Masalah Utama Sistem Sosial

serta menetapkan tujuan demi kesejahteraan bersama. Hal ini dinyatakan oleh Muhammad Baqîr al-Shadr bahwa: Entitas sosial manusia muncul dari ikatan-ikatan individu yang terjalin satu sama lain oleh pertalian dan ikatan bersama. Pertalian ini tentu memerlukan pengarahan-pengarahan umum dan organisasi. Pada derajat keserasian antara sistem tersebut dengan realitas kemanusiaan yang ada serta buah dari keserasian itu, bergantung stabilitas maupun kesejahteraan masyarakat. 4 Oleh sebab itu, selain budaya dan hukum, sistem sosial memerlukan sub- sistem yang berfungsi mengupayakan semua hal tersebut seperti sistem politik, ekonomi, dan institusi sosial lainnya. Politik berkaitan dengan upaya mewujudkan cita-cita kehidupan sosial yang dilakukan melalui institusi pemerintah atau partai politik dan sebagainya. Sedangkan ekonomi berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam hal keberlangsungan dan kesejahteraan hidup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keseluruhan total dari masyarakat yang terdiri dari budaya, politik, hukum, ekonomi, dan institusi sosial lainnya disebut sistem sosial.

B. Masalah Utama Sistem Sosial

Sebagai sistem yang bertujuan mewujudkan keadilan, kesejahteraan, kemakmuran, dan keutuhan anggotanya, sistem sosial memunyai peran dan tantangan yang tidak mudah. Upaya mewujudkan itu membutuhkan suatu konsep utuh yang menjadikan sistem sosial beroperasi secara efektif sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Muhammad Baqîr al-Shadr, konsep menjadi persoalan 4 Muhammad Baqîr al-Shadr, Manusia Masa Kini dan Problema Sosial, terj. M. Hashem, Jakarta: Pustaka, 1984, h. 4. utama yang akan menentukan keberhasilan suatu upaya mencapai tujuan sistem sosial. Konsepsi menyeluruh berkaitan dengan pandangan tentang masyarakat yang menentukan prinsip-prinsip kebajikan untuk mencapai kesejahteraan bersama merupakan konsepsi ideal yang tertuju pada ideal sosial. Kebutuhan konsepsi semacam itu dirasakan betul oleh Muhammad Baqîr al-Shadr dengan mengintroduksi pernyataan yang diawali pertanyaan: Sistem apakah yang paling sesuai bagi umat manusia sehingga mereka dapat mencapai kehidupan sosial yang bahagia? Sudah sifatnya masalah sosial selalu menempati posisi yang menonjol dan membawa bahaya. Di dalam kerumitan serta keanekaragaman penyelesaian yang disarankan untuknya, ia bisa merupakan suatu sumber bahaya bagi umat manusia sendiri, karena dalam penjabaran kehidupan manusia selalu terlibat suatu sistem tertentu yang memengaruhi inti entitas sosialnya. 5 Menurutnya, masalah sistem sosial sudah lama muncul sejak manusia mulai mengenal kehidupan bersama. Dalam setiap zaman, manusia berjuang mengatasi masalah tersebut sesuai kondisi yang dialaminya. Perjalanan perjuangan itu digambarkan secara metaforis ibarat kapal yang berlayar melewati berbagai rintangan menuju tempat berlabuh yang damai dan sejahtera, sebuah kehidupan yang stabil, adil, dan tentram. 6 Sejarah perjuangan itu kemudian secara kontinyu mewariskan beberapa persoalan yang memberi pelajaran bagi epos sejarah kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, menurut Muhammad Baqîr al-Shadr, penting sekali mengevaluasi perjalanan upaya manusia dalam mengatasi masalah sosialnya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara melihat ideologi yang diterapkan. Menurutnya, masyarakat merupakan bentuk yang kongkrit dari ideologi tertentu yang 5 Ibid, h. 3. 6 Ibid, h. 5. mengarahkan kehidupan manusia. Dengan kata lain, upaya komprehensif mencapai tujuan sistem sosial dilakukan dalam bingkai ideologis yang meliputi pandangan dunia, doktrin politik, falsafat, agama, dan moral beserta mekanisme perwujudannya. Dia menyatakan bahwa: Manusia adalah makhluk yang memunyai ideologi. Manusia berjalan berdasarkan panduannya dalam kehidupan di dunia. Di masa lampau dan di masa akan datang tidak ada masyarakat yang menjalani kehidupannya tanpa ideologi. Jika tidak ada suatu ideologi atau suatu sistem, masyarakat pun tidak akan pernah ada. Ideologi manusia merupakan jendela yang darinya manusia memandang dunia. Jendela itu yang menentukan cara- cara hubungannya dengan lingkungan materi dan sosial yang mengelilinginya. 7 Dalam kehidupan modern, terdapat dua ideologi besar yang saling bertikai, yakni liberalisme dan sosialisme. Liberalisme sebagai ideologi politik, ekonomi, dan sosial berakar dari pemikiran Thomas Hobbes dan John Locke pada abad ke- 17. Sementara sosialisme disandarkan atas sistem pemikiran falsafat Karl Marx yang meliputi sejarah, kehidupan sosial, politik dan ekonomi. Liberalisme mendapat legitimasinya ketika negara federasi Uni Soviet runtuh tahun 1991. Peristiwa itu diintroduksi oleh Francis Fukuyama dalam The End of History and 7 Muhammad Baqîr al-Shadr, Syahadat Kedua: Ketika Keimanan saja Tak Cukup, terj. Muhammad Abdul Qadir Alcaff, Jakarta: Pustaka Zahra, 2003, h. 101-102. Bandingkan dengan pandangan Martin Slinger dalam John B. Thomson, Kritik Wacana Ideologi-ideologi Dunia, terj. Haqqul Yaqin, Yogyakarta: Ircisod, 2003, h. 129-133. Slinger melihat ideologi sebagai sistem kepercayaan yang menjadi orientasi tindakan seseorang yang diorganisasi dalam satu sistem yang koheren. Sistem itu terbuat dari sejumlah elemen yaitu deskripsi, analisis, preskripsi moral, preskripsi teknis, implement, dan rejection. Seluruh ideologi mencampuradukkan secara bersama antara deskripsi faktual dan analisis situasi dengan preskripsi moral tentang apa yang benar dan baik serta pertimbangan teknis tentang kehati-hatian dan efisiensi. Selanjutnya, ideologi membimbing tindakan seseorang yang diperlihatkan melalui elemen yang disebut implement aturan-aturan yang memberikan cara dan alat untuk mengimplimentasikan komitmen dan menyesuaikannya dengan keperluan keadaan dan rejection penolakan terhadap prinsip dan kepercayaan lain yang beroposisi terhadap ideologi bersangkutan. Elemen rejection juga ditegaskan oleh Muhammad Baqîr al- Shadr bahwa “Bila suatu ideologi benar, maka ia harus menolak setiap pemikiran yang berhubungan dengan berbagai bidang kemanusiaan yang berlawanan dengan ideologi tersebut. Pemikiran yang memiliki ideologi tunduk kepada tolok ukur ideolo gi itu dan menjauhi kontradiksinya”. Lihat Muhammad Baqîr al-Shadr, Syahadat Kedua: Ketika Keimanan saja Tak Cukup , h 53. the Last Man sebagai akhir sejarah sosialisme dan menandakan kemenangan ideologi liberalisme. Pasca itu, tak ada lagi perdebatan sengit dan aktual bernuansa ideologis yang selama ini bertentangan. Sebaliknya, liberalisme semakin menunjukkan taringnya dengan adanya globalisasi sehingga pengaruhnya tak dapat dibendung. Banyak yang menilai keruntuhan sosialisme-komunisme karena konsepsi yang bermasalah tentang kehidupan manusia sehingga pada tingkat operasionalnya menemui kegagalan. Misi emansipasi untuk menyelamatkan manusia dari berbagai bentuk eksploitasi kapitalis berbalik arah menjadi sistem totaliter yang menghisap darah dan merenggut nyawa manusia. Sosialisme gagal memenuhi janji-janjinya dan sejarah kemudian dimulai dengan kemenangan liberalisme. Akan tetapi, liberalisme bukan tanpa masalah. Sebagai ideologi yang mengupayakan tercapainya tujuan sistem sosial dengan bertumpu pada kebebasan, liberalisme justru melahirkan berbagai persoalan seperti ketimpangan sosial. Ketimpangan itu terlihat dari kelas pemilik modal yang cukup dimanjakan. Ketimpangan sosial secara eksplisit menunjukkan kegagalan liberalisme dalam mewujudkan kesejahteraan. Muhammad Baqîr al-Shadr memang secara ekstensif mengeritisi dua ideologi itu terutama sosialisme-komunisme dalam karya-karyanya. Akan tetapi, melacak sebab-sebab kegagalan ideologi tersebut dengan menguraikan akar dan bangunan konseptualnya, cukup kompleks dan luas. Karena itu, butuh tempat khusus untuk membahasnya. Di sini akan dibatasi pada upaya ideologi tersebut dalam menjawab hal penting dalam sistem sosial, yakni masalah keadilan. Dikatakan penting karena sistem sosial tidak akan berhasil mencapai kesejahteraan sosial dan ekonomi apabila keadilan tidak tercapai. Keadilan merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan cita-cita sistem sosial.

C. Masalah Keadilan