Bentuk Formulasi Pestisida Manfaat Penelitian

29 serangga dan pada umumnya toksisitasnya terhadap mamalia lebih rendah dibandingkan dengan insektisida lainnya. Namun kebanyakan diantaranya sangat toksisk terhadap ikan, tawon madu, dan serangga berguna lainnya. Bekerjanya terutama secara kontak dan tidak sistemik. Kebanyakan senyawa piretroid adalah lipofilik dan tidak larut dalam air. Sifat ini meningkatkan ketahanannya terhadap air dan resistensinya pada daun. Kebanyakan diantaranya bertekanan udara rendah dan karena itu tidak dapat menguap. Ada yang peka terhadap sinar matahari alletrin, bioalletrin karena itu tidak dipergunakan di lapangan. Yang tahan sinar matahari seperti sipermetrin, permetrin, dekametrin, dipergunakan mengendalikan hama di lapangan Ekha,1988.

2.1.2 Bentuk Formulasi Pestisida

1. Formulasi cair Formulasi pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang dapat diemulsikan EC, pekatan yang larut dalam air SL, pekatan dalam air AC, pekatan dalam minyak OC, aerosol A, gas yang dicairkan LG. a. Pekatan yang diemulsikan Formulasi pekatan yang dapat diemulsikan atau Emulsifiable Concentrate yang lazim disingkat EC merupakan formulasi dalam bentuk cair yang dibuat dengan melarutkan bahan aktif dalam pelarut tertentu dan ditambah sufaktan atau bahan pengemulsi. Formulasi untuk penyemprotan penggunaan perlu diencerkan dengan air, sehingga formulasi ini akan segera menyebar dan membentuk emulsi serta memerlukan sedikit pengadukan. Universitas Sumatera Utara 30 Pestisida yang termasuk formulasi pekatan yang dapat diemulsikan mempunyai kode EC dibelakang nama dagangnya. b. Pekatan yang larut dalam air Formulasi yang larut dalam air atau Water Soluble Concentratre SL merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik dengan air. Formulasi ini sebelum digunakan terlebih dahulu diencerkan dengan air kemudian disemprotkan. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode SL di belakang nama dagangnya. c. Pekatan dalam air Formulasi pekatan dalam air atau Aqueous Concentrate AC merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air. Biasanya pestisida yang diformulasikan sebagai pekatan dalam air adalah bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan dalam air. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode AC di belakang nama dagangnya. d. Larutan dalam minyak Pekatan dalam minyak atau Oil Miscible Concntrate OL adalah formulasi cair yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic seperti xilin atau nafta. Formulasi ini biasanya digunakan setelah diencerkan dalam hidrokarbon yang lebih murah seperti solar kemudian disemprotkan atau dikabutkan fogging. Universitas Sumatera Utara 31 Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai koe OL di belakang nama dagangnya. e. Aerosol Formulasi pestisida aerosol adalah formulasi cair yang mengandung bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik. Ke dalam larutan ini ditambahkan gas yang bertekanan dan kemudian dikemas menjadi kemasan yang siap pakai dan dibuat dalam konsentrasi yang rendah. Pestisida yang temasuk formulasi ini mempunyai kode A di belakang nama dagangnya. f. Gas yang dicairkan atau Liquefield Gases Formulasi ini adalah formulasi pestisida bahan aktif dalam bentuk gas yang dipampatkan pada tekanan dalam suatu kemasan. Formulasi pestisida ini digunakan dengan cara fumigasi ke dalam ruangan atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan ke dalam tanah. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode LG di belakang nama dagangnya. 2. Formulasi Padat a. Tepung yang dapat disuspensikandilarutkan Formulasi tepung yang dapat disuspensikan atau Wettable Powder WP atau disebut juga Dispersible Powder DP adalah formulasi yang berbentuk tepung kering yang halus, sebagai bahan pembawa inert misalnya: tepung tanah liat, yang apabila dicampur dengan air akan membentuk Universitas Sumatera Utara 32 suspensi, dan ditambah dengan bahan aktif atau pestisida. Ke dalam formulasi ini juga ditambahkan surfaktan sebagai bahan pembasah atau penyebar. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode WP di belakang nama dagangnya. b. Tepung yang dilarutkan Formulasi yang dapat dilarutkan atau Soluble Powder SP sama dengan formulasi tepung yang dapat disuspensikan, tapi bahan aktif pestisida maupun bahan pembawa bahan lainnya. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode SP di balakang nama dagangnya. c. Butiran Dalam formulasi butiran atau Granula G, bahan aktif pestisida dicampur atau dilapisi oleh penempel pada bagian luar bahan pembawa inert, seperti tanah liat, pasir, atau tongkol jagung yang ditumbuk. Kadar aktif formulasi ini berkisar antara 1-40. Formulasi ini digunakan secara langsung tanpa bahan pengencer dengan cara menabur. d. Pekatan debu Pekatan debu atau Dust Concentrate DC adalah tepung kering yang mudah lepas denganukuran dari 75 micron, yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi yang relatif tinggi, berkisar antara 25-75. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode DC dibelakang nama dagangnya. Universitas Sumatera Utara 33 e. Debu Formulasi pestisida dalam bentuk debu atau Dust D terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus, mengandung bahan aktif dalam konsentrasi antara 1-10. Ukuran partikel debu kurang dari 70 micron. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode D di belakang nama dagangnya. f. Umpan Formulasi umpan atau Block Bait BB adalah campuran bahan aktif pestisida dengan bahan penambah inert. Formulasi ini biasanya berbentuk bubuk, pasta atau butiran. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode D di belakang nama dagangnya. g. Tablet Formulasi ini ada 2 macam yang pertama tablet yang terkena udara akan menguap menjadi fumigant. Bentuk ini akan digunakan di gudang atau perpustakaan untuk membunuh hama kecoa. 3. Padatan Lingkar Formulasi padatan lingkar adalah campuran bahan aktif pestisida dengan serbuk gergaji kayu dan perekat yang dibentuk menjadi padatan melingkar. Formulasi ini mempunyai kode MC di belakang nama dagangnya Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2011. Universitas Sumatera Utara 34 2.1.3 Toksisitas Pestisida Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama-hama tanaman selalu mempunyai dua sisi: bila ia efektif dan diaplikasikan menurut petunjuk, dapat menurunkan populasi hama tanaman; tetapi selalu mengandung resiko kecelakaan pada manusia dalam bentuk keracunan kronikakut dan atau kematian dan pencemaran lingkungsn. Belum lagi resiko reaksi populasi hama sasaran yang diperlakukan dengan pestisida tertentu secara berulang-ulang. Untuk mengurangi berbagai resiko yang tidak dikehendaki tersebut dan menetapkan prosedur penggunaan pestisida mutlak perlu diketahui bagaimana terjadinya keracunan itu dan derajat keracunan setiap jenis pestisida. Manusiahewan dapat keracunan pestisida melalui mulut oral, karena sejumlah pestisida tertelan. Dapat juga melalui kulit dermal, karena masuk melalui tubuh melalui pori-pori dan kulit itu sendiri. Keracunan dapat juga terjadi melalui paru- paru ketika udara yang tercemar pestisida terhirup Oka, 1995. Daya racun pestisida biasanya ditunjukkan oleh angka toksisitas akut hasil uji laboratorium dengan hewan percobaan umumnya menggunakan tikus. Studi tosisitas akut pada hewan menghasilkan data LD 50 . Artinya, jumlah atau dosis bahan teknis mg dalam setiap 1 kg bobot badan binatang uji yang dapat mematikan 50 binatang uji tersebut Sembodo, 2010. Namun, antara LD 50 oral dan LD 50 dermal dibedakan. LD 50 oral adalah kematian yang terjadi bila binatang uji tersebut makan dan LD 50 dermal adalah kematian karena keracunan lewat kulit Djojosumarto, 2000. Berdasarkan nilai LD 50 WHO menyusun kelas bahaya suatu pestisida seperti yang tercantum pada Tabel 2.1. Universitas Sumatera Utara 35 Tabel 2.1 Kelas Bahaya Pestisida Menurut WHO Kelas LD 50 akut tikus formulasi mgkg Oral Dermal Padat Cair Padat Cair Sangat berbahaya ≤ 5 ≤ 20 ≤ 10 ≤ 40 Bahaya tinggi 5-50 20-200 10-100 40-400 Bahaya sedang 50-500 200-2000 100-1000 400-4000 Bahaya rendah ≥ 5001 ≥ 2001 ≥ 1001 ≥ 4000 Sumber: Sembodo, 2010. Data LD 50 untuk setiap senyawa kimia perlu dibedakan antarabahan teknikal bahan aktif dan bahan formulasi yang siap digunakan petani. Semakin rendah nilai LD 50 berarti pestisida tersebut semakin beracun. Namun harus dipahami lagi bahwa semua pestisida adalah racun, tergantung dari dosis dan konsentrasi serta organ mana yang teracuni. Setinggi apapun nilai LD 50, kalau dosis yang diberikan tinggi juga akan beracun. Demikian juga dengan konsentrasi, semakin pekat akan semakin beracun. Karena itu dalam aplikasinya, penyemprotan pestisida dengan LD 50 rendah dianjurkan menggunakan volume semprotan tinggi supaya konsentrasi larutan pestisida yang siap disemprotkan menjadi rendah Sembodo, 2010.

2.1.4 Bidang Sasaran Aplikasi Pestisida