Metode Penelitian
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan riset kepustakaan (library research), karena semua data penelitian diperoleh melalui penelusuran informasi yang ada di buku, jurnal ilmiah, majalah, koran, dan juga data-data yang diambil dari website dan digital library. Data-data yang sudah diperoleh ini kemudian dianalisis dengan metode
eksplanasi. 76 Metode eksplanasi ini dipakai untuk menjelaskan fenomena sosial tertentu yang terjadi sebagai akibat dari hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain. Dengan kata lain, penelitian eksplanasi digunakan untuk
76 Cara kerja penelitian eksplanasi adalah menguji kebenaran hipotesis yang menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih; untuk mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi ataukah
tidak dengan variabel lainnya. Lihat Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Social: Dasar-dasar dan Aplikasi, Jakarta: Rajawali Press, 1992, hlm. 21. Baca juga Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, hlm. 14.
mengetahui apakah suatu variabel disebabkan/dipengaruhi ataukah tidak oleh variabel lainya.
Objek kajian penelitian ini adalah ayat-ayat Al-Qur'an yang memerintahkan untuk bertradisi baca-tulis; ayat-ayat yang menginspirasi tradisi baca-tulis meskipun tidak membahas tradisi baca-tulis secara langsung; sejarah literasi Arab. Dengan demikian, variabel yang akan diteliti di sini adalah Al-Qur'an sebagai varibel
pengaruh (independent variable) dan tradisi literasi Arab sebagai variabel terpengaruh (dependent variable).
Sesuai dengan jenisnya, penelitian ini dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip kerja penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini akan dideskripsikan dan dianalisis dengan kata-kata dan kalimat secara sistematis sebagai hasil pembacaan dan analisis terhadap objek kajiandan bukan disampaikan dengan angka-angka statistik. Sebagaimana penjelasan Bogdan, penelitian kualitatif itu merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan tentang orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 77
2. Sumber Data
Karena topik penelitian ini terfokus pada Al-Qur'an dan pengaruhnya terhadap literasi Arab, maka literatur yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok.
Pertama, ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang perintah dan/atau motivasi baca-tulis. 78
77 Robert C. Bogdan, Riset Kualitatif untuk Pendidikan: Pengantar, Teori dan Metode, Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud, 1990, hlm. 34. Baca juga Zaini Hasan, "Karakteristik Penelitian Kualitatif"
dalam Aminidin, Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra , Malang: HISKI-YA3, 1990, hlm. 14. Baca juga Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Dari
Denzin Guba dan Penerapannya), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2001, hlm. 8. 78 Perintah dan/atau motivasi Al-Qur an kepada manusia untuk berbudaya baca-tulis terdalam
beberapa surah. QS. Al-Alaq/96:1-5 secara tegas berbicara perintah belajar baca-tulis. QS. Al- Baqarab/2:282 berbicara perintah untuk mengaplikasikan baca-tulis dalam dunia perdagangan. QS. Al- Kahfi/18:109, QS. Luqmân/31:27, QS. Al-Qalam/68:1, QS. Al- Alaq/96:3-4, QS. Ali Imrân/3: 44, QS. Al-Anâm/6:7 dan 9, QS. Al-Burûj/85:21-22, QS. Al-Qamar/54:13, QS. Al-A râf/7:145, QS. Al- Anâm/6:150 dan 154, QS. Al-Mudatstsir/74:27-29, QS. Al-Thûr/52:1-3, QS. Al-Muzammil/73:8-9 dan 19-20, QS. Al-Kahfi/18:9, QS. Al-Zukhrûf/43:71, QS. Al-Najm/53:36, QS. Al-A lâ/87:18-19, QS.
Kedua, literatur-literatur Ulumul Qur`an, terutama yang berbicara tradisi literasi Arab.
Ketiga, literatur-literatur yang berbicara tentang sejarah Al-Qur'an (târikh al- Qur'ân) dan sejarah masyarakat Arab, utamanya yang berhubungan dengan literasi Arab. Menurut Bernard Lewis, proses turunnya wahyu hingga lahirnya Al-Qur'an dalam bentuk (mushaf) berjilid telah menginspirasi lahirnya peradaban intelektual di
tengah-tengah umat Islam. 79 Selain data-data di atas, literatur yang digunakan dalam penelitian ini
dikategorikan sebagai data penunjang (sumber sekunder), yang meliputi buku-buku tentang sejarah literasi dunia, tema-tema menarik terkait Ulumul Qur`an, serta literatur yang mengulas tentang sejarah kebudayaan Arab.
3. Pendekatan
Penelitian ini memosisikan Al-Qur'an sebagai kitab suci umat muslim yang di dalamnya terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk belajar baca-tulis. Dalam kerangka kerja penelitian ini, ayat-ayat Al-Qur'an yang terkait dengan tema tersebut kemudian dihimpun dan dijelaskan maknanya sehingga menjadi jelas maksud dan kandungan ayat-ayat tersebut. Untuk mengkaji dan mencari argumen Al-
Qur'an tentang tema dalam penelitian ini, dipilih pendekatan tafsîr maudhû'i. 80 Adapun untuk menjelaskan sejarah perkembangan literasi Arab serta kaitan antara
ayat-ayat Al-Qur'an yang terkait dengan tradisi literasi Arab dengan perubahan budaya literasi di masyarakat Arab digunakan pendekatan sosial historis. 81
Abasâ/80:12-13, QS. Al-Mudatstsir/74:52, QS. Al- Alaq/96:2, QS. Al-Takwîr/81:10, QS. Thâha/20:133, QS. Al-Alâ/87:18-19 berbicara piranti baca-tulis. Ayat-ayat sini akan dijadikan sumber
data, sebagai motivasi normatif untuk berbudaya baca-tulis.
79 Lihat Bernard Lewis, Bangsa Arab dalam Lintasan Sejarah: Dari segi Geografi, Sosial, Budaya dan Peranan Islam (The Arabs in History, terj. Said Jamhuri), Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1988, hlm. 141.
80 Baca penjelasan lebih lanjut tentang pengertian dan cara kerja tafsîr maudhû'i dalam M. Roem Rowi, Menafsir Ulumul Qur'an: Upaya Apresiasi Tema-tema Pokok Ulumul Qur'an, cet. II,
Sidoarjo: Al-Fath Press, 2003, hlm. 81. Baca juga Abdul Hayyi Al-Farmawi, Al-Bidâyât fî al-Tafsîr al- Maudhû'I, cet. II, Mesir: Al-Hadhârah al-Arabiyyah, 1977, hlm. 62.
81 Lihat Basri MS, Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan Praktek), Jakarta: Restu Agung, 2006, hlm. 43.
4. Definisi Operasional
Untuk kejelasan yang dimaksud dalam judul penelitian, berikut diberikan definisi operasionalnya. (1) Al-Qur'an Kumpulan wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw yang
sudah dikodifikasi dalam bentuk mushaf, mencakup 114 surat dan 30 juz. (2) Literasi Literasi (literacy) secara harfiah bermakna melek aksara atau keberaksaraan.
Ada juga yang memaknai literasi sebagai the ability to read and write, kemampuan untuk membaca dan menulis. Dalam penelitian ini, literasi dimaknai sebagai budaya yang menjadi pintu gerbang untuk mencapai suatu predikat sebagai bangsa terpelajar dan berperadaban. Out-put dari tradisi literasi ini adalah lahirnya peradaban ilmu
pengetahuan. 82 (3) Arab
Kata Arab merujuk kepada salah satu komunitas yang berasal dari rumpun bangsa Semit. Istilah Semit ini dinisbahkan kepada Sam bin Nuh. Wilayah asalnya disebut Semenanjung Arabia. Dinamakan Semenanjung karena wilayah ini dikelilingi oleh sungai dan laut. Secara geografis, Semenanjung Arabia terletak di bagian barat
daya Benua Asia. Semenanjung ini berbatasan masing-masing: di sebelah utara dengan Irak dan Suriah; di sebelah selatan dengan Samudera Hindia; di sebelah timur dengan Teluk Persia dan Laut Oman; dan di sebelah barat dengan Laut Merah. Kawasan Semenanjung ini sebagian besar terdiri dari gurun yang terhampar luas di
tengah-tengah semenanjung dengan iklim yang sangat panas dan bersuhu tinggi. 83
5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
82 Jean E. Spencer, Literacy dalam The Encyclopedia Americana International Edition, Vol. 17, (Complete in Thirty Volumes), New York: Americana Corporation, 1972, hlm. 559. Lihat juga
"Budaya Baca Tulis" di http://www.republika.co.id. 83 Baca Ahmad Amin, Fajr al-Islam, cet. ke-11, Dar al-Kutub, 1975, hlm. 5. Baca juga
Ensiklopedi Islam, cet. ke-3, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, hlm. 153.
Instrumen utama penelitian ini, sesuai dengan jenis dan ragamnya, adalah peneliti sendiri. Selain itu juga digunakan beberapa instrumen pendukung lain, berupa indeks Al-Qur'an, CD program Al-Qur'an dan hadis, dan digital library.
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan prosedur penelitian sejarah yang bertumpu pada 4 (empat) langkah kegiatan, yaitu pengumpulan data (heuristik),
kritik (verifikasi), interpretasi (aufassung), dan historiografi (darstellung). 84
a) Pengumpulan data (heuristik) adalah upaya untuk mengumpulkan dan menghimpun data-data sejarah tertulis yang terkait dengan tema penelitian. Pada tahap ini, penulis menyeleksi ayat-ayat yang menerangkan tentang perintah dan/atau motivasi baca-tulis, kemudian menghimpun literatur-literatur sejarah, Ulumul Qur'an, dan kitab-kitab kumpulan hadis yang semuanya memiliki keterkaitan dengan sejarah literasi Arab pada masa-masa awal Islam. Tujuannya adalah untuk menjelaskan kajian teoritis dan ontologi literasi Arab, memberikan deskripsi yang jelas mengenai pergulatan pemikiran terkait pengaruh Al-Qur'an terhadap literasi Arab.
b) Kritik (verifikasi) data. Di sini, penulis menguji keabsahan tentang keaslian sumber (autentisitas) yang akan dilakukan dengan melakukan kritik eksternal 85
dan keabsahan terkait kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri dengan kritik internal. 86 Baik sumber-sumber primer maupun sekunder penulis akan
memberikan kritik, sehingga memungkinkan untuk memperoleh data yang lebih objektif dan argumentatif.
84 Lihat Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 32. Baca juga Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos, 1999,
hlm. 63.
85 Kritik eksternal mempertanyakan, Apakah sebuah dokumen relik dan otentik. Baca Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 74. Sementara dari
segi definisi, kritik eksternal dapat diartikan sebagai kritik yang menitikberatkan pada pengecekan keaslian data dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait sumber seputar; siapa yang membuat atau memproduksi dokumen tersebut? Kapan dan dimana dokumen tersebut dibuat? Apakah bahan- bahan tersebut salinan atau apakah itu karya asli dari penulis yang terpercaya?, dimana dokumen tersebut diperoleh? Baca Consuelo G. Sevilla, et.al., Pengantar Metode Penelitian (terj. Alimuddin Tuwu, Jakarta: UI Press, 2006, hlm. 55.
86 Kritik internal mempertanyakan, apakah sebuah data otentik, akurat dan relevan. Selanjutnya baca Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 74.
c) Interpretasi (aufassung). Pada tahap ini penulis melakukan interpretasi sejarah dengan mempergunakan dua metode, yakni anlisis (mengurai) dan sintesis
(menyatukan) .
d) Historiografi (darstellung), yakni berupa cara penelitian, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang dilakukan. Tentunya penulis akan berupaya untuk memberikan gambaran yang jelas mengenahi proses penelitian dari fase awal perencanaan sampai akhir penarikan kesimpulan dengan
mempertimbangan aspek kronologis sejarahnya. 87
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengolahan data (data processing) dan analisis data, yang mencakup:
a) Reduksi data Merangkum/mengikhtisar/menyeleksi data-data yang sudah terkumpulhasil observasi maupun hasil wawancara ke dalam pola, kategori, fokus, tema, dan pokok permasalahan tertentu yang sesuai.
b) Display data Menyajikan hasil reduksi data ke dalam sejumlah matriks yang sesuai dengan pola, kategori, fokus, tema, dan pokok permasalahan yang hendak dipahami dan dimengerti duduk soalnya. Matriks-matriks display data ini, di samping untuk memetakan data yang telah direduksi, juga untuk memudahkan pengkonstruksian dalam menuturkan, menyimpulkan, dan menginterpretasi data. Juga berfungsi sebagai daftar yang bisa secara ringkas/cepat menunjukkan cakupan data yang telah dikumpulkan; bila data dianggap masih kurang atau belum lengkap, dapat segera dicari pada sumber-sumber yang relevan.
c) Menyimpulkan data Di sini, peneliti mengambil kesimpulan dari hasil pemahaman dan pengertian atas masalah yang diteliti dalam bentuk pelukisan/penuturan. Dari sinilah lahir
87 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos, 1999, hlm. 76.
kesimpulan-kesipulan yang komprehensif dan mendalam. Langkah ini merupakan muara dari hasil kegiatan analisis data pada penelitian kualitatif. Pada tahap ini, ada 3 (tiga) langkah yang harus diambil oleh penulis. Pertama, merinci fokus masalah yang benar-benar menjadi pusat perhatian untuk ditelaah secara mendalam. Kedua, melacak, mencatat, mengorganisasikan setiap data yang relevan untuk masing-masing fokus masalah yang ditelaah. Ketiga, menyatakan apa yang dimengertinya secara bulat tentang sesuatu masalah yang diteliti, terutama memakai "bahasa kualitatif" yang diskriptif dan interpretatif
sifatnya. 88
7. Penyajian Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan diuraikan secara verbal (dengan kata-kata dan kalimat secara sistematis) sebagai hasil pembacaan dan analisis terhadap objek kajian, sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan. Selain memudahkan pemahaman, hal itu juga dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana pertanyaan penelitian telah menemukan jawaban yang dibutuhkan.
8. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak berpretensi menjawab secara tuntas seluruh pertanyaan yang terkait dengan faktor yang memengaruhi perkembangan literasi secara umum, juga tidak berpretensi menjawab pertanyaan tentang kitab-kitab suci selain Al-Qur'an dan pengaruhnya terhadap literasi yang digunakan dalam penulisan kitab suci tersebut. Secara spesifik, penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan mengenai pengaruh Al- Qur'an terhadap perkembangan literasi Arab. Hasil penelitian ini tetap bersifat tentatif, meskipun dalam batas tertentu, diharapkan bersifat konklusif, terutama dalam menjawab masalah pokok penelitian.
Penegasan mengenai hal ini penting dikemukakan sejak awal, mengingat sejumlah keterbatasan yang mungkin dihadapi, seperti kemampuan penulis dan keterbatasan waktu serta dana. Keterbatasan lain boleh jadi terletak pada literatur
88 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Social, Jakarta: Rajawali Press, 2001, hlm. 255.
yang dapat diakses penulis untuk kepentingan penelitian. Betapapun, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu bagi khazanah/kajian Ulumul Qur'an, terutama dalam bahasan literasi Arab.