Bidang Sasaran Aplikasi Pestisida

35 Tabel 2.1 Kelas Bahaya Pestisida Menurut WHO Kelas LD 50 akut tikus formulasi mgkg Oral Dermal Padat Cair Padat Cair Sangat berbahaya ≤ 5 ≤ 20 ≤ 10 ≤ 40 Bahaya tinggi 5-50 20-200 10-100 40-400 Bahaya sedang 50-500 200-2000 100-1000 400-4000 Bahaya rendah ≥ 5001 ≥ 2001 ≥ 1001 ≥ 4000 Sumber: Sembodo, 2010. Data LD 50 untuk setiap senyawa kimia perlu dibedakan antarabahan teknikal bahan aktif dan bahan formulasi yang siap digunakan petani. Semakin rendah nilai LD 50 berarti pestisida tersebut semakin beracun. Namun harus dipahami lagi bahwa semua pestisida adalah racun, tergantung dari dosis dan konsentrasi serta organ mana yang teracuni. Setinggi apapun nilai LD 50, kalau dosis yang diberikan tinggi juga akan beracun. Demikian juga dengan konsentrasi, semakin pekat akan semakin beracun. Karena itu dalam aplikasinya, penyemprotan pestisida dengan LD 50 rendah dianjurkan menggunakan volume semprotan tinggi supaya konsentrasi larutan pestisida yang siap disemprotkan menjadi rendah Sembodo, 2010.

2.1.4 Bidang Sasaran Aplikasi Pestisida

Sasaran biologis aplikasi pestisida pertanian adalah organisme pengganggu tanaman OPT, yakni hama, penyakit tanaman, dan gulma. Namun, dalam praktek aplikasi pestisida tidak langsung diaplikasikan pada OPT, melainkan diaplikasikan dalam suatu bidang sasaran. Bidang sasaran adalah suatu bidang atau ruang tempat OPT berada, menempel, tumbuh, berkeliaran, mencari Universitas Sumatera Utara 36 makan, tidur, berkembang biak , dan sebagainya. Dengan aplikasi bidang sasaran ini, diharapkan OPT akan terpapar bahan aktif pestisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuh atau mengendalikannya. Misalnya insektisida racun perut disemprotkan pada daun-daun tanaman dengan harapan hama akan datang dan makan daun yang sudah disemprot dengan insektisida tersebut dan mati. Insektisida sistemik berbentuk butiran diaplikasikan pada tanah agar bahan aktif insektisida diserap oleh akar tanaman dan diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Bila suatu saat hama datang dan makan bagian tanaman yang sudah mengandung bahan aktif insektisida tersebut akan mati. Perhitungan aplikasi produk perlindungan tanaman umumnya tidak didasarkan atas besarnya populasi OPT, tetapi lebih didasarkan pada luas bidang sasaran atau volume ruang sasaran. Beberapa bidang sasaran sasaran fisik yang umumnya dalam aplikasi pestisida pertanian antara lain sebagai berikut. 1. Tanaman atau bagian tanaman terutama daun Bidang sasaran ini sangat umum pada aplikasi penyemprotan insektisida dan fungisida untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Tanaman atau bagian tanaman juga merupakan sasaran untuk aplikasi dengan cara pengembusan dusting, mist blowing, dan sebagainya. Perhitungan aplikasi umumnya didasarkan atas luas lahan yang akan disemprot sangat umum untuk tanaman semusim, jumlah pohon, panjang barisan, dan sebagainya. 2. Tanah Tanah merupakan bidang sasaran pada aplikasi herbisida pra-tumbuh pengendalian gulma dan aplikasi pestisida butiran insektisida dan fungisida Universitas Sumatera Utara 37 serta sterilisasi tanah. Perhitungan apliksai umumnya didasarkan atas luas lahan yang akan diaplikasi. 3. Gulma Pada penyemprotan pasca-tumbuh, bidang sasaran dan sasaran biologisnya sama, yakni gulma. Perhitungan aplikasi didasarkan atas luas lahan yang akan diaplikasi. 4. Air Bidang sasran lainnya adalah air. Pada aplikasi herbisida pra-tumbuh di lahan sawah dan daerah perairan sungai dan danau, herbisida langsung disemprotkan ke permukaan air. Demikian pula, pada metode herbigation, herbisida diaplikasikan lewat air irigasi. Air juga merupakan sasaran aplikasi insektisida untuk pengendalian nyamuk, hama air, dan sebagainya. Perhitungan aplikasi didasarkan atas luas lahan atau perkiraan volume air yang akan diperlakukan dengan pestisida. 5. Ruangan Ruangan merupakan sasaran fisik yang umum pada pengendalian hama gudang dengan sistem fumigasi. Perhitungan aplikasi fumigan didasarkan atas volume ruangan yang akan diaplikasikan. 6. Tembok, lingkungan, tubuh ternak. Diluar bidang pertanian masih ada beberapa bidang sasaran lainnya yakni tembok pengendalian nyamuk, jamur, lingkungan kesehatan lingkungan, tubuh ternak untuk mengendalikan ektoparasit ternak, dan sebagainya Djojosumarto, 2000. Universitas Sumatera Utara 38 2.1.5 Manfaat dan Dampak Negatif Pestisida 1. Manfaat Penggunaan Pestisida Pengendalian organisme pengganggu dengan pestisida banyak digunakan secara luas oleh masyarakat, karena mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain yaitu: a. Dapat diaplikasikan dengan mudah Pestisida dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat yang relatif sederhana sprayer, duster, bak celup, dan sebagainya, bahkan ada yang tanpa memerlukan alat ditaburkan. b. Dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan tempat Pestisida dapat diaplikasikan di setiap waktu pagi, siang, sore, atau malam dan di setiap tempat, baik di tempat tetutup maupun di tempat terbuka. c. Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat Hasil penggunaan pestisida misalnya dalam bentuk penurunan populasi organisme pengganggu dapat dirasakan dalam waktu singkat, dalam beberapa hal, hasilnya dapat dirasakan hanya beberapa menit setelah aplikasi. d. Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat Hal ini sangat diperlukan dalam mengendalikan daerah serangan yang luas dan harus diselesaikan dalam waktu singkat misalnya dalam kasus eksplosif organisme penggangu. Misalnya dengan menggunakan alat mistblower, power spayer, bahkan kapal terbang. e. Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek. Perhitungan untung rugi secara eknomi dalam menggunakan pestisida relatif lebih mudah dilakukan. Makin langka dan mahalnya tenaga kerja di Universitas Sumatera Utara 39 sektor pertanian berakibat makin mendorong masyarakat petani untuk menggunakan pestisida. 2. Dampak Negatif Pestisida a. Terhadap Konsumen Adapun dampak pestisida bagi konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang tidak langsung dirasakan. Namun, dalam waktu lama mungkin bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Meskipun sangat jarang, pestisida dapat pula menyebabkan keracunan akut, misalnya dalam hal mengonsumsi produk pertanian yang mengandung residu dalam jumlah besar Djojosumarto, 2008. b. Terhadap Kesehatan Umumnya keracunan pestisida terjadi dengan adanya kontak dengan pestisida selama beberapa minggu. Orang tidak akan sakit langsung setelah terpapar pestisida, tetapi membutuhkan waktu sampai beberapa waktu kemudian. Pestisida masuk dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis. Bisa pula berakibat racun akut bila jumlah yang masuk dalam tubuh manusia dalam jumlah yang cukup Wudianto, 2010. 1 Keracunan akut Keracunan akut biasanya terjadi pada pekerja yang langsung bekerja menggunakan pestisida atau terjadi pada saat aplikasi pestisida. Cara pestisida masuk kedalam tubuh : a Penetrasi lewat kulit dermal contamination b Terhirup masuk ke dalam saluran pernapasan inhalation, serta Universitas Sumatera Utara 40 c Masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat mulut oral. 2 Keracunan kronis Keracunan kronis terjadi apabila penderita terkena racun dalam jangka waktu panjang dengan dosis rendah. Gejala keracunan ini baru kelihatan setelah beberapa waktu bulan atau tahun kemudian. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Dan beberapa dampak akibat keracuan kronis akibat pestisida. a Pada Syaraf Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan kehilangan kesadaran dan koma. b Pada Hati Liver Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan Hepatitis. c Pada Perut Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak orang-orang yang dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida baik Universitas Sumatera Utara 41 sengaja atau tidak efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut. d Pada Sistem Kekebalan Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan. e Pada Sistem Hormon Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tyroid yang akhirnya dapat berlanjut menjadi kanker tyroid. c. Terhadap Lingkungan Menurut Soemirat 2007 Insektisida dapat berpengaruh terhadap lingkungan sebagai berikut : a Residu Insektisida dalam Tanah Penyemprotan pestisida akan berada di udara yang lama kelamaan akan jatuh ke tanah. Untuk jenis pestisida yang tidak mudah menguap akan Universitas Sumatera Utara 42 berada di dalam tanah terutama dari golongan organoklorin karena sifatnya yang persisten. b Residu Insektisida dalam Air Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada didalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air, berupa sungai dan sumur. c Residu Insektisida di Udara Pestisida dapat berada di udara setelah disemprotkan dalam bentuk partikel air droplet atau partikel yang terformulasi jatuh pada tujuannya. d Residu Pestisida pada Tanaman Insektisida yang disemprotkan padan tanaman tentu akan meninggalkan residu. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah tersebut. Walaupun sudah dicuci, atau dimasak residu pestisida ini masih terdapat pada bahan makanan. e Residu Pestisida di Lingkungan Kerja Pestisida kebanyakan digunakan di pertanian, sehingga perlu diketahui bahwa insektisida dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja pertanian atau petani termasuk juga pencampuran pestisida. Kebanyakan petani di Indonesia mengetahui bahaya pestisida, namun mereka tidak peduli dengan akibatnya. Universitas Sumatera Utara 43 d. Terhadap lingkungan Pertanian Menurut Djojosumarto 2008, bahwa dampak pestisida bagi lingkungan pertanian yaitu: a Organisme pengganggu tanaman menjadi kebal terhadap suatu pestisida timbul resistensi organisme pengganggu tanaman terhadap pestisida. Resistensi hama muncul apabila suatu jenis hama yang mula-mula dapat terbunuh oleh suatu dosis kemudian menjadi kebal oleh dosis tersebut. Untuk dapat mematikan hama tersebut dibutuhkan konsentrasi atau dosis insektisida yang lebih tinggi. b Meningkatkan populasi hama setelah pengguanan pestisida resurjensi hama. Sifat resurjensi hama muncul apabila hama telah mengalami perlakuan pestisida, populasinya tidak menurun, tetapi sebaliknya menjadi meningkat jika dibandingkan populasi sebelum diadakan penyemprotan insektisida. c Timbulnya hama baru, bisa hama yang selama ini dianggap tidak penting maupun hama yang sama sekali baru. Aplikasi pestisida yang ditujukan untuk mengendalikan jenis hama tertentu malah mengakibatkan munculnya jenis hama baru. Hal ini karena insektisida yang digunakan di bidang pertanian memiliki sifat berspektrum luas yang berarti akan dapat mematikan tidak saja hama sasaran melainkan organisme lainnya termasuk musuh alami. Universitas Sumatera Utara 44 d Meracuni tanaman bila salah menggunakannya. Khususnya pada tanaman pertanian adanya residu yang disebabkan karena aplikasi pestisida selama kegiatan usahataninya.

2.1.6 Cara Masuk Pestisida ke Dalam Tubuh