Nasikh Mansukh Bukan Solusi yang Tepat

d. Dengan cara mentakwilkan salah satunya kepada makna yang lebih sesuai atau sejalan dengan makna hadis yang lainnya. 27 Hadis mukhtalif tentang redaksi azan ini, apabila dimasukkan ke dalam metode ini, tidak akan menemukan titik temu yang dapat menghasilkan jama’, karena dilihat dari kaidah us}ul fiqh, tidak ada yang berlawanan dengan kaidah-kaidah tersebut, dari sudut konteks tidak terdapat pertentangan antara larangan dan perintah, tidak ada pemahaman korelatif dengan hadis lain dan tidak terdapat kata-kata yang bisa ditakwilkan dalam hadis tersebut.

2. Nasikh Mansukh Bukan Solusi yang Tepat

Menghapus salah satu hadis Nabi yang bertentangan dalam metode ini disebut nasakh yang mana salah satu persyaratannya adalah mengetahui waktu periwayatan suatu hadis. Karena definisi nasakh tersebut menurut para ulama adalah pemberlakuan hukum dengan dalil yang datangnya belakangan dan menghapus dalil yang berlaku lebih dahulu. 28 Menurut al-Qasimi dalam hakikat me-nasakh suatu nas atau dalil yaitu Allah swt sendiri karena manusia hanya sebagai penasakh majazi, dan Allah swt sebagai pe-nasakh hakiki yang mempunyai hak paten dalam penentuan dalil-dalil-Nya. 29 Untuk mengetahui perihal hadis yang kontroversial dapat di-nasakh atau tidak, yaitu sebagai berikut 30 : 27 Edi Safri, Al-Imam Al-Shafi’i: Menyelesaikan Hadis-hadis Mukhtalif, 180. 28 Lihat Ali Mustafa Yaqub, Peran Ilmu Hadis Dalam Pembinaan Hukum Islam, 29-30., Faturahman, Ikhtisar Mus{t}alah{ al-H{adith, 126-127. 29 Lihat Al-Qasimi, Qawa’id al-Tah{dith, Bayrut: Dar al-Kutub al-‘Alamiyah, tt, 316. 30 Faturahman, Ikhtisar Mus}t}alah{ al-H{adith, 128-131. a. Penjelasan dari dalil itu sendiri. 31 b. Penjelasan dari sahabat. 32 c. Mengetahui waktu periwayatannya. 33 31 Misalnya pada hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Muslim yaitu: ْﺑ ﺪﱠﻤَ ﻣ ﺎََﱠﺪَﺣَو ﻮﺑَأ َةﱠﺮﻣ ﻦْﺑ راَﺮ ﺎََﱠﺪَﺣ ْﻴَﻀﻓ ﻦْﺑ ﺪﱠﻤَ ﻣ ﺎََﱠﺪَﺣ ﺮْﻴَﻤ ﻦْﺑ ﻪﱠﻟا ﺪَْ ﻦ ﻪﱠﻟا لﻮﺳَر َلﺎَ َلﺎَ ﻪﻴﺑَأ ْﻦَ َةَﺪَْﺮﺑ ﻦْﺑ ﻪﱠﻟا ﺪَْ ْﻦَ رﺎَد ﻦْﺑ برﺎَ ﻣ ْﻦَ نﺎَﺳ - ﷲا ﻰ ﺻ ﻢ ﺳو ﻪﻴ - » َ ْﻢﻜﺘْﻴَﻬَ ثَ َ َقْﻮَﻓ ﱢﻰﺣﺎَ َﻷا مﻮ ﻟ ْﻦَ ْﻢﻜﺘْﻴَﻬََو ﺎَهوروﺰَﻓ رﻮ ﻘْﻟا ةَرﺎَز ْﻦ ْﻢﻜَﻟ اَﺪَﺑ ﺎَﻣ اﻮﻜﺴْﻣَﺄَﻓ . Muslim Ibn al-H{ajjaj, S{ah{ih{ Muslim, vol. 6, 82. “Dari sahabat Buraydah ra, rasulullah saw bersabda “aku pernah melarang kalian untuk menziarahi kubur. Kemudian ziarahilah. Dan aku pernah melarang kalian untuk memakan daging binatang kurban selama tiga hari, kemudian makanlah sesukamu.” Lihat Faturahman, Ikhtisar Mus}t}alah{ al-H{adith, 128-131. 32 Misalnya seperti perkataan Jabir ra yang dimuat dalam sunan Abu Dawud yaitu: ﻦْﺑ ْﻴَ ﺷ ﺎََﱠﺪَﺣ شﺎﱠﻴَ ﻦْﺑ ﻰ َ ﺎََﱠﺪَﺣ ﻰ ْﻣﱠﺮﻟا َناَﺮْﻤ ﻮﺑَأ ْﻬَﺳ ﻦْﺑ ﻰَﺳﻮﻣ ﺎََﱠﺪَﺣ ْﻣَﻷا ﺮ ﺁ َنﺎَآ َلﺎَ ﺮﺑﺎَﺟ ْﻦَ رﺪَﻜْﻤْﻟا ﻦْﺑ ﺪﱠﻤَ ﻣ ْﻦَ َةَﺰْﻤَﺣ ﻰﺑَأ ﻪﱠﻟا لﻮﺳَر ْﻦﻣ ﻦَْﺮ - ﻰ ﺻ ﻢ ﺳو ﻪﻴ ﷲا - رﺎﱠﻟا تَﺮﱠﻴَ ﺎﱠﻤﻣ ءﻮ ﻮْﻟا َكْﺮَ Al-Sijistani, Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, vol. 1, 75. “Dari sahabat Jabir ra berkata bahwa dua kejadian yang terakhir dilakukan Rasulullah saw ialah meninggalkan wudu bekas tersentuh api”. 33 Contoh hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, yaitu: ﻰَﺳﻮﻣ ﻦْﺑ ﻦَﺴَﺣ ﺎََﱠﺪَﺣ ََْﺣ ﻦْﺑ ﺪَﻤْﺣَأ ﺎََﱠﺪَﺣَو ح مﺎَ ه ْﻦَ ﻰَﻴْ َ ﺎََﱠﺪَﺣ دﱠﺪَﺴﻣ ﺎََﱠﺪَﺣ نﺎَْﻴَﺷ ﺎََﱠﺪَﺣ - ﻴﻤَﺟ ﺎً - َءﺎَﻤْﺳَأ ﻰﺑَأ ْﻦَ َﺔَﺑَ ﻰﺑَأ ْﻦَ ﻰَﻴْ َ ْﻦَ - ﱠﻰ َﺣﱠﺮﻟا ﻰ ْ َ - ْﻦَ ﱢﻰ ﱠﻟا ﻦَ َنﺎَﺑْﻮَ - ﻢ ﺳو ﻪﻴ ﷲا ﻰ ﺻ - َلﺎَ » مﻮﺠْ َﻤْﻟاَو ﻢﺟﺎَ ْﻟا َﺮَﻄْﻓَأ « . Al-Sijistani, Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, vol. 2, 280. “Dari sahabat Thawban ra bahwa Rasulullah saw bersabda “Batallah puasa orang yang membekam dan yang dibekam.” Al-Shafi’i menyatakan bahwa hadis ini telah di-nasakh oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas: َهزَو َﺔَْﻴَﺷ ﻰﺑَأ ﻦْﺑ ﺮْﻜَﺑ ﻮﺑَأ ﺎََﱠﺪَﺣ قﺎَ ْﺳإ َلﺎَ َﻢﻴهاَﺮْﺑإ ﻦْﺑ قﺎَ ْﺳإَو بْﺮَﺣ ﻦْﺑ ﺮْﻴ ﻦْﺑا ﻦَ ءﺎَﻄَ َو سوﺎَﻃ ْﻦَ وﺮْﻤَ ْﻦَ َﺔَْﻴَﻴ ﻦْﺑ نﺎَﻴْﺳ ﺎََﱠﺪَﺣ ناَﺮَ ا َلﺎََو ﺎََﺮَْ َأ سﺎﱠَ - ﺎﻤﻬ ﷲا ﻰ ر - ﱠﻰ ﱠﻟا ﱠنَأ - ﻢ ﺳو ﻪﻴ ﷲا ﻰ ﺻ - َو َﻢَﺠَﺘْﺣا مﺮْ ﻣ َﻮه . Muslim ibn al-H{ajjaj, S}ah}ih} Muslim, vol. 4, 22. Dari ‘Abd Allah ibn ‘Abbas ra, bahwa Nabi saw pernah dibekam, padahal ia sedang ihram dan berpuasa.” Metode yang disebutkan pada poin yang ketiga itu memiliki metode lagi untuk bisa mendapatkan ciri-ciri diantara dua hadis atau lebih yang datang lebih dahulu atau belakangan, yaitu: a. Terdapat kata qabliyah sebelum. 34 b. Terdapat kata-kata ba’diyah sesudah. 35 c. Terdapat kata-kata yang menunjukkan waktu, misalnya sebulan sesudah atau sebelumnya, setahun sesudah atau sebelumnya dan lain-lain. 36 34 sebagaiama dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ah{mad dan Abu Dawud: َﺪﱠﻤَ ﻣ ْ ﻤَﺳ َلﺎَ ﻰﺑَأ ﺎََﱠﺪَﺣ ﺮ ﺮَﺟ ﻦْﺑ ْهَو ﺎََﱠﺪَﺣ رﺎﱠ َﺑ ﻦْﺑ ﺪﱠﻤَ ﻣ ﺎََﱠﺪَﺣ ا َﻦْﺑ ﻪﱠﻟا ﻰ َ ﻰَﻬَ َلﺎَ ﻪﱠﻟا ﺪَْ ﻦْﺑ ﺮﺑﺎَﺟ ْﻦَ ﺪهﺎَﺠﻣ ْﻦَ ﻟﺎَﺻ ﻦْﺑ َنﺎَﺑَأ ْﻦَ ثﱢﺪَ َقﺎَ ْﺳإ - ﻢ ﺳو ﻪﻴ ﷲا ﻰ ﺻ - ﺎَﻬ ْﻘَﺘْﺴَ مﺎَ ﺑ َ َْﻘ ْنَأ َ َْ ﻪﺘَْأَﺮَﻓ لْﻮَﺑ َﺔَْﻘْﻟا َ ْﻘَﺘْﺴَ ْنَأ . Al-Sijistani, Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, vol. 1, 7. “Dari sahabat Jabir ibn ‘Abd Allah ra berkata Nabi saw telah melarang menghadapkan kemaluan ke arah kiblat apabila ketika buang air besar maupun kecil. Dan kemudian Nabi saw dilain waktu menghadapkannya ke arah kiblat setahun sebelumnya wafat.” 35 Seperti hadis yang diriwayatkan dari sahabat Jarir ra: َهْرﱢﺪﻟا ﻦْﻴَﺴ ْﻟا ﻦْﺑ ﻰ َ ﺎََﱠﺪَﺣ َﺔَ ْرز ﻰﺑَأ ْﻦَ ﺮﻣﺎَ ﻦْﺑ ﺮْﻴَﻜﺑ ْﻦَ َدواَد ﻦْﺑا ﺎََﱠﺪَﺣ ﻰﻤ َﺴْﻣَأ ْنَأ ﻰ َْﻤَ ﺎَﻣ َلﺎََو ﻦْﻴﱠ ْﻟا ﻰََ َ َﺴَﻤَﻓ َﺄﱠ َﻮَ ﱠﻢ َلﺎَﺑ اًﺮ ﺮَﺟ ﱠنَأ ﺮ ﺮَﺟ ﻦْﺑ وﺮْﻤَ ﻦْﺑ َ ﻪﱠﻟا َلﻮﺳَر َْأَر ْﺪََو - ﺳو ﻪﻴ ﷲا ﻰ ﺻ ﻢ - ةَﺪﺋﺎَﻤْﻟا لوﺰ َ َْ َﻚﻟَذ َنﺎَآ ﺎَﻤﱠإ اﻮﻟﺎَ َﺴْﻤَ . ةَﺪﺋﺎَﻤْﻟا لوﺰ َﺪْ َﺑ ﱠﻻإ ْﻤَْﺳَأ ﺎَﻣ َلﺎَ . Al-Sijistani, Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, vol. 1, 59. “Dari Abu Zur’ah ibn ‘Amr ibn Jarir bahwa ketika Jarir buang air kecil kemudian berwudu dan menghapus kedua sepatu dan Jarir berkata tidak ada seorang pun yang melarangku berbuat seperti ini, dan aku telah melihat Rasulullah saw juga melakukannya, para sahabat berkata kepada Jarir itu terjadi hanya ketika sebelum turunnya surat al- Ma’idah kemudian Jarir berkata waktu itu aku belum masuk Islam kecuali setelah turunnya surat al-Ma’idah. 36 Contoh hadis dari sahabat Abu Hurayrah ra yang diriwayatkan oleh Muslim tentang sahnya menjalankan beberapa salat dengan mengambil air wudu sekali saja: ح ﺪَْﺮَﻣ ﻦْﺑ َﺔَﻤَﻘَْ ْﻦَ نﺎَﻴْﺳ ﺎََﱠﺪَﺣ ﻰﺑَأ ﺎََﱠﺪَﺣ ﺮْﻴَﻤ ﻦْﺑ ﻪﱠﻟا ﺪَْ ﻦْﺑ ﺪﱠﻤَ ﻣ ﺎََﱠﺪَﺣ ﻢ ﺎَﺣ ﻦْﺑ ﺪﱠﻤَ ﻣ ﻰ َﱠﺪَﺣَو - ﻪَﻟ ﻆْﱠﻟاَو - َ َنﺎَﻴْﺳ ْﻦَ ﺪﻴ َﺳ ﻦْﺑ ﻰَﻴْ َ ﺎََﱠﺪَﺣ ﺔَﻤَﻘَْ ﻰ َﱠﺪَﺣ َلﺎ ﱠﻰ ﱠﻟا ﱠنَأ ﻪﻴﺑَأ ْﻦَ َةَﺪَْﺮﺑ ﻦْﺑ َنﺎَﻤْﻴَﺳ ْﻦَ ﺪَْﺮَﻣ ﻦْﺑ - ﻢ ﺳو ﻪﻴ ﷲا ﻰ ﺻ - تاَﻮَﱠ ﻟا ﻰﱠَﺻ ﺪﺣاَو ءﻮ ﻮﺑ ْﺘَْﻟا َمْﻮَ . Apabila hadis mukhtalif tentang redaksi azan ini dimasukkan dalam metode nasikh mansukh, maka tidak terjadi pe-nasakh-an karena walaupun hadis ‘Abd Allah ibn Zayd dan Anas ibn Malik datangnya lebih dulu dari pada hadis Abu Mah}dhurah, tetapi Islamnya Abu Mah}dhurah belakangan dibandingkan dengan ‘Abd Allah ibn Zayd dan Anas Ibn Malik, hal ini lah yang menjadikan tidak dapatnya metode nasikh mansukh dilakukan.

3. Berbeda dengan Keputusan Mujtahid Mut}laq, Tarjih} Gagal