Konstruksi Sosial Atas Realitas Pada Media Massa

media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Rubrik wanita, rubrik olah raga, rubrik pendapat pembaca dan lain-lain. 32

G. Konstruksi Sosial Atas Realitas Pada Media Massa

Social construction konstruksi sosial pertama kali diperkenalkan oleh Petter L. Berger dan Thomas Luckman bahwa realitas bukan natural tapi dikonstruksi, adanya realitas karena hasil konstruksi manusia. Jadi konstruksi sosial adalah pengembangan pola pikir masyarakat atau khalayak melalui isi yang terdapat pada media. Dalam bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality, Berger dan Luckman menyatakan bahwa pengertian dan pemahaman kita terhadap sesuatu mucul akibat komunikasi dengan orang lain. Realitas sosial sesungguhnya tidak lebih dari sekedar hasil konstruksi sosial dalam komunikasi tertentu. 33 Terdapat tiga proses dialektika dalam konstruksi media massa, diantaranya: 1. Externalisasi Eksternalisasi terjadi pada tahap mendasar, dalam satu pola perilaku interaksi antar individu dengan produk-produk sosial masyarakat. Maksudnya adalah ketika sebuah produk sosial telah menjadi bagian penting dalam masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar. tahap eksternalisasi berlangsung ketika produk sosial tercipta dalam masyarakat, kemudian individu 32 Onong Uchyana Effendi, Kamus Besar Komunikasi, Bandung; Mandar Maju, 1989, h.212 33 Peter L Berger dan Thomas Luckmann, The social Construction of Reality, A Treatise in the sociological of Knowledge Terj. Hasan Basari Jakarta: LP3ES, 1990, h. 75 mengeksternalisasikan penyesuaian diri ke dalam dunia sosiokulturalnya sebagai bagian dari produk manusia. 2. Objektivasi Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi. Individu memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya, maupun bagi orang lain sebagai unsur di dunia bersama, kondisi berlangsung tanpa harus mereka saling bertemu. Objektivasi bisa terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang berkembang di masyarakat melalui opini masyarakat tentang produk tanpa harus terjadi tatap muka antara pencipta produk sosial dengan individu itu sendiri. Hal terpenting dari objektivasi ini adalah pembuatan tanda-tanda sign oleh manusia. 3. Internalisasi Dalam bentuk internalisasi yang kompleks, individu tidak hanya memahami proses-proses subjektif orang lain yang berlangsung sesaat. Individu memahami dunia dimana ia hidup dan dunia itu menjadi dunia individu bagi dirinya. Ia menandai individu dan orang lain mengalami kebersamaan dalam satu waktu, dengan cara yang lebih dari sekedar sepintas dan juga satu perspektif komprehensif yang mempertautkan urusan situasi timbal balik yang berlangsung continue antara mereka. Mereka tidak hanya hidup dalam dunia yang sama, tetapi mereka masing-masing juga berpartisipasi dalam keberadaan pihak lain. Individu menjadi anggota masyarakat. 34 Menurut Ibnu Hamad dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualitas dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, Ataupun ilmu pengetahuan tanpa ada bahasa. Keberadaan bahasa diungkapkan Ibnu Hamad tidak lagi sebagai alat semata untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menetukan gambaran citra yang akan dimunculkan di benak khalayak, terutama dalam media massa. 35 Dalam hal ini pendekatan konstruksionis memiliki penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan dan berita dilihat: 1. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi Realitas berita dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan, karena realitas bisa berbeda-beda tergantung bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda. 34 Burhan Bungin, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007, h. 198-200 35 Ibnu Hamad, Agus Sudibyo, Mohamad Qodari, Kabar-Kabar Kebencian: Prasangka Agama di Media Massa, Jakarta; ISAI, 2001, h. 69 2. Media adalah agen konstruksi Media adalah subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihaknya. 3. Berita bukan refleksi realitas Berita yang kita baca hanya konstruksi dari realitas kerja jurnalistik yang hadir di hadapan khalayak. 4. Berita bersifat subjektif atau konstruksi realitas Opini tidak dapat dihilangkan ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. 5. Etika Pilihan moral dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. 36

H. Analisis Framing Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki