BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Akne Vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris
Akne Vulgaris adalah penyakit akibat gangguan dari unit pilosebasea yang umum dijumpai, dapat sembuh sendiri dan terutama
ditemukan pada remaja. Tempat predileksi adalah pada daerah yang padat kelenjar minyak seperti wajah, bahu, dada bagian atas dan punggung
Wasitaatmaja, 2008. Akne Vulgaris ditandai dengan adanya lesi yang bervariasi meliputi komedo, papul, pustul dan nodul. Sering kali meskipun
akne vulgaris dapat sembuh sendiri, namun perjalanan penyakitnya menimbulkan jaringan parut pada wajah Zaenglein,2008 , sehingga hampir
30 pasien akne vulgaris harus berobat ke dokter untuk mendapatkan pengobatan sehubungan dengan keparahan akne vulgaris yang dialaminya
Kaymak,2007.
2.1.2. Epidemiologi
Akne vulgaris adalah penyakit yang mempunyai prevalensi tinggi. Prevalensi Akne vulgaris ini lebih sering didapati pada usia pubertas yaitu
pada remaja perempuan usia 14- 17 tahun dan remaja pria pada usia 16 – 19 tahun. Pada populasi barat, remaja yang mengalami akne vulgaris
diperkirakan sebanyak 79 – 95 populasi remaja. Dalam suatu penelitian yang dilakukan terhadap 1.045 remaja di Singapura, hasilnya didapat bahwa
88 diantaranya telah memiliki akne vulgaris. Dari Jumlah tersebut, 51,4 di klasifikasikan sebagai akne vulgaris ringan, 40 akne vulgaris sedang
dan 8,6 akne vulgaris berat. Akne juga mengenai populasi remaja di U.K yaitu sebanyak 85. Di Malaysia, prevalensi akne vulgaris pada wajah
sebanyak 67,5 kondisi tersebut terdapat lebih banyak pada laki-laki dari perempuan. Walaupun akne lebih banyak terjadi pada remaja, akne juga
Universitas Sumatera Utara
menyerang orang dewasa. Pada wanita, akne dapat menetap lebih lama daripada pria yaitu sampai usia 30 tahun atau lebih. Namun derajat akne
yang lebih berat didapati banyak terjadi pada pria. Pada populasi barat, diperkirakan 75-95 orang dewasa mengenai akne, 40-54 terjadi pada
orang dewasa berusia diatas 25 tahun, 12 dan 3 mengenai pria dan wanita dewasa umur pertengahan. Suatu penelitian di Jerman juga menyatakan
bahwa 64 pada usia 20-29 tahun dan 43 pada usia 30-39 tahun menderita akne vulgaris. Wasitaatmaja,2008; Cordain, 2002; Lancet,2012.
Berdasarkan pengamatan para ahli, ternyata akne jarang ditemukan pada populasi non-westernized. Hal ini dengan kuat menyatakan adanya
faktor – faktor lingkungan yang mendasari, termasuk diet. Pada populasi non-westernized yaitu kepulauan kitavan di Papua Nugini dan Ache hunter-
gatherer di Paraguay ternyata tidak mengalami akne vulgaris.Mereka mengonsumsi buah – buahan, ikan, binatang buruan, umbi-umbian, tetapi
tidak sereal dan refined sugar. Cordain et al, 2002.
2.1.3. Etiologi
Akne Vulgaris memiliki etiologi yang bersifat multifaktorial dan kompleks serta berasal dari faktor eksogen maupun endogen, faktor- faktor
tersebut antara lain Wasitaatmaja,2008; Fulton,2009; Cunclife,2002; Bancin,2011; Goklas,2011; Lancet,2012
1. Faktor Genetik, adanya peningkatan unit pilosebasea terhadap kadar
androgen yang normal dalam darah dipengaruhi faktor genetik. Menurut penelitiaan terdahulu, adanya gen tertentu CYP17-34CC homozigote
chinese men dalam sel tubuh manusia meningkatkan kejadian akne. Penelitian di Iran pada anak berumur 16 tahun menunjukan adanya riwayat
keluarga dengan akne akan meningkatkan risiko terkena akne vulgaris dua kali lipat.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor ras, kemungkinan ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris
diajukan karena melihat kenyataan adanya ras-ras tertentu seperti mongoloid yang lebih jarang menderita akne dibandingkan dengan
kauscasian, orang kulit hitam pun lebih dikenal dibanding dengan orang kulit putih.
3. Faktor musim, suhu yang tinggi, kelembaban udara yang lebih besar, serta
sinar ultra violet yang lebih banyak menyebabkan akne vulgaris lebih sering timbul pada musim panas dibandingkan dengan musim dingin. Pada
kulit kenaikan suhu udara 1 C mengakibatkan kenaikan laju ekresi sebum
naik sebanyak 10.
4. Faktor makanan masih diperdebatkan, ada peneliti yang setuju makanan
berpengaruh pada timbulnya akne, adapula yang kontra. Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya akne adalah makanan tinggi
lemak kacang, daging berlemak susu, es krim, makanan tinggi karbohidrat, makanan beryodida tinggi makanan asal laut dan pedas.
Menurut peneliti yang setuju, makanan dapat merubah komposisi sebum dan menaikan produksi kelenjar sebasea.
5. Faktor infeksi, ada 3 tiga golongan mikroorganisme yang merupakan
flora normal kulit, P. Acne, dan S. Epidermidis. Peran mikroba ini adalah membentuk enzim lipase yang dapat memecah trigliserida menjadi asam
lemak bebas yang bersifat komedogenik.
6. Faktor psikis, seperti stress emosi pada sebagian penderita dapat
menyebabkan kambuhnya akne, mungkin melalui mekanisme peningkatan produksi Androgen dalam tubuh.
Universitas Sumatera Utara
7. Faktor hormon dan endokrin,
Faktor hormonal berperan terhadap timbulnya AV. Pengaruh hormon sebotropik asal kelenjar hipofisis dapat merangsang perkembangan
kelenjar sebaseus. Produksi sebum yang meningkat dipengaruhi oleh hormon androgen. Hormon gonadotropin dan hormon
adrenokortikosteroid, mempengaruhi secara tidak langsung masing- masing lewat testis, ovarii dan kelenjar adrenal serta hormon-hormon ini
merangsang kegiatan kelenjar sebasea sehingga memperberat keadaan akne. Pada penderita akne vulgaris derajat berat, kadar DHT ini 20 kali
lebih banyak dari normal.
8. Faktor keaktifan kelenjar sebasea akan mempengaruhi banyak sedikitnya
produksi sebum. Pada penderita akne vulgaris produksi sebumnya lebih tinggi dari normal.
9. Faktor konsumsi obat, konsumsi obat anti-epilepsi akan menimbulkan
monomorphic acne, acneiform eruption ditimbulkan oleh konsumsi obat anti-kanker, penggunaan obat steroid yang dapat meningkatkan massa otot
juga dapat menimbulkan akne.
2.1.4. Patogenesis