77
cepat membusuk adalah sayuran yang baik dikonsumsi, sebanyak 72 orang 75,0.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sikap Konsumen Terhadap Sayuran Yang Mengandung Residu Pestisida
Sikap n
Baik 36
37,5 Sedang
60 62,5
Jumlah 96
100
Distribusi sikap konsumen tentang sayuran yang mengandung residu pestisida sebanyak 36 orang 37,5 tingkat baik, sebanyak 60 orang 62,5
tingkat pengetahuan sedang.
4.4.3 Tindakan Responden Terhadap Sayuran Yang Mengandung Residu
Pestisida
Adapun gambaran mengenai tindakan konsumen terhadap sayuran yang mengandung residu pestisida dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Tindakan Tentang Sayuran Yang Mengandung Residu Pestisida
No Pernyataan
SL SR
KK TP
Total n
n n
n n
1 Mencuci
sayuran terlebih dahulu saat
hendak memasak
dengan menggunakan
cairan antiseptik
tertentu 10
10,4 9
9,4 38
39,6 39
40,6 96
100
2 Mencuci
sayuran dengan air mengalir.
72 75,0
21 21,9
3 3,1
0,0 96
100
3 Saat hendak
memasak, membuang
bagian sayuran paling luar
33 34,4
38 39,6
23 24,0
2 2,1
96 100
Universitas Sumatera Utara
78
Tabel 4.7 Lanjutan. 4
Memasak sayuran hingga
matang, dengan kondisi wadah
tidak tertutup 25
26,0 23
24,0 46
47,9 2
2,1 96
100
5 Sebelum
memasak, sayuran terlebih
dahulu direndam pada
air panas. 0,0
3 3,1
33 34,4
60 62,5
96 100
Keterangan : SL = Selalu
SR = Sering
KK = Kadang-kadang
TP = Tidak Pernah
Tindakan konsumen tentang sayuran yang mengandung residu pestisida bahwa konsumen lebih banyak menjawab selalu untuk pernyataan mencuci
sayuran dengan air mengalir sebanyak 72 orang 75,0. Dan untuk pernyataan saat hendak memasak, membuang bagian sayuran paling luar dan memasak
sayuran hingga matang, dengan kondisi wadah tidak tertutup masing-masing sebanyak 2 orang 2,1 menjawab tidak pernah.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tindakan Konsumen Terhadap Sayuran Yang Mengandung Residu Pestisida
Tindakan n
Baik 16
16,7 Sedang
80 83,3
Jumlah 96
100
Distribusi tindakan konsumen tentang sayuran yang mengandung residu pestisida sebanyak 16 orang 16,7 tingkat baik, sebanyak 80 orang 83,3
tingkat pengetahuan sedang.
Universitas Sumatera Utara
79 BAB V
PEMBAHASAN 5.6 Keberadaan Residu Pestisida Pada Sayuran
Berdasarkan hasil pemeriksaan residu pestisida pada beberapa sayuran dapat diketahui bahwa pada sayuran jenis tomat, dengan bahan aktif dimetoat,
klorpirifos, dan triazofos residu pestisida tidak terdeteksi, sedangkan untuk jenis bahan aktif profenofoss diketahui adanya residu pestisida pada sayuran sebesar
0,188 mgkg. Untuk sayuran jenis wortel dengan bahan aktif dimetoat, klorpirifos, profenofos, dan triazofos residu pestisida tidak terdeteksi. Untuk sayuran jenis
kacang panjang dengan bahan aktif dimetoat, klorpirifos, profenofos, dan triazofos residu pestisida juga tidak terdeteksi. Sedangkan untuk sayuran jenis
kubis dengan bahan aktif dimetoat, profenofos, dan triazofos residu pestisidanya tidak terdeteksi, sedangkan untuk bahan aktif jenis klorpirifos diketahui adanya
residu pestisida sebesar 0,098 mgkg. Meskipun kadar residu pestisida dalam sayuran masih berada dibawah BMR, namun tidak menutup kemungkinan
seseorang untuk mengalami gangguan kesehatan jika terpapar terus menerus. Organofosfat memiliki waktu paruh di salam tubuh selama 10-12 hari, yang
kemudiann akan diekresikan lewat urine. Menurut Munarso 2009,
tidak terdeteksinya beberapa residu pestisida ada 2 kemungkinan, yaitu memang tidak adatidak digunakan jenis pestisida yang
mengandung bahan aktif yang diuji; atau bahan aktif tersebut tidak terdapat lagi pada sayuran yang telah dipanen. Alegantina 2005,
maksimal pestisida berada pada tanaman 7 hari sebelum panen sedangkan waktu paruh pestisida
Universitas Sumatera Utara
80
organofosfat adalah 10- 16 jam akibatnya pestisida organofosfat mungkin telah hilang pada waktu panen.
Wortel merupakan sayuran yang dimakan adalah umbinya. Tidak adanya residu pestisida pada wortel disebabkan karena umur wortel yaitu selama 100
hari, dan penyemprotan dilakukan pada tanah. Pada pasca panen wortel terlebih dahulu dicuci oleh petani sebelum dipasarkan, sehingga hal ini dapat
menyebabkan tidak terdeteksinya residu pestisida pada wortel. Sedangkan kacang panjang merupakan sayuran yang memiliki umur 45 hari. Penyemprotan pestisida
pada kacang panjang dilakukan bila ada organisme pengganggu tanaman dan bidang sasaran pestisida yaitu daun tanaman, sehingga kemungkinan residu
pestisida yang terdapat pada sayuran kacang panjang. Sedangkan pada sayuran kubis yang memiliki umur 4-5 bulan diharuskan melakukan penyemprotan lebih
intensif lagi karena banyaknya organisme penggangu tanaman yang terdapat pada daun dan krop, seperti ulat daun dan ulat krop.
Hasil residu pestisida yang diperoleh, meskipun terdapat residu pestisida pada sayuran tomat dengan bahan aktif profenofos dan pada kubis dengan bahan
aktif klorpirifos, namun kadar residu pestisidanya masih di bawah Batas Maksimum Residu BMR berdasarkan SNI 7313 : 2008 tentang BMR pada hasil
pertanian. Dengan demikian sayuran tersebut masih aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan Acceptable Daily Intake ADI untuk organofosfat adalah 0-
0,03 mgkg berat badan, dapat diketahui bahwa jika seseorang memiliki berat badan 50 kg, maka berdasarkan ADI, banyaknya residu organofosfat yang boleh
Universitas Sumatera Utara
81
ada dalam tubuhnya setiap hari adalah maksimum 0,15 mgkg. Jika melebihi batas maksimum maka akan berbahaya bagi kesehatan.
Dari setiap sampel sayuran yang diperiksa, diambil 15 gr sampel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam setiap 15 gr sampel tomat, terdapat residu
pestisida profenos sebesar 0,0188 mgkg. Jika ADI untuk seseorang yang memiliki berat badan 50 kg adalah 0,15 mgkg, maka dapat diketahui bahwa
orang tersebut dapat mengkonsumsi tomat sebanyak 119,65 gr setiap harinya. Sedangkan untuk sayur kubis yang diketahui bahwa adanya residu pestisida
klorpirifos sebesar 0,098 mgkg, maka untuk seseorang yang memiliki berat badan 50 kg dapat mengkonsumsi kubis sebanyak 22,65 gr setiap harinya.
Residu insektisida organoposphat yang terdapat pada sayuran masuk
kedalam tubuh manusia melalui mulut, maka dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan manusia. Dampak terhadap konsumen umumnya berbentuk
keracunan kronis yang tidak langsung dirasakan. Namun, dalam waktu lama bisa menimbulkan gangguan. Gejala keracunan ini baru kelihatan setelah beberapa
bulan atau tahun kemudian Djojosumarto,2008. Hadirnya pestisida golongan organofosfat di dalam tubuh akan
menghambat aktifitas enzim asetilkholinesterase, sehingga terjadi akumulasi substrat asetilkholin pada sel efektor. Keadaan tersebut diatas akan
menyebabkan gangguan sistem syaraf yang berupa aktifitas kolinergik secara terus menerus akibat asetilkholin yang tidak dihidrolisis. Enzim kholinesterase
berfungsi memecah asetilkolin menjadi kolin dan asam asetat. Asetilkolin dikeluarkan oleh ujung-ujung syaraf ke ujung syaraf berikutnya, kemudian diolah
Universitas Sumatera Utara
82
dalam Central nervous system CNS, akhirnya terjadi gerakan gerakan tertentu yang dikoordinasikan oleh otak. Apabila tubuh terpapar secara berulang
pada jangka waktu yang lama, maka mekanisme kerja enzim kholinesterase terganggu, dengan akibat adanya ganguan pada sistem syaraf Syarief, 2007.
Menurut Wudianto 2010 menyebutkan bahwa penyemprotan pestisida sebaiknya dilakukan kurang dari 2 minggu sebelum panen dengan maksud agar
pestisida sudah terurai saat di panen. Sakung 2004, tidak terdapatnya bahan aktif
tersebut menurut ketentuan dari komisi pestisida bahwa panen dilakukan 2 minggu setelah penyemprotan. Jika waktu penyemprotan dan pemetikan antara 2-
5 hari maka pestisida yang diaplikasikan meninggalkan residu yang banyak karena belum terurai secara alami oleh hujan dan embun pada malam hari.
5.7 Karakteristik Responden