Visi, Misi, dan Tujuan Struktur Organisasi Baitul Qiradh Baznas

GENERAL MANAJER 1. Pengumpulan dana 1. Layanan anggota 1. Pengaturan Dana 1. SDM 2. Pembiayaan 2. Teller 2. Kasir 2. Pelatihan 3. Bisnis barang 3. Hokum 3. Pencatatan 3. pengadaan 4.Administrasi 4. Pelaporan Perangkat Organisasi Baitul Qiradh Baznas Manajemen. 3 3 Hasil wawancara dengan Ibu Yanah Baitul Qiradh Baznas pada tanggal 21 Februari 2011 Manajer Keuangan Manajer Usaha dan Marketing Manajer Operasional Manajer SDM dan Umum Perangkat Dewan Syariah KMU Mas Berlian Rapat Badan Pengurus Manajemen

D. Produk- Produk di Baitul Qiradh Baznas

1. Simpanan Simpanan pada Baitul Qiradh Baznas adalah menurut peraturan pemerintah No.9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam bentuk modal simpanan pokok, simpanan wajib, dan penyertaan , Simpanan lancar dan simpanan koperasi berjangka. Prinsip simpanan dalam Baitul Qiradh Baznas adalah prinsip operasional syariah yang digunakan dalam penghimpunan dana simpanan adalah wadiah atau mudharabah.Jenis simpanan, investasi dan ketentuannya yaitu Tabungan Titipan Wadiah Mufhlaqoh, TabunganTitipan Wadiah Muqqoyyaadah, Tabungan Investasi Mudharabah Muthlaqoh. a. Simpanan Ta’awun Baitul Qiradh Baznas adalah simpanan yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah. b. Tabungan Muzakki merupakan simpanan anggota yang didasarkan atas akad Mudharabah yaitu tabungan yang didalamnya ada perjanjian pembagian nisbah bagi hasil. c. Investasi Aghniya’ adalah jenis simpanan anggota yang diperuntukkan bagi anda yang menginginkan menyimpan dana dalam jangka panjang melalui prinsip syariah. Produk ini didasarkan atas akad Mudharobah. d. Tabungan Hari Raya THR 2. Pembiayaan Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pengertian tersebut diatas mengandung unsur-unsur lain yaitu : a. Kepercayaan, yaitu mempercayai sejumlah uang untuk dikelola. b. Waktu, yaitu adanya batasan jangka waktu untuk pengelolaan dana dan juga didasarkan kepada kemampuan pengembalian atau pembaayaran kembali. c. Risiko, yaitu pencegahan terjadinya ketidakpastian usaha atau akibat ketidakmampuan membayar serta juga antisipasi tingkat keamanan terhadap usaha itu sendiri. d. Keuntungan, yaitu nilai tingkat keuntungan yang akan diperoleh BMT dan tingkat likuiditas operasional sehari-hari, termasuk di dalamnya nilai ekonomis uang saat pemberian pembiayaan. 4 4 Hasil wawancara dengan Ibu Yanah Baitul Qiradh Baznas pada tanggal 21 Februari 2011 49

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN DANA ZAKAT BAITUL QIRADH

BAZNAS MELALUI PROGRAM USAHA KECIL MENENGAH

A. Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas Melalui Program

Usaha Kecil Menengah Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan empowerment berasal dari kata dasar “power” yang berarti kemampuan berbuat, mencapai melakukan atau memungkinkan. Awalan “em” berasal dari bahasa Latin dan Yunani, yang berarti didalam diri manusia, suatu sumber aktivitas. Menurut T. Hani Handoko, sebagaimana yang dikutip oleh Diana dalam buku perencanaan sosial Negara berkembang, mendefinisikan pemberdayaan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembauran. 1 Bentuk pemberdayaan dana zakat menjadi sebuah program pemberdayaan ekonomi yang mampu mewujudkan kesejahteraan umat. Bagi penerima dana zakat dalam hal ini pelaku usaha mikro di berbagai sektor usaha seperti di pedesaan dan perkotaan, dengan adanya dana zakat yang di salurkan dengan bentuk pembiayaan, pendampingan, secara intensif mereka menyadari untuk memperbaiki hidup mereka dengan sikap pengetahuan, dan keterampilan untuk kehidupan yang lebih baik. 1 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf Jakarta : Universitaas Indonesia, 2006 . Maka dari itu dengan adanya pemberdayaan dana zakat melalui program usaha kecil menengah adalah kemampuan berbuat untuk melakukan usaha dalam jangka waktu panjang untuk menyelesaikan masalah dalam memberikan dampak positif bagi para mustahik yang ingin mendirikan usaha kecil dan mengentaskan kemiskinan yang berlarut-larut. Jadi Pemberdayaan dana zakat pada Baitul Qiradh Baznas adalah dana zakat tersebut akan di berdayakan untuk mendirikan usaha para mustahik, karena begitu banyak para mustahik yang ingin mendirikan usaha tapi mereka kekurangan biaya dan dana zakat tersebut di berikan kepada sumber zakatnya, yaitu fakir dan miskin. Yang di maksud oleh fakir dan miskin adalah orang miskin di samping tidak mampu dibidang financial, mereka juga tidak memiliki pengetahuan dan akses. Untuk mencapai tujuan tujuan zakat sebagai upaya membantu masyarakat miskin keluar dari krisis yang menghimpit mereka, maka disamping dana zakat yang diberikan bersifat konsumtif, dan produktif, juga dapat dipergunakan untuk program yang mengarah pada upaya mendapatkan hak kaum miskin, seperti pendampingan kaum miskin advokasi , HAM, dan sejenisnya. Bantuan financial saja mungkin tidak akan meningkatkan taraf hidup mereka, apabila penyebab dari ketidakmampuan dan ketidakberdayaan mereka tidak diatasi. Oleh sebab itu, semua upaya atau kegiatan untuk membantu orang miskin dapat masuk dalam jatah fuqara’, dan membantu mendapatkan