Perintah Mencari Ilmu Pengetahuan
2. Perintah Mencari Ilmu Pengetahuan
Perintah Tuhan untuk mencari dan memperdalam ilmu pengetahuan, selain dikaitkan dengan surah Al-'Alaq/96:1-5, juga dihubungkan dengan ayat-ayat lain
yang memiliki substansi serupa, misalnya QS. Al-Baqarah/2:31; 55 QS. Al-
56 57 Araf/7:179; 58 QS. Al-Nisa/4:9; QS. Al-Jumuah/62:2; juga beberapa sample QS.
55 Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar! 56 Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang- orang yang lalai. 57
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
58 Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka
Kitab dan Hikmah (As Sunnah)...
59 60 Al-Mujadalah/58:11; 61 QS. Al-Nahl/16:43; QS. Al-Zumar/39:9. Dari ayat-ayat ini bisa disimpulkan bahwa Allah swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk
menuntut ilmu. Sebab, dengan ilmu, manusia berbeda dari makhluk lain. Lewat ilmu, pengetahuan tentang segala hal akan diraih, sehingga manusia mengerti siapa dirinya:
apa yang mesti dilakukan dan ke mana mesti melangkah. 62 Pada masa selanjutnya, atas dorongan Al-Qur'an, masyarakat Arab kemudian
menjadi pelopor kemajuan ilmu pengetahuan di pelbagai bidang. Sejarah mendokumentasikan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam sangat
ditentukan oleh peranan dunia tulis menulis. 63 Ilmu pengetahuan dan tulis menulis memiliki hubungan yang sangat erat.
Perintah untuk mencari ilmu pada dasarnya juga perintah untuk mengembangkan tradisi tulis menulis, karena ilmu pengetahuan tidak dapat dipelajari dan dikembangkan dari generasi ke generasi kecuali dengan memanfaatkan fungsi dokumentatif dari tulisan. Tulisan adalah sarana bagi pencarian ilmu yang diwajibkan
oleh Al-Qur'an. 64 Sebaliknya, tulisan juga membutuhkan ilmu pengetahuan, lantaran
59 Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 60
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, 61
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. 62
Muhammad al-Sayyid Arnaud, Al-I'jaz al-'Ilmi fi al-Qur'an al-Karim, Kairo: Maktabah Madbuk, t.th., hlm.39
63 J. Pedersen, Fajar Intelektualisme Islam, cet. ke-1 (terj. Alwiyah Abdurrahman), Bandung: Mizan, 1996, hlm.57
64 Satu kaedah dalam fikih mengatakan: mewujudkan sarana hukumnya sama wajib dengan substansi kewajiban (al-amru bi al-sya'i amrun bi wasailihi).
dunia ilmu pengetahuanlah yang memanfaatkan sekaligus mendobrak pertumbuhan tulisan. 65