melalui tulisan ini menunjukkan bahwa para ahli telah menyudutkan keberadaan mereka dengan beragam teori yang mereka kemukakan. Namun untuk teori yang
menguntungkan dan memberikan citra baik kepada waria, wartawan menambahkan penjelasan dengan bentuk kalimat pasif sebagaimana berikut:
Pendapat terakhir ini dirasa paling tepat untuk mengkaji fenomena keberadaan waria
Seperti yang ditulis oleh Dede Oetomo dalam bukunya Memberi Suara pada yang Bisu, bahwa sejatinya fenomena homoseksual dimana di dalamnya termasuk
fenomena waria, bukanlah hal baru dalam peradaban masyarakat Indonesia
Pada unsur retoris, paragraf ini banyak menggunakan pilihan kata L tertentu,
seperti Bissu Carok yang ditulis dengan dicetak miring. Selain itu ada hal yang menarik yaitu pemilihan kata given kodrat untuk menggambarkan alasan akan
keberadaan waria.
4. Paragraf Keempat
Tabel 4.4. No.
Kalimat Sintaksis
Skrip Tematik
Retoris
1. Teori pertama kurang dapat
disepakati kebenarannya
karena pada kenyataannya, meskipun
seorang anak
laki-laki diperlakukan
seperti anak perempuan belum tentu dia menjadi
seorang waria, karena pada hakikatnya setiap individu
mengalami
tahap pendewasaan
berpikir untuk
mengenali siapa
dirinya setelah dia dewasa. background What,
why Meskipun anak
laki-laki diperlakukan
seperti
anak perempuan
belum tentu dia menjadi waria
K
: karena .
2. Begitu
pula pendapat background What, Pada
kedua, yang terpatahkan bahwa pada kenyataannya
para waria tidak memiliki riwayat
secara garis
keturunan bahwa dalam keluarganya
juga ada
waria. how
kenyataannya waria
tidak memiliki riwayat
dalam keluarganya juga
ada waria K
: bahwa 3.
Apabila ditemui kenyataan seperti hal tersebut pastinya
hanya sedikit dan terbilang kebetulan.
background What Kenyataan
tersebut terbilang
kebetulan. K
: seperti Paragraf keempat sama pada paragraf sebelumnya masih merupakan bagian
dari latar informasi background. Unsur what mendominasi bagian skrip, sedangkan di bagian tematik dijelaskan bahwa paragraf ini berisi tentang penyangkalan akan
pendapat para ahli pada paragraf sebelumnya yang menjelaskan fenomena waria sebagai “salah asuhan” para orang tua dan sebagai hasil turunan genetik . Penulis
menyebutkan meskipun anak laki-laki diperlakukan seperti anak perempuan belum tentu dia menjadi waria, dan pada kenyataannya waria tidak memiliki riwayat dalam
keluarganya juga ada waria. Sedangkan pada unsur retoris, tidak ditemukan adanya pemilihan kata tertentu maupun penggunaan ungkapan khusus yang dilakukan oleh
penulis artikel. Bentuk kalimat pada paragraf ini adalah kalimat pasif yang digunakan untuk menonjolkan informasi yang menguntungkan bagi objek waria.
5. Paragraf Kelima
Tabel 4.5. No.
Kalimat Sintaksis
Skrip Tematik
Retoris
1. Begitu
kompleksnya permasalahan
mengenai background What,
who, Kompleksnya
permasalahan
waria, sehingga tidak bisa hanya dilihat dari seorang
waria saja, juga tidak bisa hanya dipertanyakan pada
seorang waria, karena tiap waria yang berbeda pasti
memiliki
jawaban dan
permasalahan yang berbeda pula
menyangkut diri
maupun komunitasnya. why
waria tidak bisa terjawab hanya
pada satu waria saja.
K
: sehingga,
karena
Paragraf kelima, masih merupakan latar informasi, paragraf ini mengandung
proposisi sebab akibat, karena adanya penggunaan koherensi K
“karena” dan “sehingga”. Dalam paragraf ini dijelaskan bahwa permasalahan waria yang kompleks
tidak bisa dijawab oleh satu waria saja, karena setiap waria memiliki pengalaman pribadi yang berbeda tentang prosesnya menjadi waria. Bentuk kalimat pasif masih
digunakan dalam menggambarkan posisi waria yang tertindas.
6. Paragraf Keenam