3. Azan, Kalimat Pertama di Telinga Bayi
Azan ditelinga bayi yang baru lahir menurut sebagian ulama sunnah, akan tetapi apabila melihat dari segi sanad hadisnya maka hadis ini dinilai
d}a’if, karena menurut Ibn Ma’in terdapat rawi yang d}a’if yaitu ‘As}im ibn ‘Ubayd Allah sebagaimana dalam hadis riwayat al-
Tirmidhi:
َﺣ َ ﺪ
ﻣ ﺎ َﱠﻤ
َﺑ ﻦﺑ ﺪ َ ﺪﺣ رﺎ
َ ﺎ َْﻴ
َﺳ ﻦﺑ ﻰ َو ﺪﻴ
َ ﱠﺮﻟا ﺪ
ْﺣ َﻤ
َﻣ ﻦﺑ ﻦ ْﻬ
ﺪ ي
ََﻟﺎ َ أ ﺎ
َﺮ َ
ﺳ ﺎ َْﻴ
ْﻦ نﺎ َ
ﺻﺎ ﻦﺑ ﻢ
َْﻴ ﺪ
ﷲا ﺑأ ﻦﺑ ﷲا ﺪﻴ ﻦ
َر ﻲ ﻓا
َا ﻦ ﺑ
ﻪﻴ لﺎ
: َر
أ َر
ْﻮﺳ َل
ﷲا َأ ﻢ ﺳ و ﻪﻴ ﷲا ﻰ ﺻ
َنذ ﻓ
أ ﻲ ذ
ن ْﻟا
َ ﻦﺴ
َ ﻦﺑ ﺣ ﻲ
َﻦﻴ َوَﻟ
َﺪْ ﻪ
َﻓ ﻃﺎ
َﻤ ﺔ
60
“ Dari Abu Rafi’ Berkata : Aku melihat Rasulullah saw azan di
telinga al-H{asan ibn ‘Ali ketika ia dilahirkan oleh Fat}imah.” Pendapat al-Tirmidhi terhadap hadis tersebut adalah h}asan
s}ah}ih{, dan termasuk kepada fad}a’il al-‘Amal, maka pengamalan hadis d}a’if disini dibolehkan. Dan tata cara azan di telinga bayi adalah di
telinga kanan dengan suara lembut, kemudian Ikamah di telinga kiri, guna kalimat pertama yang didengar seorang bayi adalah kalimat tauhid.
61
60
Al-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi, vol. 4, 97.
61
al-Mubarakfuri, Tuh}fat al-Ah{wadhi bi Sharh{ Jami al-Tirmidhi, vol. 5, 89.
BAB III AKAR IKHTILAF HADIS AZAN DAN IMPLIKASINYA
A. Makna Kata dan Pengaruhnya Terhadap Interpretasi Hadis
Bahasa hadis disampaikan dengan bahasa yang bersifat keagamaan dan sebagai pesan keagamaan akan berbeda dengan penyampaian pesan-pesan
lainnya yang disampaikannya dengan bahasa ilmiah atau bahasa umum
1
. Perbedaan yang paling terlihat adalah ketika suatu hadis mempunyai makna
majaz dan tentu memerlukan pemahaman yang lebih teliti lagi untuk memahaminya.
2
Terlebih lagi apabila terdapat dua hadis yang tampak matannya bertentangan satu sama lainnya kemudian mengandung majaz didalamnya,
maka hal ini lebih harus teliti lagi sebagaimana yang dilakukan oleh Syuhudi Ismail dalam “Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual” yaitu dengan
kemungkinan memunculkan pemahaman tekstual dan kontekstual.
3
Oleh karena itu apabila terdapat indikasi untuk melihat konteks hadis, maka
dilakukan penelitian terhadap asbab al-Wurud al-H{adith tersebut. Sehingga terselesaikan dan tidak ada pertentangan dan perbedaan makna.
1
Siti Fuadah, Semantik Kontekstual dan Hadis Mukhtalif al-Riwayah, 46.
2
Dalam hal ini penulis mengambil contoh hadis yang mengatakan bahwa “Sebagian istri-istri Nabi saw bertanya kepada beliau tentang siapakah yang paling cepat menyusul beliau kemudian Nabi
saw bersabda: “Orang yang paling cepat menyusulku adalah orang yang paling panjang tangannya diantara kalian.” Setelah Nabi saw menjawab pertanyaan, mereka mulai mengukur tangan mereka satu
sama lain karena mereka memahaminya secara teks perkataan Nabi saw. Padahal kenyataan yang terjadi adalah Zaynab yang dikenal dermawan yang menyusul Nabi saw, dari hal itu mereka barulah
mengerti yang dimaksud oleh Nabi saw dengan panjang tangan adalah orang yang dermawan.
3
Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual; Telaah Ma’ani al-H{adith Tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1994, 6.
51