Sumber, Jenis, dan Karakteristik Dampak Organofosfat Terhadap Kesehatan

45 3. Melalui Mulut Hal ini terjadi apabila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun tidak, ketika seseorang makan atau minum air yang telah tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida. 2.2 Organofosfat 2.2.1 Pengertian Organofosfat Organofosfat memiliki struktur kimia dengan atom oksigen atau sulfur yang berikatan ganda dengan fosfor, sehingga disebut phosphate atau phosphorothioates. Sebagian besar senyawa organofosfat berikatan dengan sulfur, karena bentuk P=S lebih stabil dan lebih larut lemak WHO, 1996.

2.2.2 Sumber, Jenis, dan Karakteristik

Organofosfat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II.Pada awal sintesisnya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate TEPP, parathion dan schordan yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi jugacukup toksik terhadap mamalia Sudarno, 2007. Organofosfat yang mempunyai sifat larut dalam air, terhidrolisis dengan cepat di dalam air dengandemikian daya toksisitasnya cepat hilang dan berupa cairan tidak berwarna, tidak berbau dan mudah menguap. Secara kebetulan senyawa organofosfat ini mempunyai potensi yang baik untuk digunakan sebagai insektisida. Senyawa organofosfat tidak stabil, karena itu dari segi lingkungan senyawa ini lebih baik daripada organoklorin. Senyawa Universitas Sumatera Utara 46 organofosfat mempengaruhi sistem saraf dan mempunyai cara kerja menghambat enzim cholinesterase Sastroutomo, 1992. Setiap jenis pestisida mempunyai tiga jenis nama, yaitu nama umum, nama dagang, dan nama kimia. Nama dagang suatu jenis pestisida diberikan oleh si pembuatnya atau pabriknya sendiri sehingga kadangkala terdapat beberapa jenis pestisida mempunyai bahan aktif yang sama tetapi dengan nama dagang yang berbeda. Senyawa organofosfat merupakan golongan insektisida yang cukup besar. Lebih daripada 100.000 senyawa organofosfat telah diuji untuk mencari senyawa-senyawa yang mempunyai sifat sebagai insektisida. Dari jumlah ini hanya 100 senyawa saja yang berhasil diperdagangkan sebagai insektisida secara luas Sastroutomo, 1992.

2.2.3 Dampak Organofosfat Terhadap Kesehatan

Cholinesterase ialah suatu enzym yang merupakan katalis biologik yang dalam jaringan tubuh berperan untuk menjaga agar otot-otot, kelenjer-kelenjer dan sel-sel syaraf bekerja secara terorganisir dan harmonis. Jika aktivitas cholinesterase jaringan turun secara drastis cepat sampai pada tingkat rendah, dampaknya adalah bergeraknya serat-serat otot secara tak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran air mata serta ludah secara berlebihan. Pernafasan kemudian menjadi lemah dan dan detak jantung menjadi lebih lambat dan lemah Depkes, 1989. Oleh sebab itu, menurut Depkes 1989, defenisi kadar cholinesterase plasma atau sel darah merah merupakan indikator adanya penyerapan yang berlebihan dari pestisida yang bertahan sampai 12 minggu. Fosfat organik Universitas Sumatera Utara 47 menghasilkan metabolit yang biasanya dapat ditemukan dalam urine korban keracunan dalam waktu 12-48 jam sesudah penyerapan dalam jumlah yang cukup berarti. Menurut Depkes 1989, proporsi aktifitas cholinesterase dalam darah dinyatakan dalam persen dengan klasifikasi keracunan sebagai berikut: 1. 75-100 termasuk kategori normal, yaitu tingkat pemaparannya masih normal. Pada kelompok ini tidak ada tindakan yang diperlukan tetapi perlu selalu diuji ulang. 2. 50-74 termasuk kategori keracunan ringan, yaitu tingkat keracunan masih ringan. Pada kelompok ini telah terjadi keracunan pestisida sehingga jika penderitanya lemah dianjurkan agar istirahat tidak kontak dengan pestisida minimal selama 2 minggu kemudian baru diuji ulang kembali. 3. 25-49 termasuk kategori keracunan sedang, yaitu tingkat keracunan sedang. Pada kelompok ini telah terjadi keracunan pestisida yang sangat serius sehingga penderita dianjurkan untuk menghentikan segala kegiatan yang terkait dengan pestisida. 4. 0-24 termasuk kategori keracuanan berat, yaitu tingkat keracuanan berat. Pada kelompok ini keracunan pestisida sudah sangat serius dan berbahaya sehingga penderita harus israhat dari semua jenis pekerjaan dan perlu dirujuk ke unit pelayanan medis. Pada masyarakat yang terkena racun insektisida organofosfat, tanda dan gejala keracuanan adalah timbul gerakan otot-otot tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak keringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, Universitas Sumatera Utara 48 kejang-kejang, muntah-muntah, detak jantung menjadi cepat, mencret, sesak nafas, otot tidak bisa digerakkan, dan akhirnya pingsan Wudianto, 2010. Menurut Alegantina dkk 2005, yang mengutip pendapat Darmansjah 1987 menyebutkan bahwa cara kerja organofosfat adalah menghambat penyaluran impuls saraf dengan cara mengikat kolinesterase sehingga tidak terjadi hidrolisis asetilkolin. Secara sederhana reaksi pengikatan kolinesterase dengan organofosfat dapat digambarkan sebagai berikut: Asetilkolin kolin + asam asetat Kolinesterase fosforilasi organofosfat Gambar 2.1 Reaksi pengikatan kolinesterase dengan organofosfat. Asetilkolin adalah suatu neurotransmitter yang terdapat di antara ujung- ujung saraf dan otot serta berfungsi meneruskan rangsangan saraf, Apabila rangsangan ini berlangsung terus menerus akan menyebabkan penimbunan asetilkolin. Kolinesterase yang terdapat di berbagai jaringan dan cairan tubuh dapat menghentikan rangsangan yang ditimbulkan asetilkolin di berbagai tempat dengan jalan menhidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat dalam waktu sangat cepat sehingga penimbunan asetilkolin tidak terjadi. Sewaktu insektsida organfosfat terpajan kepada seseorang, asetilkolinesterase dihambat sehingga terjadi akumulasi asetilkolin, asetilkolin yang ditimbun dalam susunan syaraf pusat akan mengakibatkan tremor, Universitas Sumatera Utara 49 inkoordinasi, kejangkejang, dan lain-lain. Dalam sistem syarat autonom akumulasi ini akan menyebabkan diare, urinisasi tanpa sadar, bronko konstriksi, miosis. Menurut Mukono 2011 akibat inhibisi AcetilcholinesteraseAChE di dalam sistem syaraf mengakibatkan gangguan keracunan seperti: 1. Keracunan akut a. Manifestasi muscarinik, yaitu gejala pencernaan seperti mual, muntah, aktifitas kelenjer keringat meningkat, aktifitas kelenjer ludah meningkat, aktifitas kelenjer mata meningkat, dan ketajaman mata berkurang. b. Manifestasi nikotinik, sepeti sesak napas, kram, pada otot tertentu dan cynosis. c. Manifestasi susunan syaraf pusat seperti rasa cemas, sakit kepala, kesukaran tidur, depresi, tremor, kejang, gangguan pernafasan, dan peredaran darah. 2. Keracunan Kronis Ada beberapa jenis keracunan kronis yang disebabkan pestisida organofosfat, yaitu: a. Carsinogenik pembentukan kelenjer kanker b. Teratogenik kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan insektisida. c. Myopathi penyakit otot. Universitas Sumatera Utara 50 2.2.4 Mekanisme Organofosfat dalam Tubuh Dampak pestisida terhadap kesehatan bervariasi, antara lain tergantung dari golongan, intensitas pemaparan, jalan masuk dan bentuk sediaan. Efek kesehatan yang timbul juga dipengaruhi toksisitas masing-masing bahan aktif dalam senyawa organofosfat. Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit, mulut, saluran pencernaan, pernafasan. Di dalam darah manusia pestisida ini akan berikatan dengan enzim cholinesterase yang berfungsi untuk mengatur kerja syaraf. Dan karena adanya pestisida dalam darah maka Acetilcholinesterase AchE akan di ikat oleh pestisida, sehingga enzim tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam tubh terutama meneruskan untuk mengirim perintah kepada otot-otot. Akibatnya otot-otot bergerak tanpa dapat dikendalikan Sudarno, 1997. Dalam tubuh manusia diproduksi asetikolin dan enzim kholinesterase. Enzimckholinesterase berfungsi memecah asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat. Asetilkolin dikeluarkan oleh ujung-ujung syaraf ke ujung syaraf berikutnya, kemudian diolah dalam Central nervous system CNS, akhirnya terjadi gerakan gerakan tertentu yang dikoordinasikan oleh otak. Apabila tubuh terpapar secara berulang pada jangka waktu yang lama, maka mekanisme kerja enzim kholinesterase terganggu, dengan akibat adanya ganguan pada sistem syaraf. Asetikholinesterase adalah suatu enzim, terdapat pada banyak jaringan yang menghidrolisis asetilkholin menjadi kholin dan asam asetat. Sel darah merah dapat mensintesis asetilkholin dan bahwa kholin asetilase dan asetilkholinesterase keduanya terdapat dalam sel darah merah. Kholin asetilase juga ditemukan tidak Universitas Sumatera Utara 51 hanya di dalam otak tetapi juga di dalam otot rangka,limpa dan jaringan plasenta Syarief, 2007. Asetilkholin berperan sebagai jembatan penyeberangan bagi mengalirnya getaran syaraf. Melalui sistem syaraf inilah organ-organ di dalam tubuh menerima informasi untuk mempergiat atau mengurangi efektifitas sel. Pada sistem syaraf, stimulas yang diterima dijalarkan melalui serabut-serabut syaraf akson dalam betuk impuls. Setelah impuls syaraf oleh asetikholin dipindahkan diseberangkan melalui serabut, enzim kholinesterase memecahkan asetilkholin dengan cara meghidrolisis asetilkholin menjadi kholin dan sebuah ion asetat, impuls syaraf kemudian berhenti. Reaksi-reaksi kimia ini terjadi sangat cepat Dirjen PPM PLP, 2001. Hadirnya pestisida golongan organofosfat di dalam tubuh akan menghambat aktifitas enzim asetilkholinesterase, sehingga terjadi akumulasi substrat asetilkholin pada sel efektor. Keadaan tersebut diatas akan menyebabkan gangguan sistem syaraf yang berupa aktifitas kolinergik secara terus menerus akibat asetilkholin yang tidak dihidrolisis. Gangguan ini selanjutnya akan dikenal sebagai tanda-tanda atau gejala keracunan Syarief, 2007.

2.3 Residu Pestisida