Elektroforesis Protein HASIL DAN PEMBAHASAN

45 protein yang terdapat pada sampel tersebut cukup besar dan juga sebaliknya. Secara kualitatif terdapat perbedaan kekeruhan warna pada masing-masing sampel yang telah ditambahkan larutan lowry. Warna yang dihasilkan mulai dari bening hingga biru pekat Lampiran 10 gambar 6. Biosolubilisasi terbesar pada hari ke-21 untuk kapang B1 dan hari ke-7 untuk kapang B2 dan B3 Gambar 14 dan 17 memiliki kadar protein ekstraseluler yaitu 0,2263 mgml, 0,1803 mgml, dan 0,3024 mgml Gambar 19. Hal ini juga terlihat pada keadaan pH medium pada hari ke-21 untuk kapang B1 mengalami sedikit peningkatan yang menandakan dihasilkannya senyawa alkali Gambar 12 A. pH medium pada hari ke-7 untuk kapang B2 dan B3 mengalami penurunan karea terbentuknya asam-asam organik Gambar 12 B 12 C. Senyawa alkali dan asam-asam organik ini terbentuk karena adanya proses biosolubilisasi batubara.

4.5. Elektroforesis Protein

Analisis elektroforesis kandungan protein masing-masing supernatan diperoleh setelah adanya pertumbuhan jamur pada batubara yang menunjukkan beberapa spesifikasi protein ekstraselular, dimana protein-protein ini berperan dalam proses biosolubilisasi batubara. Ketika solubilisasi batubara tercapai, enzim lignin peroksidase LiP, mangan peroksidase MnP, dan fenol oksidase terdeteksi dalam kultur supernatan Laborda et al., 1998. Hasil elektroforesis SDS-PAGE memperlihatkan gambaran karakteristik enzim masing-masing kapang. 46 Gambar 20. Hasil analisis elektroforesis. Karakteristik enzim ekstraseluler pada 1 medium+batubara kapang B1, 2 medium kontrol kapang B1, 3 medium+batubara kapang B3 , 4 medium kontrol kapang B3, 5 medium+batubara kapang B2, 6 medium kontrol kapang B2. Nilai kadar protein yang menunjukkan solubilisasi terbesar Gambar 19 kemudian dikarakterisasi dengan elektroforesis SDS-PAGE. Karakteristik enzim masing-masing kapang pada medium yang mengandung batubara menunjukkan karakteristik enzim yang berbeda. Pada kapang B1 enzim yang dihasilkan yaitu lakase BM=54,8 kDa, MnP BM=38,21 kDa dan enzim yang belum diketahui karakteristiknya BM=134,96 kDa, 29,69 kDa dan 26,64 kDa. Pada kapang B2 enzim yang dieskresikan yaitu enzim lakase BM= 54,8 dan 73,12 kDa, MnP BM=38,21, LiP BM=45,76 kDa, dan enzim yang belum diketahui karakteristiknya BM=26,64 kDa. Pada kapang B3 enzim yang dihasilkan yaitu enzim LiP BM=45,76 kDa, MnP BM=38,21 kDa, lakase BM=54,8 kDa, dan dua enzim lainnya yang belum diketahui karakteristiknya BM=29,69 dan 26,64 kDa Gambar 20. Enzim-enzim ekstraseluler yang terlibat dalam proses biosolubilisasi batubara adalah LiP, esterase, fenol oksidase atau lakase, dan MnP Laborda et 47 al., 1998; Fakuosa and Hofrichter, 1999. Intensitas protein yang berbeda, kemungkinan disebabkan jumlah protein yang dielektroforesis relatif rendah. Karakteristik enzim hasil elektroforesis dengan SDS PAGE berbeda dengan hasil uji kualitatif enzim pada kapang B1 Tabel 3. Pada uji kualitatif enzim Tabel 3 dihasilkan ketiga enzim ekstraseluler pada masing-masing kapang. Namun, pada hasil elektroforesis tidak semua enzim dihasilkan. Hal ini terjadi mungkin karena adanya perbedaan substrat pada saat uji kualitatif dengan saat elektroforesis. Penetapan enzim secara kualitatif tidak dapat memberikan indikasi yang tepat mengenai kemampuan produksi enzim yang sebenarnya Artiningsih, 2006. Pada kontrol tanpa batubara Gambar 20 juga terlihat adanya karakteristik enzim-enzim yang juga berperan dalam proses solubilisasi batubara. Untuk kapang B1 kontrol tidak terdeteksi ketiga enzim tersebut, tetapi hanya terdeteksi enzim pada BM=26,64 kDa, sedangkan pada kapang B2 dan B3 kontrol terdeteksi enzim LiP 45,76 kDa, MnP 38,21, dan lakase 54,8 ; 73,12 kDa. Jadi, masih harus dibuktikan apakah enzim ligninolitik bertanggung jawab langsung atas solubilisasi batubara. Kehadiran mikroorganisme sangat berperan dalam solubilisasi batubara. Selain enzim ekstraseluler yang larut, beberapa komponen dari dinding sel kapang juga bisa berperan dalam proses itu. Selain itu, kestabilan sel jamur pada partikel batubara bisa memberi sebuah keuntungan lebih dari enzim terlarut dalam proses biosolubilisasi. Laborda et al.,1998.

4.6. Analisis Hidrolisis Fluorescent Diacetate FDA