BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA A.
Frame Majalah Waria Information Group…………………………………...40 B. Hasil Penggunaan Perangkat Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
dalam artikel Artikel Waria..oh..Waria Edisi 12 Bulan Oktober 2009-Februari 2010
………………………………………………………………………….41 BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………………..67
B. Saran ………………………………………………………………………....68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1. Kerangka Framing Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki………11
2. Tabel 4.1. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 1…………………………...41
3. Tabel 4.2. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 2…………………………...43
4. Tabel 4.3. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 3…………………………...46
5. Tabel 4.4. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 4…………………………...49
6. Tabel 4.5. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 5…………………………...50
7. Tabel 4.6. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 6…………………………...51
8. Tabel 4.7. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 7…………………………...52
9. Tabel 4.8. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 8…………………………...55
10. Tabel 4.9. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 9…………………………...56
11. Tabel 4.10. Hasil Penggunaan Framing Paragra f 10………………………...58
12. Tabel 4.11. Hasil Penggunaan Framing Paragraf 11………………………...59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan waria merupakan sebuah fenomena sosial tersendiri bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dimana sampai saat ini waria masih dianggap kaum yang
menyimpang. Banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap eksistensi waria, bahkan secara terang-terangan menolak akan ke-eksistensi-annya dalam
kehidupan bermasyarakat. Padahal jelas-jelas bahwa waria itu memang ada dan mereka juga dapat bertahan hidup meskipun mendapat tentangan dari pihak yang
tidak menyetujui akan keberadaan mereka.
Waria adalah seseorang yang memiliki ketidaksesuaian antara fisik dengan identitas gendernya. Mereka merasa bahwa jauh dalam dirinya, biasanya sejak masa
kanak-kanak, mereka adalah orang yang berjenis kelamin berbeda dengan dirinya saat ini. Adanya ketidaksesuaian tersebut menyebabkan waria tidak senang dengan alat
kelaminnya dan ingin mengubahnya. Untuk mendukung perubahan tersebut maka waria bertingkah laku seperti perempuan dan mengidentifikasikan dirinya sebagai
perempuan dengan cara berdandan dan berperilaku seperti perempuan. Ketika gangguan tersebut mulai terjadi pada masa kanak-kanak, hal tersebut akan
dihubungkan dengan banyaknya perilaku lintas gender, seperti berpakaian seperti
perempuan, lebih suka bermain dengan teman-teman perempuan, dan melakukan permainan yang secara umum dianggap sebagai permainan perempuan
1
.
Faktor penyebab munculnya perubahan perilaku dari laki-laki menjadi waria dapat ditinjau dari beberapa perspektif, yaitu: biologis, behavioristik, dan
sosiokultural. Perspektif biologis berkaitan dengan masalah hormonal, behavioristik berkaitan dengan penguatan yang diberikan oleh keluarga atau orang lain ketika anak
laki-laki berperilakuberpenampilan seperti perempuan, sedangkan perspektif sosiokultural berkaitan dengan faktor budaya yang diduga mempengaruhi perubahan
perilaku dari laki-laki menjadi waria
2
.
Kehadiran seorang waria menjadi bagian dari kehidupan sosial rasanya tidak mungkin untuk dihindari. Mereka akan terus bertambah selama belum ditemukan cara
yang tepat untuk mencegahnya. Satu hal yang harus diperhatikan dalam hal ini, yaitu pengertian waria berbeda dengan homoseksual perilaku seksual yang ditujukan pada
pasangan sejenis atau transvestisme suka menggunakan pakaian wanita dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Walaupun hal tersebut juga
merupakan bagian dari kelainan seksual
3
.
Dalam kehidupan sehari-hari, hanya ada dua jenis kelamin yang diakui secara obyektif oleh masyarakat yakni pria dan wanita. Kelly berpendapat bahwa mengenai
1
Meike Kurniawati, Latar Belakang Kehidupan Laki-Laki Menjadi Waria, Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara, 2006. h. 2
2
Ibid. h. 3
3
Dewi Muthi’ah, Konsep Diri dan Latar Belakang Kehidupan Waria, Semarang, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2007. h. 3
jenis kelamin dapat mengakibatkan masyarakat menilai tentang perilaku manusia dimana pria harus berperilaku sebagai pria berperilaku maskulin dan wanita harus
berperilaku sebagai wanita berperilaku feminin
4
. Sehingga seorang pria harus bersikap maskulin sedangkan wanita harus bersikap feminin. Hal ini berarti tidak ada
pengakuan masyarakat secara obyektif terhadap pria yang bersikap dan bertingkah- laku seperti wanita yang biasa disebut waria atau banci. Pemilahan ekstrem pria dan
wanita ini akhirnya melahirkan perlakuan yang ekstrem juga dalam masyarakat. Pria haruslah menjadi pria seperti konstruksi gender di masyarakat demikian juga
wanita
5
. Sehingga perilaku seperti waria atau banci merupakan sebuah penyimpangan dari konstruksi masyarakat yang diskrit tersebut. Padahal meski
sebagai sebuah penyimpangan atau patologi dalam masyarakat, waria memiliki sisi kehidupan yang kompleks dan juga tidak mudah untuk dijalani. Kehidupan seorang
waria tidak terlepas dengan kehidupan individu dan sosialnya, bahkan lebih komplek dari kehidupan pria atau wanita normal. Karena akibat dari perilaku waria yang
dianggap menyimpang oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari akan dihadapkan pada konflik sosial dalam berbagai bentuk pelecehan seperti
mengucilkan, mencemooh, memprotes dan menekan keberadaan waria di lingkungannya
6
.
Sebagai agen sosialisasi media massa juga berperan dalam permasalahan waria. Media massa dapat membentuk pencitraan tertentu dari suatu peristiwa atau
4
Koeswinarno.. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta: Kanisius.,2005, h.15
5
Supratiknya, A. Mengenal Perilaku Abnormal. Jogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 1995.
h.391
6
Koeswinarno. Hidup Sebagai Waria, h.151
suatu kelompok dan dipahami sebagai kebenaran umum dalam masyarakat. Pencitraan yang sudah begitu melekat dalam benak masyarakat ini kemudian
berkembang menjadi stereotipe yang kemudian diteruskan intra dan inter generasi. Salah satu stereotipe yang berkembang dalam masyarakat Indonesia dan dunia adalah
mengenai kaum waria yang dianggap menyimpang dari norma.
Sikap masyarakat terhadap keberadaan waria semakin diperparah oleh sebagian penggambaran waria di media massa. Dalam dunia pertelevisian, peran
waria dianggap sebagai penyegar dalam acara-acara hiburan dan hal itu selalu saja bisa membuat penonton tertawa terbahak-bahak karena akting mereka di televisi dan
menjadi segmen acara yang paling dinanti oleh pemirsa. Waria dalam media adalah bahan guyonan dan bulan-bulanan yang terpinggirkan. Waria juga sering kali
dimunculkan sebagai sosok jenaka, riang gembira, dan genit. Stereotip melekat pada kaum waria, yaitu sebagai bulan-bulanan, bahan ejekan, atau kaum yang menerima
perlakuan tidak baik. Waria juga selalu dikaitkan dengan pelacuran dan tindakan kriminal sehingga akhirnya muncul stigma: bahwa semua waria tidak beres
7
.
Berger dan Luckmann mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun
masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas
baru bisa terjadi melalui penegasan secara berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling
7
Harian Kompas Edisi 7 April 2002
tinggi, manusia menciptakan dunia yang menyeluruh, yang member legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta member makna pada berbagai bidang
kehidupannya
8
. Kesimpulannya, Burger dan Luckmann mengatakan bahwa terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan
individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.
9
Dari beberapa media massa yang ada di Indonesia, Majalah Waria
Information Group WIG memberi warna tersendiri dalam pemberitaan waria. Sebagai majalah berbasis komunitas majalah WIG mencoba menampilkan waria
dalam pandangan berbeda dari apa yang diberitakan oleh media massa lain. Perbedaan tersebut bukan hanya bagi komunitas waria tapi juga kepada masyarakat.
Dengan asumsi bahwa ada suatu nilai yang ingin direalisasikan oleh sang pemilik
media ini kepada halayak, maka penelitian ini dibuat dengan judul “Analisis
Framing Pemberitaan Waria Pada Majalah Waria Information Group Rubrik Under Cover”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih mudah dan terarah maka penulisan skripsi ini dibatasi berdasarkan pada analisis framing Majalah Waria
Information Group WIG edisi ke-12 bulan Oktober 2009-Februari 2010 dalam
8
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana, 2008, h. 15
9
ibid
memberitakan isu waria. Kemudian dari batasan masalah tersebut dirumuskan suatu masalah yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana isu tentang waria dibingkai oleh Majalah Waria Information Group?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu: untuk mengetahui, menemukan, mengembangkan dan mendeskripsikan mengenai analisis framing Majalah WIG
dalam membingkai berita tentang waria.
2. Manfaat Penelitian
2.1. Manfaat Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para akademisi terutama mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
UIN Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik agar lebih mengetahui apa dan bagaimana framing pembingkaian pada sebuah media media
massa, dalam rangka mengkonstruksikan ideologi mereka melalui tulisan-tulisannya.
2.2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada khalayak mengenai fenomena bagaimana kekuatan media dan ideologinya mengeksploitasi
sosok waria serta agar khalayak kritis terhadap berita-berita yang dimunculkan oleh media massa.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah survei analisis dokumen artikel
majalah WIG, instrumen wawancara dan observasi pengamatan pada dokumen yang ada. Sedangkan model deskriptif, penelitian ini akan mendeskripsikan atau
memberikan gambaran bagaimana pembingkaian yang dilakukan oleh media dalam mempengaruhi khalayak.
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan empat struktur besar perangkat framing menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,
Keempat unsur tersebut dibagi ke dalam perangkat framing sebagai berikut.
10
: a. Struktur Sintaksis. Perangkat bingkai adalah skema berita dari majalah WIG.
Unit dari skema:
10
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta; LKiS, 2001, h.257-266
• Headline berita utama: menunjukkan kecenderungan berita dan mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti.
• Lead teras berita: menunjukkan perspektif tertentu dari berita yang diberitakan • Latar Informasi: latar menentukan ke arah mana pandangan khalayak dibawa dan
dapat mempengaruhi makna yang ditampilkan. • Kutipan sumber: berfungsi mengklaim validitas pertanyaan berdasar klaim otoritas
akademik, menghubungkan poin tertentu dengan melawankannya dengan pendapat mayoritas
• Pernyataan • Penutup
b. Struktur Skrip, perangkat framingnya adalah kelengkapan berita. Unit kelengkapan berita:
• Cara bercerita: bagaimana peristiwa diramu menjadi skenario yang bermakna. Bagaimana cara peristiwa dipahami tergantung bagaimana wartawan meletakkan
bagian-bagian peristiwa dalam urutan tertentu. • Unsur 5 W + 1 H what, who, where, when, why dan how, dapat menjadi frame
yang penting atau biasa disebut dengan unsur kelengkapan berita. c. Struktur tematik, perangkat framingnya adalah detail, koheresi, bentuk
kalimat, kata ganti. Unit yang diamati dari keempatnya adalah: • Paragraf
• Preposisi: preposisi mana yang diletakkan di awal atau di akhir menunjukkan mana yang ditonjolkan khalayak dengan demikian mempengaruhi makna yang timbul.
• Kalimat: kalimat aktif digunakan supaya seseorang menjadi subjek atas pernyataan sedangkan kalimat pasif digunakan supaya seseorang menjadi objek dari pernyataan.
• Hubungan antar kalimat: melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan koherensi untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa sebagai saling
terpisah, berhubungan atau sebab akibat. d. Struktur Retoris, perangkat framingnya adalah leksikon, grafis, metafora. Unit
yang diamati: • Kata : penggunaan diksi karena pemilihan kata tertentu menggambarkan bagaimana
pemaknaan orang terhadap realitas. • Idiom
• Gambar • Grafik: mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif, menunjukkan apakah
suatu informasi dianggap penting dan menarik, sehingga harus difokuskan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di kantor redaksi Majalah Waria Information Group WIG Jalan Pisangan Baru III no.64 Matraman, Jakarta Timur. Dan perpustakaan
sebagai tempat pengumpulan data, dokumen, arsip dan data-data kepustakaan lainnya.
3. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Majalah WIG, sedangkan obyek dalam sebuah artikel yang berjudul “Waria..oh..Waria..” pada rubrik under cover yang ada
di Majalah WIG yang terbit pada edisi ke-12 bulan Oktober 2009-Februari 2010.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik antara lain:
4.1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang berharap mendapatkan informasi- dan informan-seseorang yang diasumsikan mempunyai
informasi penting tentang suatu objek. Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
11
4.2.Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan
harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau
catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain. Dokumen yang penulis
gunakan adalah artikel dari majalah Waria Information Group WIG Edisi ke-12, dan beberapa data dari web resmi Yayasan Srikandi Sejati Indonesia sebagai yayasan
yang menaungi majalah ini.
4.3.Observasi Teks
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang tempat, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.
11
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Publisc Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta;
Kencana Prenada Media, 2006 h. 96
Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti
perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut
12
. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi teks, yaitu pengamatan
untuk menganalisa isi makna pesan yang terdapat di dalamnya kemudian dilakukan pengamatan dengan sistematis fenomena yang terdapat dalam teks tersebut dengan
objek penelitiannya yaitu teks berita pada Majalah WIG.
5. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data sesuai dengan perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki untuk meneliti konstruksi waria pada majalah Waria
Information Group WIG adalah sebagai berikut: Tabel 1.1.
Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
13
Struktur Perangkat
Framing Unit yang Diamati
Sintaksis Skema Headline, Lead, latar, Informasi, Kutipan Sumber,
Pernyataan, Penutup
12
Burhan Bungin, Metode
Penelitian Kualitatif
. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007 h.115
13
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Sebuah Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, Cetakan ke-3, Bandung, Rosdakarya, 2004, h.175
Skript Kelengkapan
Berita Unsur 5 W+1H What, Where, When, Who, Why dan
How Tematik
Detail Koherensi
Bentuk Kalimat Kata Ganti
Paragraf, Preposisi, kalimat, hubungan antar kalimat
Retoris Leksikon
Grafis Metafora
Kata, idiom Gambarfoto, grafik
Kiasan
6. Pedoman Penelitian
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh CeQDA Center for Quality Development and Assurance Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
e. Tinjauan Pustaka
Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang analisis framing pada media cetak, salah satunya adalah sebuah
skripsi dengan judul “Konstruksi Media Cetak Atas Berita Meninggalnya Soeharto, Analisis Framing Pada Koran Republika” yang ditulis oleh Eti Rusitah, mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2004 pada tahun 2008.
Apa yang ditulis oleh penulis sebenarnya jauh berbeda dengan apa yang ada pada skripsi rujukan. Jika pada skripsinya, Eti Rusitah mengambil objeknya adalah
konstruksi berita meninggalnya Soeharto maka penulis mengkaji tentang kontruksi waria. Begitu pula dalam menganalisa permasalahan yang ada, Eti Rusitah hanya
menuliskan analisis framing secara luas tanpa mempersempit pembahasan pada salah satu pakar. Sedangkan penulis lebih menekankan pada analisis framing yang
dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
f. Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL
Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai definisi waria dan pandangan Islam tentang waria. Pembahasan selanjutnya penulis akan menjelaskan tentang
sejarah majalah dan fungsi serta karakteristiknya sebagai media massa. Lalu dijelaskan tentang peran wartawan, media dan berita dalam mengkonstruksi realitas
atas sosial. Dan yang terakhir akan dijelaskan tentang apa itu analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH WARIA INFORMATION GROUP