Berbeda dengan Keputusan Mujtahid Mut}laq, Tarjih} Gagal

Apabila hadis mukhtalif tentang redaksi azan ini dimasukkan dalam metode nasikh mansukh, maka tidak terjadi pe-nasakh-an karena walaupun hadis ‘Abd Allah ibn Zayd dan Anas ibn Malik datangnya lebih dulu dari pada hadis Abu Mah}dhurah, tetapi Islamnya Abu Mah}dhurah belakangan dibandingkan dengan ‘Abd Allah ibn Zayd dan Anas Ibn Malik, hal ini lah yang menjadikan tidak dapatnya metode nasikh mansukh dilakukan.

3. Berbeda dengan Keputusan Mujtahid Mut}laq, Tarjih} Gagal

Tarjih{ dalam ruang lingkup hadis terdapat beberapa segi tinjauan 37 , diantaranya yaitu : a. Tinjauan dari segi sanad. 38 b. Tinjauan dari segi matan. 39 Lihat Muslim ibn al-H{ajjaj, S}ah}ih} Muslim, vol. 1, 160. “Dari sahabat Buraydah ra bahwa Rasulullah saw melakukan beberapa salat fardu pada hari fath} makkah dengan berwudu satu kali.” 37 Faturahman, Ikhtisar Mus}t}alah{ al-H}adith, 131-133. Lihat juga al-Qasimi, Qawa’id Al-Tah}dith, 313-316. Juga al-Suyuti, Tadrib Al-Rawi, 469-472. Edi Safri, Imam al- Shafi’i: Menyelesaikan Hadis-hadis Mukhtalif, 204. 38 terdapat beberapa bagian diantaranya yaitu: a. Tarjih{ dengan periwayatan yang banyak, hadis yang jumlah periwayatannya lebih banyak itu diunggulkan daripada hadis yang jumlah periwayatannya sedikit. b. Tarjih} periwayatan al-Kabir dari pada periwayatan al-S{agir, karena perhitungan hafalannya, kecuali apabila diketahui al-S{agir tersebut lebih d{abit} dari pada al-Kabir. c. Tarjih} periwayatan perawi yang lebih paham terhadap agama faqih, karena ia lebih mengetahui petunjuk dari fungsi lafaz. d. Tarjih} periwayatan yang perawinya lebih thiqah. e. Tarjih} periwayatan yang perawinya lebih hafal. f. Salah satu perawi dari dua hadis yang bertentangan tersebut adalah khulafa’ al-Rashidin. g. Salah satu perawi dari dua hadis yang bertentangan tersebut adalah yang mengalami sendiri akan hadis yang diriwayatkannya, karena ia lebih tahu kronologis terjadinya periwayatan. h. Salah satu perawi dari dua hadis yang bertentangan tersebut adalah yang langsung bertemu dengan Nabi saw tatkala meriwayatkannya. i. Mendahulukan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh al-S{ah{ih{ayn yaitu al-Bukhari dan Muslim. j. Mendahulukan perawi yang mashhur ke-’adalah-annya, ke-thiqah-annya dan ke-d{abit-{annya. k. Mendahulukan periwayatan yang menyebutkan ‘asbab al-Wurud. l. Mendahulukan periwayatan yang perawi yang masuk Islam belakangan. c. Tinjauan dari segi dalil. 40 d. Tinjauan dari faktor eksternal. 41 Tinjauan-tinjauan ini dan bagian-bagiannya hanya sebagian yang penulis ketahui, akan tetapi telah memenuhi metode tarjih}, karena menurut Ali Mustafa Yaqub bahwa al-H{azimi dan Ibn al-S{alah menawarkan lebih dari lima puluh faktor, kemudian al-H{afiz{ Zayn al-Din al-‘Iraqi menyebutkan seratus sepuluh faktor termasuk yang disebutkan oleh al- Hazimi, dan al-Suyut}i mengelompokkan lima puluh faktor yang disebutkan oleh al-Hazimi menjadi tujuh kelompok saja. 42 Menurut al- Qasimi faktor-faktor tarjih} ini al-Murajjih}at akan gagal, apabila berbeda dengan keputusan mujtahid mut}laq, maka yang diambil dalam kontroversialitas hadis-hadis adalah kesimpulan dari mujtahid mut}laq 43 . 39 Dalam hal ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu: Pertama, Mendahulukan yang khusus daripada yang umum. Kedua, Mendahulukan yang bermakna hakiki daripada yang majazi. Ketiga, Mendahulukan yang menyangkut dengan syariat atau ‘urf daripada yang lughawi. Keempat, Mendahulukan yang mempunyai dua maksud daripada yang satu maksud. 40 Terdapat tiga bagian yaitu: Pertama, Mendahulukan yang berhukum positif dari pada yang negatif. Kedua, Mendahulukan yang dekat dengan kehati-hatian ih{tiyat}. Ketiga, Mendahulukan hukum yang dianggap ringan dari pada yang berat. 41 juga mempunyai beberapa bagian dintaranya yaitu: a. Mendahulukan dalil yang secara qawliyah dari pada yang fi’liyah. b. Mendahulukan dalil yang dipakai oleh kebanyakan para salaf al-S{alih}, karena banyak itu menunjukkan kepada kebenaran. c. Mendahulukan dalil yang diamalkan atau disetujui oleh para khulafa’ al-Rashidin. d. Mendahulukan dalil yang diamalkan oleh penduduk madinah. e. Mendahulukan dalil yang hampir serupa isi dan lafaznya dengan al-Quran. 42 Ali Mustafa Yaqub, Peran Ilmu Hadis Dalam Pembinaan Hukum Islam, 30-31. 43 Lihat al-Qasimi, Qawa’id al-Tah{dith, 316. Apabila dilihat dari tinjauan sanad, maka hadis yang bisa diunggulkan dari hadis mukhtalif tentang redaksi azan adalah hadis dari ‘Abd Allah ibn Zayd dan Anas ibn Malik, tetapi hal ini tidak dijadikan kesimpulan bagi Al- Shafi’i. al-Shafi’i yang termasuk mujtahid mut}laq menetapkan hadis mukhtalif tentang redaksi azan tersebut sebagai tanawwu’ al-‘Ibadah, sehingga azan dengan redaksi ketiga periwayatan itu dibolehkan.

4. Tanawwu’ al-‘Ibadah ; Sebuah Pertimbangan Afd}aliyah