8
2.2. Biosolubilisasi Batubara
Biosolubilisaasi batubara adalah proses pelarutan batubara dalam suatu medium dengan bantuan mikroorganisme. Biosolubilisasi dapat berupa upaya
untuk mencairkan batubara yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi. Disamping untuk mencairkan batubara, biosolubilisasi
dapat pula digunakan untuk mengurangi kandungan sulfur atau logam toksik pada batubara
Speight, 1994. Diketahui
bahwa terdapat beberapa jenis
mikroorganisme dari jenis bakteri maupun fungi yang dapat mengubah batubara padat menjadi produk cair, dengan minimalisasi hilangnya kandungan energi total
awal Faison et al., 1989. Biosolubiliasi lignit adalah teknologi yang menjanjikan, memanfaatkan
mikorba untuk mensolubilisasi padatan lignit sehingga diperoleh produk bersih, sebagai sumber energi dengan biaya efektif. Pada tahun 1982, Cohen pertama kali
melaporkan bahwa lignit dari Amerika dapat disolubilisasi oleh jamur Polyporus versicolor dan Poria montico. Kemudian pada tahun 1991, Catcheside
melaporkan bahwa lignit Australia dapat disolubiliasai oleh Coriolus versicolor, Phanerochaete chrysosporium, dan 4 spesies lainnya. Pada tahun 1992,
biosolubilisasi dengan lignit Jerman menggunakan tujuh basidiomycetes telah diteliti dan dikonfirmasi oleh Resis Yin et al., 2009.
Pada tahun 2002, Machnikowska menemukan bahwa Polish lignite dapat disolubilisasi oleh strain P. putida. Pada tahun 2003, Basaran dan rekannya telah
sukses menssolubilisasi lignit Turki ke bentuk cairan hitam dengan menggunakan jamur Corilous versicolor. Saat ini, Shi dan rekan-rekannya telah mensolubilisasi
lignit dengan jamur. Produk biosolubilisasi cairan hitam menyimpan 97,5 dari
9
nilai pemanasan lignit mentah, yang mengemukakan bahwa hampir tidak ada energi hilang selama proses biosolubilisasi dan hal ini pun menunjukkan proses
yang efisien dari transfer energi tersimpan dalam padatan lignit menjadi minyak cair Yin et al., 2009.
Dibandingkan dengan liquefaksi termal lignit, biosolubilisasi memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Proses dilakukan dalam kondisi suhu dan tekanan atmosfer 2. Konversi lignit menjadi produk fase tunggal tanpa menghasilkan sejumlah
besar produk samping. 3. Fakta membuktikan bahwa mikroba dapat menggunakan hidrogen dari air
dan tidak membutuhkan energi eksternal hidrogen untuk membentuk lignit tersolubilisasi.
4. Produk biosolubilisasi lignit tidak mengandung sulfur atau nitrogen, yang berarti tidak akan menghasilkan SOx dan NOx selama proses pembakaran
dan itulah sumber energi bersih Yin et al., 2009. Dengan alasan di atas, maka biosolubilisasi lignit menjadi menarik untuk
diteliti lebih dalam di seluruh dunia. Akan tetapi, hasil solubilisasi yang rendah dan dibutuhkannya waktu konversi yang lama menjadi penghambat
pengembangan biosolubilisasi
lignit. Sepengetahuan
autor, maksimum
biosolubilisasi lignit hanya mencapai 34. Waktu terpendek untuk konversi adalah 10 hari. Maksimum waktu biosolubilisasi membutuhkan sekitar 2 bulan.
Karena biosolubilisasi lignit umumnya diinduksi oleh enzim yang disekresikan oleh mikroba, kebanyakan ilmuwan mencoba menemukan dan mengisolasi enzim
pensolubilisasi lignit yang efisien Yin et al., 2009.
10
2.3. Kapang