangkan tenaga kasar di lapangan, Fazar sudah mengetahui sumbernya dan kemampuannya masing-masing, dan mudah di peroleh.

Satu hari setelah kontrak ditanda tangani, kami sudah siap dengan tenaga dan barang- barang yang diperlukan di lapangan. Dalam waktu yang tidak begitu lama perkembangan pekerjaan sudah mengikuti perkembangan pekerjaan sipil, penagihan juga lancar sesuai dengan prestasi pekerjaan yang tercantum dalam kontrak. Akhirnya proyek selesai dengan mendapat pujian dari Areal Survey dalam bentuk piagam

Sejak itu percaya diri kami bidang instalatir mulai tumbuh, dan Basari juga lebih giat meloby pejabat-pejabat PLN di tingkat Wilayah maupun di tingkat Cabang. Satu persatu pekerjaan instalasi listrik kami peroleh dari PLN, Kotamadya Bandung, Perusahan Negara Kereta Api (PNKA) dan lain-lain.

Dari Kotamadya Bandung, pekerjaan pertama kami laksanakan adalah pemasangan lampu jalan di Jalan Wastukancana, mulai dari simpang Braga sampai ke ujung Jalan Purnawarman. Walikota waktu itu adalah Kolonel Otje Djundjunan. Beliau puas dengan hasil pekerjaan kami, yang dianggap rapi dan selesai tepat waktu. Beliau mengetahui bahwa saya adalah anggota legiun veteran Kotamadya melalui riwayat hidup Direktur Perusahaan yang dilampirkan sewaktu mengirim surat perkenalan pertama kali. Beliau meneyebut PT Pagarmas sebagai kontraktor veteran.

Dari PLN , pekerjaan pertama adalah pendirian tiang listrik dan penarikan kabel di salah satu kecamatan di Purwakarta. Dari PNKA pekerjaan pertama adalah pemasangan instalasi listrik dari gardu induk yang berlokasi di dalam Stasion Bandung ke beberapa titik sinyal, dalam rangka peralihan sistem operasi sinyal dari manual ke sistem elektronik.

Proyek-proyek tersebut umumnya memberi sumbangan yang cukup berarti dalam menutupi kerugian yang lalu dan membentuk modal kerja yang baru, sehingga sempat mempunyai mobil sedan merk consul untuk kerja dan sebuah truk untuk mengangkut barang ke proyek-proyek. Unit perdagangan yang di kelola oleh Pieters tetap berjalan sebagaimana biasa. Beda antara unit perdagangan dengan unit kontraktor ialah, dalam unit perdagangan laba atau ruginya sudah dapat diukur dengan hampir pasti sebelumnya, sedangkan dalam unit kontraktor sewaktu-waktu bisa untung besar dan diwaktu yang lain bisa rugi besar. Banyak faktor-faktor extern yang mempengaruhinya.

Pada suatu hari ada berita di harian Pikiran Rakyat, bahwa Walikota akan melakukan rehabilitasi pipa-pipa air minum baik saluran induk maupun saluran distribusi secara bertahap. Untuk tahap pertama akan dimulai di 53 lokasi yang tersebar di seluruh kotamadya Bandung. Rencana ini adalah dalam rangka meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam bidang air minum. Karena anggaran biaya untuk proyek tersebut tidak tersedia, maka kepada kontraktor diminta ikut berpartisipasi dengan cara pre financing. Pembayaran kepada kontraktor akan dilakukan dari kenaikan pendapatan hasil instalasi yang di rehabilitir tersebut. Diperkirakan proyek tersebut akan selesai paling lambat 6 bulan. Pembayaran kepada kontraktor akan dilakukan setelah proyek tersebut selesai seratus persen, dalam duapuluh kali cicilan bulanan.

Kepada kontraktor yang berminat, dipersilakan mengajukan surat penyataan berminat dengan kesanggupan menerima syarat pembayaran seperti yang di beritakan. Penjelasan lebih detail dapat menghubungi pejabat yang ditunjuk di Kotamadya Bandung. Setelah membaca berita tersebut saya dan Basari pergi mencari informasi ke pejabat yang ditunjuk. Kami adalah kontraktor pertama yang menghubungi mereka dan berminat, karena kebetulan kantor kami dengan Kotamadya berdekatan. Pejabat yang menemui kami, membawa gambar dan peta lokasi daerah-daerah yang akan diadakan rehabilitasi tersebut. Dia mengatakan Kepada kontraktor yang berminat, dipersilakan mengajukan surat penyataan berminat dengan kesanggupan menerima syarat pembayaran seperti yang di beritakan. Penjelasan lebih detail dapat menghubungi pejabat yang ditunjuk di Kotamadya Bandung. Setelah membaca berita tersebut saya dan Basari pergi mencari informasi ke pejabat yang ditunjuk. Kami adalah kontraktor pertama yang menghubungi mereka dan berminat, karena kebetulan kantor kami dengan Kotamadya berdekatan. Pejabat yang menemui kami, membawa gambar dan peta lokasi daerah-daerah yang akan diadakan rehabilitasi tersebut. Dia mengatakan

Sekembali dari sana, Basari sangat berminat dengan proyek ini, karena menurut dia instalasi air minum jauh lebih gampang dibanding dengan instalasi listrik. Lebih-lebih proyek ini adalah jaringan distribusi, boleh dikatakan tidak ada resikonya, katanya. Dari uraian Basari tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa dari segi teknis kita sanggup mengerjakannya.

Sekarang bagian saya yang akan memikirkan dari segi pembiayaannya. Dengan dana sendiri, sudah pasti PT Pagarmas tidak akan sanggup membiayainya. Oleh karena itu, sebelum kami membuat surat kesediaan ke Kotamadya, saya hubungi dulu Bank Negara Indonesia, menanyakan apakah mereka mau ikut membiayai pekerjaan dengan syarat pembayaran yang seperti demikian. Dari Bank Negara Indonesia, saya mendapat informasi mereka dapat membiayai maksimal sebesar 60% dari nilai proyek. Mendapat penjelasan itu, kami memberanikan diri untuk mengikuti tender proyek rehabilitasi instalasi air minum dengan mengajukan harga senilai dua kali lipat dari harga pokok riel. Jika disetujui, berarti dana untuk membiayai proyek tersebut seluruhnya bisa berasal dari pinjaman Bank Negara Indonesia.

Karena kami sudah berketetapan hati untuk mengikuti tender proyek tersebut, maka besoknya kami menyiapkan dan mengantarkan surat kesediaan PT Pagarmas kepada Pimpinan Proyek Rehabilitasi Instalasi Air Minum, di Kotamadya Bandung. Pada tanda terima yang kami terima di situ sudah termuat jadwal kegiatan, seperti undangan untuk rapat penjelasan, peninjauan di lapangan, tanggal pemasukan penawaran, tanggal pembukaan tender dan tanggal pengumuman pemenang. Sambil menunggu jadwal, waktu kami manfaatkan mencari harga barang-barang yang diperlukan, dan sumber-sumber yang lebih murah, untuk dihubungi bila waktunya sudah tiba nanti.

Seluruh kegiatan yang tercantum dalam jadwal, kami ikuti dengan seksama, terakhir adalah pemasukan dokumen penawaran. Pada saat memasukkan dokumen penawaran, kami merasa pesimis akan dapat menang dalam tender tersebut, karena pesaing kami terdiri dari perusahaan-perusahaan besar dan mempunyai hubungan yang relatif dekat dengan pejabat- pejabat di Kotamadya. Ada delapan peserta tender yang mengajukan penawaran diantara sebelas yang mengajukan surat sebagai peminat. Jadi berarti ada tiga perusahaan yang mengundurkan diri.

Rasa pesimis itulah yang menyebabkan saya tidak begitu memperhatikan lagi atas penawaran yang diajukan. Dalam hati sudah pasrah, dapat syukur, tidak dapat juga tidak apa. Saya pikir harga yang diajukan, terlalu tinggi dibanding dengan pesaing lainnya, yaitu dua kali lipat dari harga pokok riel. Disamping itu perkuliahan saya jurusan Akuntansi juga minta perhatian yang lebih intensif, karena tidak lama lagi ujian tertulis akan mulai untuk semester terakhir.

Alangkah kagetnya saya, karena satu hari sebelum tanggal pengumuman pemenang ada seorang pegawai Kotamadya datang ke kantor menemui saya. Dia menanyakan, kenapa dari PT Pagarmas tidak ada yang hadir pada saat pembukaan tender. Saya beralasan kami sedang Alangkah kagetnya saya, karena satu hari sebelum tanggal pengumuman pemenang ada seorang pegawai Kotamadya datang ke kantor menemui saya. Dia menanyakan, kenapa dari PT Pagarmas tidak ada yang hadir pada saat pembukaan tender. Saya beralasan kami sedang

Pada saat panitia melaporkan hasil penilaian ini kepada pak Walikota, beliau merekomendasikan supaya serahkan saja kepada perusahaan veteran yang nomor dua saja. Perusahaan pemenang pertama, kita belum kenal hasil kerjanya, sedangkan perusahaan veteran kita sudah tahu prestasi kerjanya, kata beliau. Bedasarkan rekomendasi pak Walikota tersebut panitia memutuskan pemenangnya adalah PT Pagarmas. Informasi itu saya anggap sebagai suatu isue saja, karena pengumumannya baru besok. Untuk tidak mengecewakan orang tersebut, saya katakan terima kasih atas informasinya, dan saya katakan sesuai dengan jadwal, maka saya akan hadir besok menunggu pengumuman resmi dari panitia lelang.

Pegawai Kotamadya yang datang bertamu tersebut, sepintas lalu bukanlah termasuk pegawai golongan atas, dan tidak mungkin orang tersebut termasuk anggota panitia lelang. Sepanjang pengetahuan saya, panitia lelang dalam mengadakan rapat-rapat untuk memilih pemenang dari suatu proyek selalu dilakukan secara rahasia. Tidak mudah untuk mengetahui isi pembicaraan dalam rapat tersebut. Kesimpulan saya menilai informasi tersebut adalah dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah, berita tersebut adalah berita bohong dan rekayasa, bisa betul bisa tidak. Kemungkinan kedua adalah, bila berita tersebut adalah benar, alangkah cerobohnya panitia bekerja, sehingga tidak ada lagi rahasia untuk yang patut dirahasiakan. Pada saat saya hadir dalam pertemuan pengumuman pemenang lelang, alangkah kagetnya saya, karena memang PT Pagarmas memenangkan tender tersebut. Saya bersyukur karena telah memenangkan tender, sebaliknya kecewa melihat cara kerja pejabat- pejabat pemerintah di waktu itu.

Yang saya perlihatkan di hadapan umum hanya kegembiraan saja, sedangkan kekecewaan saya, saya simpan sebagai bekal untuk setiap berurusan dengan pejabat pemerintah dibelakang hari. Sudah menjadi tradisi di antara kontraktor yang ikut tender, dimana yang tidak beruntung memenangkan tender, memberi ucapan selamat kepada pemenang sambil menanyakan kapan makan-makannya. Pemenang tender biasanya langsung mengajak panitia lelang dan rekan-rekan peserta tender makan-makan setelah selesai pengumuman. Undangan makan tersebut biasanya diadakan di restoran-restoran ternama di kota itu. Tradisi itu pun saya ikuti, dari pihak PT Pagarmas ikut Hanjaya, Basari dan Fazar, sekalian memperkenalkan mereka yang akan sering berada di proyek nantinya.

Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasangan, ada laki-laki ada perempuan, ada siang ada malam, ada gembira ada sedih dan seterusnya. Saya telah diberi kegembiraan oleh Allah dengan memenangkan pekerjaan rehabilitasi instalasi air minum, tetapi ini pula yang menjadikan malapetaka, sampai menyedot seluruh laba yang saya kumpulkan selama di PT Pagarmas, bahkan hampir-hampir rumah di Jalan Gempol Wetan disita oleh Bank Perniagaan Indonesia.

Jalan ceritanya adalah begini. Pada saat pengumuman pemenang, oleh ketua panitia mengimbau kepada pemenang untuk segera mulai bekerja sambil menunggu proses penanda Jalan ceritanya adalah begini. Pada saat pengumuman pemenang, oleh ketua panitia mengimbau kepada pemenang untuk segera mulai bekerja sambil menunggu proses penanda

Untuk mencapai target waktu, kami menyiapkan tiga kelompok kerja yang akan bekerja secara simultan dilokasi yang berdekatan, dibawah seorang pengawas lapangan. Kepada Fazar selaku pengawas lapangan kami minta untuk menyiapkan tenaga untuk tiga lokasi yang akan dierjakan secara simultan sekaligus. Tiap-tiap lokasi terdiri dari dua orang tenaga yang terampil pemasangan pipa, empat orang tukang gali. Masing-masing berdasarkan upah harian. Penyediaan logistik dan persiapan upah adalah kewajiban Basari dan saya.

Untuk menyiapkan tenaga kerja, peralatan kerja dan barang-barang yang diperlukan memakan waktu lima hari. Hari keenam sejak penunjukan kami sudah mulai bekerja sesuai dengan imbauan ketua panitia lelang, tanpa menunggu penanda tanganan kontrak terlebih dahulu. Kami tidak mempunyai kecurigaan sedikitpun bahwa Kotamadya akan ingkar janji. Alhamdulillah saya waktu itu dipercaya oleh banyak toko-toko besi yang menjual pipa air dan alat-alat perlegkapannya. Begitu juga toko-toko alat-alat listrik yang besar di Bandung. Untuk mendapatkan kredit sampai satu bulan tidak begitu susah. Untuk kebutuhan proyek PT Pagarmas selama ini saya tinggal telepon dan menentukan harganya, bila saya setuju barang mereka kirim. Pembayarannya biasanya saya lakukan bila keuangan sudah memungkinkan, sebelum mereka menagih. Bila keuangan kami belum memungkinkan saya telepon mereka untuk minta waktu beberapa hari lagi.

Demikian juga yang kami lakukan dalam menghadapi proyek rehabilitasi instalasi air minum yang sedang kami hadapi. Sudah lima belas hari proyek berjalan, sudah enam lokasi yang sudah selesai dikerjakan, tetapi kontrak belum juga ditanda tangani. Saya menghubungi sekretaris Walikota di Kotamadya. Dari yang bersangkutan saya mendapat jawaban bahwa sudah disiapkan dan sudah ada diatas meja pak Walikota untuk ditanda tangani. Saya katakan, sebelum ditanda tangani oleh pak Walikota, apakah saya boleh membaca sebentar. Dia bilang, boleh sambil berdiri dan menuju ruang pak Walikota, karena pak Walikota sedang tidak ada dalam ruangannya.

Setelah saya baca pasal-pasal yang penting dalam kontrak tersebut, ternyata dalam pasal syarat pembayaran ada beberapa kalimat yang dapat diartikan bermacam-macam interpretasi. Kalimat yang dimaksud adalah “Sumber dana untuk membayar kepada Pihak kedua (kontraktor) berasal dari kenaikan volume air yang dijual sebagai hasil dari rehabilitasi”. Saya katakan, kalimat ini tidak relevan dengan materi kontrak kerja yang akan ditanda tangani. Itu adalah masalah intern Kotamadya, bukan konsumsi pihak luar. Keberatan saya tersebut akan dikonsultasikan kembali dengan anggota panitia lainnya, Saya diminta bersabar agak seminggu lagi. Saya katakan bahwa sesuai dengan anjuran Ketua Panitia pada saat penunjukan pemenang, agar kami mulai bekerja sambil menunggu kontrak dipersiapkan. Himbauan tersebut sudah kami laksanakan sepenuh hati. Sampai hari ini sekalipun kontrak belum ditanda tagani, tetapi proyek sudah selesai sebanyak enam lokasi atau sekitar 10%. Saya katakan, agar pihak Kotamadya juga membantu kami untuk kelancaran proyek ini.

Kondisi likwiditas PT Pagarmas waktu sudah berada ada pada posisi yang sulit. Plafond kredit yang diperoleh dari Bank Perniagaan Indonesia sudah habis terpakai, bahkan hari jatuh temponya juga sudah dekat. Semuanya tersedot untuk menggenjot proyek ini supaya cepat selesai. Diharapkan kontrak sudah ditanda tangani. Dengan ditanda tanganinya kontrak tersebut saya sudah bisa pergi ke Bank Negara Indonesia untuk mendapatkan kredit dari BNI yang pernah dijanjikan dulu bisa di realisir. Kenyataannya sebaliknya, bahkan kontrak saja sampai hari itu belum ditanda tangani.

Saldo kas waktu itu hanya cukup untuk gaji dan upah tukang selama sebulan mendatang, sedangkan untuk keperluan logistik masih bisa diambil dari toko-toko langganan, dengan pembayaran kemudian. Dengan demikian, kesulitan keuangan yang dihadapi oleh manajemen belum terasa sampai ke pelaksanaan di proyek. Dalam situasi hampir panik demikian, saya datang lagi menemui sekretaris Walikota menanyakan sampai dimana proses Kontrak yang dijanjikan beberapa hari yang lalu. Rupanya baru pagi itu kontrak ditanda tangani oleh bapak Walikota, tinggal giliran saya menanda tangani kontrak tersebut. Setelah saya tanda tangani, satu set diserahkan kepada saya.

Dengan diterimanya kontrak tersebut saya pikir kesulitan likwiditas perusahaan Insya Allah akan teratasi. Besoknya saya pergi ke BNI membawa kontrak tersebut, ingin bertemu dengan kepala Cabang yang saya temui lebih kurang dua bulan lalu. Alangkah kagetnya saya bahwa waktu itu kepala cabang BNI yang lama sudah pindah dan digantikan dengan kepala cabang yang baru..

Kepada kepala cabang yang baru saya katakan bahwa saya sudah konsultasi dengan kepala cabang yang lama, bahwa saya akan mendapatkan proyek rehabilitasi pipa air minum dari Kotamadya Bandung. Waktu itu beliau mengatakan, nanti bila proyek itu sudah menjadi kenyataan, BNI dapat memberikan kredit sebesar maksimal 60% dari nilai proyek. Sekarang proyek itu sudah berjalan, ingin mengajukan kredit ke BNI untuk menyelesaikannya. Kepala cabang BNI yang baru, melihat-lihat isi kontrak tersebut, setelah itu, dan memperkenalkan saya dengan bagian kredit. Bagian kredit minta supaya saya mengajukan surat permohonan, Nanti kami bahas, katanya.

Besoknya saya kembali lagi dengan membawa surat permohonan kredit sebesar 60% dari nilai kontrak. Dalam pikiran saya bila permohonan kredit ini disetujui separohnya saja sudah cukup untuk menyelesaikan poyek ini 100%. Bahkan sudah ada lebihnya untuk mengembalikan dana yang sudah dikeluarkan. Selanjutnya tinggal menagih tiap bulan sebesar 5% dari nilai proyek untuk masa dua puluh bulan. Demikian syarat pembayaran dalam kontrak. Sewaktu mengantarkan surat permohonan tersebut, saya diminta kembali dua hari lagi. Saya berdoa semoga Allah memudahkan urusan saya ini, karena ini merupakan penyelamat dari usaha yang sudah saya rintis beberapa tahun yang lalu.

Di hari yang ditentukan saya datang lagi menghadap bagian ktedit BNI. Dari sana saya mendapat penjelasan, bahwa permohonan PT Pagarmas sudah kami bahas. Kesimpulannya adalah, bila proyek ini dibiayai dari anggaran Perencanaan Lima Tahun (Pelita) permohonan tersebut segera dapat kami kabulkan. Tetapi karena proyek ini dibiayai dari anggaran rutin Kotamadya, maka kami menghendaki satu syarat lagi. Yaitu Surat jaminan dari Walikota Di hari yang ditentukan saya datang lagi menghadap bagian ktedit BNI. Dari sana saya mendapat penjelasan, bahwa permohonan PT Pagarmas sudah kami bahas. Kesimpulannya adalah, bila proyek ini dibiayai dari anggaran Perencanaan Lima Tahun (Pelita) permohonan tersebut segera dapat kami kabulkan. Tetapi karena proyek ini dibiayai dari anggaran rutin Kotamadya, maka kami menghendaki satu syarat lagi. Yaitu Surat jaminan dari Walikota

Mendengar permintaan tersebut saya merasakan seperti petir di siang hari. Syarat itu mudah tapi sulit. Apakah Walikota mau membuat surat jaminan tersebut?. Bukankah itu tumpang tindih dengan kontrak yang ditanda tanganinya sendiri?. Sekalipun demikian akan saya coba membicarakannya melalui pak Sekretaris Walikota. Siapa tahu beliau mau mengerti kesulitan saya menyelesaikan proyek ini.

Kepada Sekretaris Walikota saya kemukakan masalah yang saya hadapi dalam menyelesaikan proyek ini selaku pengusaha peribumi dengan modal lemah. Sampai sekarang prestasi kerja kami sudah mencapai lebih kurang 50% atau 27 lokasi dari 53 lokasi yang tercantum dalam kontrak. Seluruh dana kami sudah tersedot ke dalam proyek tersebut, sedangkan untuk menyelesaikan sisanya kami sudah mengajukan permohonan kredit ke BNI. Pada prinsipnya BNI akan memberikan kredit untuk proyek ini, hanya saja karena anggaran biaya untuk proyek ini bukan berasal dari anggaran Pelita, tetapi dari anggaran rutin. Untuk merealisir kredit tersebut diperlukan surat jaminan dari pak Walikota, yang menyatakan, bila saya nanti mungkir janji dalam membayar kembali kredit tersebut maka Walikota Bandung akan membayarnya.

Saya berikan argumentasi sebagai berikut; Jaminan bagi pak Walikota, bahwa saya tidak akan ingkar janji, saya akan membuat surat kuasa kepada Bagian Keuangan Kotamadya untuk mentransfer seluruh tagihan saya nanti ke BNI, jadi tidak melalui tangan PT Pagarmas. Menurut pikiran saya sistem saling terikat demikian tiga pihak berada dalam posisi aman. BNI aman dan ada kepastian bahwa kredit yang diberikan akan dibayar langsung oleh pemberi pekerjaan. Kotamadya aman dari resiko surat jaminan yang dia keluarkan karena dia mempunyai kewajiban membayar kepada PT Pagarmas atas prestasi yang dia kerjakan. PT Pagarmas juga aman karena mendapat kepastian bahwa Kotamadya akan malakukan pembayaran sesuai dengan isi kontrak yang ditanda tangani bersama. Selain dari itu Pagarmas lepas dari kesulitan keuangan dan proyek bejalan lancar. BNI juga mendapat laba dari kredit yang dia keluarkan. Win-win solution.

Allah menentukan lain, sekalipun selaku manusia sudah berusaha memilih jalan yang terbaik untuk menyelesaikan suatu masalah, bila tidak ada izin Allah, pasti hal tersebut tidak akan terjadi. Sewaktu sekretaris Walikota menyampaikan permohonan saya tersebut kepada pak Walikota, beliau merasa tersinggung. Beliau mengatakan, dia yang mau meminjam uang kenapa saya mesti menjamin, katanya. Kalau tidak cukup modal jangan saja menjadi kontraktor dan menyatakan sanggup membiayai terlebih dahulu proyek sampai selesai. Jawaban singkat itu disampaikan oleh Sekretaris Walikota kepada saya setelah beberapa hari kemudian.

Saya menilai jawaban itu memperlihatkan ketidak tahuan seorang kolonel tentang seluk beluk bisnis, bahwa bisnis itu dimana saja di dunia ini, tidak mungkin terlepas dari utang dan piutang. Bisa juga jawaban itu di dorong oleh rasa otoriter yang selalu merasa diri selalu Saya menilai jawaban itu memperlihatkan ketidak tahuan seorang kolonel tentang seluk beluk bisnis, bahwa bisnis itu dimana saja di dunia ini, tidak mungkin terlepas dari utang dan piutang. Bisa juga jawaban itu di dorong oleh rasa otoriter yang selalu merasa diri selalu

Putus sudah harapan untuk mendapatkan kredit dari BNI, jadi saya mesti mencari dari sumber lain atau dengan bekerja sama dengan kontraktor lain yang berminat. Mula-mula ada Hasan Basri Direktur PT Pertisa di Pekanbaru yang mempunyai isteri di Bandung beminat untuk bekerja sama dengan PT Pagarmas menyelesaikan proyek ini, tetapi menunggu permohonan kreditnya di Bank Bumi Daya cair. Saya coba menghubungi beberapa kontraktor lainnya, mereka umumnya menanyakan sumber dananya dari mana ?, saya katakan dari anggaran rutin Kotamadya. Mendengar dari anggaran rutin tersebut mereka mundur karena pengalaman banyak kontraktor kecewa dengan cara pembayaran dari anggaran rutin Kotamadya. Menagih ke Kotamadya bisa bertahun-tahun dan dicicil sedikit- sedikit sampai kesal katanya.

Mendengar informasi negatif ini, hati saya bertambah kecut. Rupanya saya sudah masuk perangkap. Maju salah, mundur juga salah. Saya rundingkan dengan Basari dan Fazar bagaimana langkah-langkah kita selanjutnya. Saya sudah buntu untuk mendapatkan kredit dari Bank, maupun mencari partner untuk meyelesaikan pekerjaan ini tidak ada yang mau, dengan alasan pembayaran dari Kotamadya tidak lancar.

Sudah hampir dua bulan upah tukang belum dibayar, dana untuk membayar upah pekerja belum tersedia, sampai isteri-isteri tukang tersebut setiap hari Sabtu demonstrasi ke rumah menagih upah. yang tertunggak. Utang dari toko-toko sudah mendesak Kredit dari Bank Perniagaan Indonesia sudah sampai pada dead line setelah perpanjangan dua kali. Truk dan mobil sudah terjual. Belum pernah saya menghadapi kesulitan yang sesulit ini. Uang yang tertanam dalam proyek rehabilitasi intalasi air minum belum tentu kapan bisa diterima.

Alhamdulillah, dalam kondisi yang sulit tersebut, saya berusaha kembali dan mengadu kepada yang Maha Pencipta, dengan mendekatkan diri kepada Nya. Melalui sembahyang tahajud, puasa Senin-Kemis, zikir, dan lain-lain, Tidak lama setelah itu, petunjuk Allah datang dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Penyebab utama kesulitan ini berasal dari pekerjaan rehabilitasi instalasi air minum, karenanya harus di hentikan, dengan resiko membayar denda. Saya menemui Sekretaris Walikota selaku ketua panitia, menyampaikan bahwa PT Pagarmas tidak sanggup lagi untuk meneruskan pekerjaan ini. Saya minta supaya diadakan pemeriksaan prestasi pekerjaan, karena menurut kami prestasi pekerjaan sudah mencapai 60% , yaitu yang sudah selesai 35 lokasi diantara 53 lokasi yang harus dikerjakan. Sekretaris Walikota memahami, bahwa kami menghadapi kesulitan keuangan, karena pinjaman dari BNI tidak dapat dikabulkan karena Walikota tidak mau memberikan jaminan atas kredit tersebut. Dia mengatakan, bila PT Pagarmas menghentikan pekerjaan berarti PT Pagarms mengundurkan diri dengan kewajiban membayar denda yang akan diperhitungkan dari tagihan nanti. Bila tidak keberatan, harap PT Pagarmas membuat surat tertulis bahwa tidak sanggup meneruskan pekerjaan dengan alasannya. Nanti kami bersama petugas dari PT Pagarmas memeriksa di Penyebab utama kesulitan ini berasal dari pekerjaan rehabilitasi instalasi air minum, karenanya harus di hentikan, dengan resiko membayar denda. Saya menemui Sekretaris Walikota selaku ketua panitia, menyampaikan bahwa PT Pagarmas tidak sanggup lagi untuk meneruskan pekerjaan ini. Saya minta supaya diadakan pemeriksaan prestasi pekerjaan, karena menurut kami prestasi pekerjaan sudah mencapai 60% , yaitu yang sudah selesai 35 lokasi diantara 53 lokasi yang harus dikerjakan. Sekretaris Walikota memahami, bahwa kami menghadapi kesulitan keuangan, karena pinjaman dari BNI tidak dapat dikabulkan karena Walikota tidak mau memberikan jaminan atas kredit tersebut. Dia mengatakan, bila PT Pagarmas menghentikan pekerjaan berarti PT Pagarms mengundurkan diri dengan kewajiban membayar denda yang akan diperhitungkan dari tagihan nanti. Bila tidak keberatan, harap PT Pagarmas membuat surat tertulis bahwa tidak sanggup meneruskan pekerjaan dengan alasannya. Nanti kami bersama petugas dari PT Pagarmas memeriksa di

Sejak pekerjaan rehabilitasi instalasi air minum itu dihentikan, tidak ada lagi beban baru bertambah. Beban lama dalam bentuk upah tukang yang belum dibayar dan hutang ke toko-toko satu persatu saya selesaikan dari hasil proyek-proyek dari PJKA dan kegiatan dari unit perdagangan lainnya.

Sejak saya disibukkan dengan proyek Kotamadya itu, semua undangan tender atas nama PT Pagarmas yang diadakan oleh Telkom Jakarta, saya kerja samakan dengan Ir Purwanto Rahmat, Direktur Utama PT Portanigra. Purwanto Rahmat adalah putra pak Oei kenalan saya di PT Teknik Umum dulu, dan kemenakan pak Surya pemilik PT Astra Internsional. Dia mempunyai permodalan yang kuat dan kami sudah komit untuk bekerja sama dalam proyek- proyek yang diadakan di Telkom dimasa datang. Kebetulan waktu itu sudah ada satu proyek yang dimenangkan atas nama PT Pagarmas yaitu proyek Microwave di Gunung Kundur, Lampung. Kerja sama tersebut dalam bentuk frenchise dimana PT Portanigra berhak menggunakan nama PT Pagarmas dalam memperluas pangsa pasarnya dengan kewajiban membayar royalty kepada pemilik PT Pagarmas. Besarnya royalty disepakati sebesar tujuh setengah persen dari nilai kontrak. Segala beban yang menjadi kewajiban PT Pagarmas yang terikat dengan proyek kerja sama itu termasuk beban pajak menjadi beban PT Portanigra.

Pada suatu hari saya jalan-jalan ke rumah Pak Oei (ayah Purwanto Rahmat) di Jalan Papandayan Bandung. Saya bawa surat-surat teguran dan ancaman penyitaan dari Bank Perniagaan Indonesia, bila kredit tersebut tidak dilunasi pada waktu yang ditentukan. Kepada pak Oei saya ceritakan bahwa saya bekerja sama dengan Purwanto Rahmat dalam proyek Microwave dari Telkom di Gunung Kundur, Lampung. Dalam kerja sama tersebut saya mendapat royalty sebesar tujuh setengah persen dari nilai kontrak, dibayarkan tiap-tiap penerimaan termin. Saya konsisten dengan komitmen itu. Hanya saja saya sekarang sedang menghadapi masalah dengan Bank Perniagaan Indonesia. Bila saya tidak dapat melunasi kredit saya akhir bulan ini, maka rumah saya yang dijaminkan akan disita oleh Bank Perniagaan Indonesia.

Saya perlihatkan surat-surat dari Bank Perniagaan Indonesia yang saya bawa waktu itu. Pak Oei melihat-lihat surat itu dan menggeleng-gelengkan kepala. Beliau rupanya prihatin juga melihat kondisi saya, yang selama ini mengenal saya selalu ceria dan gembira. Saya mohon bantuan pak Oei, menyampaikan kepada Purwanto Rahmat untuk kali ini saya dibantu dulu sebesar kewajiban saya kepada bank yang nanti akan diperhitungkan dengan royalty saya sampai lunas. Pak Oei mengatakan kepada saya, pak Bus jangan panik benar, ini kan soal kecil, nanti akan saya telepon Purwanto mudah-mudahan bisa dia bantu. Saya ucapkan terima kasih dengan jawaban yang simpatik tersebut, terobat rasanya kegelisahan saya sejak beberapa hari lalu, dan saya pun pamit.

Beberapa hari setelah itu, pak Oei mampir ke kantor PT Pagarmas. Beliau mengatakan bahwa kemarin Purwanto datang ke Bandung. Saya sampaikan kapadanya pesan pak Bus Dia dapat memahami dan untuk membantu pak Bus dia meninggalkan cheque ini, sambil menyerahkan cheque dari Bank di Jakarta yang ditanda tangani oleh Purwanto Rahmat kepada saya. Saya terima cheque tersebut dan mengucapkan terima kasih, saya mohon beliau Beberapa hari setelah itu, pak Oei mampir ke kantor PT Pagarmas. Beliau mengatakan bahwa kemarin Purwanto datang ke Bandung. Saya sampaikan kapadanya pesan pak Bus Dia dapat memahami dan untuk membantu pak Bus dia meninggalkan cheque ini, sambil menyerahkan cheque dari Bank di Jakarta yang ditanda tangani oleh Purwanto Rahmat kepada saya. Saya terima cheque tersebut dan mengucapkan terima kasih, saya mohon beliau

Sebetulnya kredit di Bank Perniagaan Indonesia itu tidak begitu besar. Kalau dihitung dengan royalty yang akan saya terima dari Purwanto Rahmat cukup untuk melunasi kredit tersebut bahkan ada lebihnya, hanya saja kredit tersebut tidak dapat diperpanjang lagi.

Dalam kesulitan bagaimanapun, kuliah saya jurusan akuntansi tetap saya prioritaskan, bahkan sudah dilantik dan tinggal menunggu izin buka kantor akuntan publik. Saya yakin dengan ilmulah kehidupan ini bisa diperbaiki. Saya ingat salah satu hadis Rasul Muhammad Saw, yang artinya lebih kurang “Bila ingin senang hidup di dunia, carilah ilmu, dan bila ingin senang hidup di akhirat carilah ilmu, dan bila ingin senang hidup di dunia dan di akhirat carilah ilmu”.

Akhirnya menagih uang yang tertanam di proyek rehabilitasi instalasi air minum di Kotamadya Bandung sangat sulit, dan dicicil dalam jumlah yang tidak signifikan, bahkan seperti mengemis. Sejak itu saya berpikir ulang, apakah hidup sebagai pengusaha bidang kontraktor cocok untuk diteruskan dan diwariskan kepada anak, cucu di belakang hari. Ada beberapa kriteria yang menyebabkan usaha bidang kontraktor waktu itu yang menyebabkan saya harus meninggalkan bidang itu yaitu;

Banyak bohongnya, pada waktu mengajukan anggaran biaya sudah mulai berbohong dalam volume dan harga barang dan jasa yang akan digunakan. Setelah anggaran biaya disetujui, dalam pelaksanaannya diusahakan volumenya dikurang-kurangi dari yang seharusnya. Waktu proyek selesai, menagihnya seperti mengemis dan tidak ada kepastian bahwa uang itu akan diterima secara utuh sebesar tagihan. Banyak lagi perilaku-perilaku yang nagatif yang menyebabkan saya berdoa semoga anak cucu saya di belakang hari tidak memilih kontraktor sebagai lapangan hidupnya. Menurut pengalaman saya, profesi itu bukanlah profesi terhormat, sekalipun kelihatannya bergelimang dengan uang, tetapi itu semua seperti fatamorgana, yang berkahnya meragukan.

Order Terakhir Micro Wave Dari Telkom di Tanjung Gadang Sumbar

Sejak itu praktis PT Pagarmas tidak aktif lagi ikut tender proyek-proyek di PLN,PJKA dan lain lain, kecuali di Telkom yang sesungguhnya dilaksanakan oleh PT Portanigra. Kerja sama dengan PT Portanigra, boleh dikatakan memuaskan. Dari proyek pertama saja sudah dapat membebaskan saya dari utang kepada Bank Perniagaan Indonesia. Sebenarnya kerjasama dengan PT Portanigra secara finansil menguntungkan kedua belah pihak.

Keuntungan buat saya adalah tanpa kerja apa-apa dapat royalty sebesar tujuh setengah persen dari nilai kontrak. Keuntungan Portanigra adalah selain keuntungan finansil yang ditaksir sekitar duabelas setengah persen dari nilai kontrak. Sepanjang tahun dia tidak putus- Keuntungan buat saya adalah tanpa kerja apa-apa dapat royalty sebesar tujuh setengah persen dari nilai kontrak. Keuntungan Portanigra adalah selain keuntungan finansil yang ditaksir sekitar duabelas setengah persen dari nilai kontrak. Sepanjang tahun dia tidak putus-

Kewajiban saya dalam kerja sama ini hanya menyerahkan kop surat dan stempel PT Pagarmas kepada PT Portanigra, menanda tangani surat penawaran, bila menang dalam tender menanda tangani kontrak. Bila sudah mencapai prestasi tertentu menanda tangani berita acara penagihan, kwitansi dan kelengkapan lainnya. Selesai proyek micro wave di Gunung Kundur Lampung, datang lagi undangan dari Telkom untuk ikut tender micro wave di Muaro Bungo, Propinsi Jambi. Satu lagi di Tanjung Gadang, Propinsi Sumatera Barat. Kebetulan kami kebagian yang di Tanjung Gadang.

Karena saya berasal dari Sumatera Barat, maka Purwanto Rahmat minta bantuan saya untuk mengurus segala sesuatu keperluan proyek yang berhubungan dengan pemerintah daerah, seperti izin dari Bupati setempat, termasuk keamanan di lapangan.seperti pemberitahuan di Kepolisian dan Koramil. Kebetulan Bupati nya waktu itu adalah Kolonel Maramis, dan Komandan Kodimnya adalah Kolonel Syahbuddin. Kedua-duanya saya kenal sama-sama berpangkat sersan mayor di Bukittinggi tahun l951. Kepala kepolisian Kabupaten Sijunjung saya belum kenal. Sewaktu peresmian permulaan proyek, ketiga petinggi di Kabupaten Sijunjung, termasuk camat, kepala desa dan pemuka masyarakat kami undang.

Saya atas nama PT Pagarmas selaku pelaksana proyek micro wave tersebut memberikan sedikit penjelasan kepada masyarakat tentang apa dan untuk apa proyek micro wave itu dibangun oleh Telkom dan manfaatnya untuk masyarakat. Pada kesempatan itu. bapak Bupati dan Bapak Komandan Kodim juga menyampaikan sambutan pendek. Antara lain beliau mengatakan bahwa pimpinan PT Pagarmas adalah teman seperjuangan beliau dulu di Bukittinggi semasa revolusi fisik melawan tentara Belanda. Kepada pimpinan PT Pagarmas beliau meminta agar sebanyak mungkin melibatkan penduduk disini dan sekitarnya dalam pelaksanaan proyek ini. Kepada masyarakat sekitar beliau titip supaya ikut mensukseskan proyek ini demi kebutuhan kita bersama. Alhamdulillah, proyek tersebut berjalan lancar, dan ada beberapa pemuda-pemuda kita dari Parit Putus bekerja di proyek tersebut, tetapi sayang umumya tidak kuat bertahan dan berhenti di tengah jalan.

Pada saat proyek sudah berjalan kira-kira 50% dimasa libur sekolah, kami pulang bersama anak-anak sekeluarga jalan darat. Kami menggunakan dua buah mobil jeep PT Portanigra. Waktu itu jalan Lintas Sumatra belum ada, masih jalan lama, kecil dan banyak jembatan yang rusak, sehingga perjalanan memakan waktu 4 hari dan 5 malam. Pernah pada satu senja ada bus yang mogok di tengah-tengah hutan lebat. Menyebabkan mobil di belakang tidak bisa meliwatinya karena jalan sempit. Bus yang mogok itu harus dipinggirkan dulu baru mobil lain bisa liwat. Orang-orang sedang bergotong royong meminggirkannya.

Karena hari sudah malam dan ditaksir baru besok pagi bisa liwat maka kami melihat ada sebuah rumah panggung yang kosong dan gelap. Kami pergi ke sana kebetulan pintu tidak terkunci. Saya ajak anak-anak menginap di rumah kosong itu. Mereka tidur di atas lantai papan beralas beberapa lembar kain panjang. Saya sendiri tidak bisa tidur, sambil mengawal anak-anak dan menghalau nyamuk yang besar-besar dengan mengipas-ngipaskan kain sarung ke atas mereka. Kira-kira jam 2.00 malam saya mendengar beberapa kali ngaung harimau Karena hari sudah malam dan ditaksir baru besok pagi bisa liwat maka kami melihat ada sebuah rumah panggung yang kosong dan gelap. Kami pergi ke sana kebetulan pintu tidak terkunci. Saya ajak anak-anak menginap di rumah kosong itu. Mereka tidur di atas lantai papan beralas beberapa lembar kain panjang. Saya sendiri tidak bisa tidur, sambil mengawal anak-anak dan menghalau nyamuk yang besar-besar dengan mengipas-ngipaskan kain sarung ke atas mereka. Kira-kira jam 2.00 malam saya mendengar beberapa kali ngaung harimau

Bangun pagi, kami pergi ke pinggir sungai yang tidak begitu jauh dari situ. Selesai cuci muka kami minum di warung kopi yang ada dekat situ. Sambil minum orang warung menanyakan apakah bapak yang bermalam di rumah itu semalam. Saya bilang ia, karena kami lihat rumah itu kosong dan tidak dikunci, kami masuk saja. Orang itu mengatakan memang, rumah itu kalau malam kosong tidak ada yang berani tinggal di situ, suka ada makhluk halus yang mengganggu. Tetapi kalau siang ada yang tinggal sambil berkebun di sekitar sana, katanya. Mendengar itu berdiri bulu roma saya, dan bersyukur kepada Allah Swt, semalam tidak ada gangguan.

Jam 7,15 pagi mobil kami baru bisa liwat, dan setelah itu tidak ada gangguan lagi, dan bila malam tiba kami mencari warung-warung untuk bermalam yang biasanya disediakan oleh pemilik warung. Sampai di lokasi proyek di Tanjung Gadang kami menginap disana semalam sambil melihat perkembangan proyek. Dari situ kami langsung ke kampung dan sampai di kampung sudah senja Waktu itu keluarga kita masih menempati rumah lama, tanpa fasilitas kamar mandi dan lan-lain. Kalau mau mandi harus berjalan kaki sekitar 150 meter atau ke W.C mesti nongkrong di atas kali kecil atau di atas balong dengan penutup seadanya. Ada seminggu kami di kampung setelah itu kami kembali ke Bandung dengan pesawat melalui Jakarta.

Sesampai di Bandung ada surat dari Direkorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN). Surat tersebut saya buka, ternyata isinya adalah Surat Izin Membuka Kantor Akuntan Publik atas nama saya. Sebetulnya sejak dua bulan lalu saya sudah mulai praktek sebagai auditor mewakili Kantor Akuntan Publik atas nama Muchlis Adnan Cabang Bandung. Clientnya yang ada di Bandung dan sekitarnya diserahkan kepada saya mengerjakannya.

Dari pengalaman saya selama dua bulan itu sebagai auditor dibandingkan dengan pengalaman hampir tiga tahun sebagai kontraktor nyata sekali bedanya. Rasanya sebagai auditor lebih terhormat dibanding sebagai kontraktor. Sejak itu tekad saya sudah bulat untuk meninggalkan PT Pagarmas dan beralih ke profesi Akuntan Publik Insya Allah profesi baru ini akan saya hadapi sepenuh hati dan doa, mudah-mudahan bisa dilanjutkan oleh generasi penerus dibelakang hari. Amin.

Waktu saya sedang membaca surat dari DJPKN tersebut kebetulan Ir. Bernard Sadhani wakil direktur PT Portanigra datang untuk minta saya menanda tangani dokumen tagihan proyek micro wave Tanjung Gadang ke Telkom atas nama PT Pagarmas. Sambil menanda tangani berkas tersebut saya ceritakan kepada Bernard bahwa izin praktek saya sebagai Akuntan Publik sudah keluar dari Kementerian Keuangan. Untuk masa datang saya akan focus dalam profesi saya itu.

Belum selesai saya berbicara dia sudah menyelingi. Kalau begitu biarlah saya yang melanjutkan nama PT Pagarmas itu dengan kompensasi yang wajar, katanya. Saya katakan Belum selesai saya berbicara dia sudah menyelingi. Kalau begitu biarlah saya yang melanjutkan nama PT Pagarmas itu dengan kompensasi yang wajar, katanya. Saya katakan

Rupanya Ir Bernard Sadhani memang serius. Minggu depan dia datang lagi untuk mem folow up pembicaraan minggu lalu, bahkan dia datang dengan usul lebih konkrit yaitu mengajukan angka kompensasi yang menurut dia wajar. Karena saya sudah bertekad bulat untuk tidak ikut lagi dalam bisnis kontraktor, jadi saya tinggal melakukan negosiasi dari angka awal yang diajukannya.

Akhirnya dapat kata sepakat dan tidak lama setelah itu kami pergi ke Notaris untuk timbang terima secara hukum PT Pagarmas dari tangan saya ke tangan Ir Bernard Sadhani. Itulah akhir dari petualangan saya selama lebih kurang tiga tahun dibawah payung PT Pagarmas yang dihibahkan oleh pak Syafni kepada saya, mulai dari nol minus dan berakhir dengan nol plus.

Sejak saya berhenti dari PT Teknik Umum, saya sudah mulai membaca-baca buku agama Islam dan sudah mulai ikut pengajian di mesjid Istiqamah, walaupun sebelumnya juga tidak terlalu jauh dari ajaran Allah Swt. Setelah mengalami kesulitan demi kesulitan hidup, di hari tua saya ini saya bertambah yakin janji Allah dalam firman Nya Surat 65, akhir ayat 2 dan ayat 3 berbunyi “ Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka sangkanya, Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu ”. (Ibnu Katsir Buku IV hal.733)

Saya belumlah termasuk golongan orang yang bertaqwa, tetapi saya berusaha menuju kearah itu, dengan melaksanakan segala perintah-perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya, serta banyak berzikir dan mengerjakan yang sunat-sunat. semoga Allah memudahkan saya mencapai tingkat taqwa tersebut, Amin !.

“ SEMOGA ALLAH SELALU MELIMPAHKAN RAHMAT DAN TAUFIK NYA KEPADA KAMI DAN KETURUNAN KAMI SEMUA, AMIN ”..