Perubahan pH Medium pada Masing-Masing Kapang Selama Proses Solubilisasi

34 B7. Hal ini menunjukkan bahwa kapang B1 menghasilkan enzim ekstraselular fenol oksidase yang lebih banyak dibandingkan kapang lainnya. Kapang B1 dan B2 menunjukkan reaksi positif yang kuat, sedangkan pada kapang B3 dan B7 menunjukkan reaksi positif lemah untuk uji kualitatif enzim lignin peroksidase Tabel 3. Ini berarti pada kapang B1 dan B2 mengekskresikan enzim lignin peroksidase yang cukup banyak, sedangkan kapang B3 dan B7 hanya sedikit. Untuk kapang B4, B5 dan B6 menunjukkan reaksi yang negatif terhadap metilen biru. Kapang B1 menunjukkan reaksi positif yang kuat, sedangkan kapang B2, B3 dan B6 menunjukkan reaksi positif yang lemah, sementara ketiga kapang lainnya menunjukkan reaksi yang negatif. Dari ketiga hasil uji kualitatif ini, menunjukkan bahwa kapang yang menghasilkan enzim peroksidase, fenol oksidase, dan mangan peroksidase adalah kapang B1, B2, dan B3. Ketiga kapang ini yang selanjutnya akan digunakan untuk pengukuran parameter selanjutnya pada penelitian ini.

4.2. Perubahan pH Medium pada Masing-Masing Kapang Selama Proses Solubilisasi

Perubahan pH merupakan hal yang menjadi salah satu faktor pengukuran dalam proses solubilisasi batubara. Perubahan nilai pH medium memiliki pola yang hampir sama pada masing-masing kapang Gambar 12. Nilai pH medium selama proses solubilisasi berfluktuasi berkisar antara 3-4,5. Perubahan pH terjadi akibat adanya pertumbuhan atau metabolisme dari kapang. 35 Gambar 12. Grafik perubahan nilai pH medium selama proses solubilisasi batubara pada: A kapang B1, B kapang B2, C kapang B3. pH awal pada medium kontrol kapang B1 yaitu 4,55 sedangkan pada medium kapang yang ditambahkan batubara yaitu 3,845 Gambar 12 A. Pada hari ke-7, pH keduanya mengalami penurunan. Penurunan pH pada hari ketujuh ini terjadi karena kapang masih mengkondisikan diri terhadap medium. Untuk medium kontrol, pH masih terus menurun hingga hari ke-14 dan mengalami 36 peningkatan yang tidak terlalu besar pada hari ke-21 dan ke-28. Untuk medium+batubara, pH meningkat pada hari ke 14 dan cenderung konstan hingga hari ke-28. Nilai perubahan pH pada isolat kapang B2 ditunjukkan pada Gambar 12 B. pH awal pada medium kontrol dan medium+batubara, yaitu 4,545 dan 3,795. Untuk medium kontrol, pH mengalami penurunan pada hari ke-7 dan meningkat lagi pada hari ke-14 dan cenderung konstan hingga hari ke-28. Untuk medium+batubara, pH juga mengalami penurunan yang cukup jauh pada hari ke-7 dan cenderung konstan hingga hari ke-28. Nilai perubahan pH pada isolat kapang B3 terlihat pada Gambar 12 C. pH awal pada medium kontrol, yaitu 4, 545 dan pada medium+batubara, yaitu 3,805. pH keduanya mengalami penurunan pada hari ke-7 dan meningkat kembali pada hari ke-14 dan cenderung konstan. Setelah hari ke-7 hingga hari ke-28, terlihat pada gambar bahwa pH kontrol lebih rendah dibandingkan pH sampel. Dari ketiga gambar tersebut, terlihat bahwa pH awal medium kontrol lebih besar daripada pH awal medium+batubara. Hal ini terjadi karena pada batubara terdapat senyawa-senyawa organik yang terlarut ke dalam medium, sehingga pH nya menjadi lebih asam. pH yang dihasilkan pada proses biosolubilisasi yang dilakukan oleh ketiga jenis kapang tersebut cenderung bersifat asam. Penurunan pH terjadi kemungkinan karena terbentuknya asam-asam organik seperti asam humat, asam fulvat, dan asam karboksilat Cerniglia,1992. Selain itu, pada proses solubilisasi batubara juga terbentuk produk berupa fenol, aldehid dan keton Shi et al., 2009. Fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus benzen dan hidroksi, fenol bersifat asam dan mudah dioksidasi. Aldehid 37 terbentuk dari oksidasi alkohol primer, dan mempunyai kecenderungan untuk dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat. Keton terbentuk dari oksidasi alkohol sekunder sehingga keton juga memiliki sifat asam Meningkatnya konsentrasi asam organik ini diduga terjadi karena batubara tersebut telah didegradasi oleh enzim lignin peroksidase, fenol oksidase, dan mangan peroksidase yang telah diuji pada uji kualitatif enzim pada tahap awal penelitian ini Tabel 3. Selain terjadi penurunan pH, juga terjadi peningkatan pH selama proses biosolubilisasi. Peningkatan pH terjadi karena dihasilkannya senyawa ammonia dari hasil degradasi piridin pada batubara gambar 13. Ammonia dihasilkan karena terbukanya cincin piridin menjadi pentanol dan ammonia Du et al., 2010. Menurut Fakoussa dan Hofrichter 1998, senyawa alkali seperti ammonia dan amina berperan dalam proses biosolubilisasi karena senyawa alkali tersebut dapat meningkatkan hidrofilisitas sehingga batubara dapat bercampur dengan air dan medium. Gambar 13. Reaksi dearomatisasi piridin Du et al., 2010. Selain itu juga dihasilkan senyawa kimia alkali seperti amina dari kapang Shi et al., 2009. Senyawa amina ini dihasilkan karena terjadi peningkatan jumlah sel kapang yang lisis. Sel yang lisis tersebut akan menyebabkan suasana medium menjadi lebih basa. 38

4.3. Tingkat Biosolubilisasi Batubara Berdasarkan Nilai Absorbansi