kepurusan. Keempat, menyesuaikan sumber keuangan terhadap tujuan instruksional yang dikembangkan di sekolah. Kelima, menstimulasi munculnya
pemimpin baru di sekolah. Keputusan yang diambil pada tingkat sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran seorang pemimpin. Keenam,
meningkatkan kualitas, kuantitas, dan fleksibilitas komunikasi tiap komunitas sekolah dalam rangka mencapai kebutuhan sekolah.
7. Strategi Implementasi MBS
MBS merupakan strategi peningkatan kualitas pendidikan melalui otoritas pengambilan keputusan dari pemerintah daerah ke sekolah. Dalam hal ini sekolah
dipandang sebagai unit dasar pengembangan yang bergantung pada redistribusi otoritas pengambilan keputusan di dalamnya terkandung desentralisasi
kewenangan yang diberikan kepada sekolah untuk membuat keputusan. Dengan
demikian pada hakekatnya MBS merupakan desentralisasi kewenangan yang memandang sekolah secara individual. Sebagai bentuk alternatif sekolah dalam
program desentralisasi bidang pendidikan, maka otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai dengan
prioritas kebutuhan disamping agar sekolah lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Implementasi MBS akan berlangsung efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana
yang cukup agar sekolah mampu menggaji semua staf sesuai dengan fungsinya, sarana prasarana yang memadai untuk mendukung proses belajar mengajar, serta
dukungan masyarakat orang tua yang tinggi.
14
Ciri-ciri MBS, bisa diketahui antara lain dari sudut sejauh mana Sekolah dapat mengoptimalkan kemampuan manajemen Sekolah, terutama dalam
pemberdayaan sumber daya yang ada menyangkut sumber daya kepala sekolah
14
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2003 h.58
dan guru, partisipasi masyarakat, pendapatan daerah dan orang tua, juga anggaran sekolah sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini
15
:
Tabel 2.1. Kemampuan Manajemen Sekolah
Kemampuan Sekolah
Kepala Sekolah dan Guru
Partisipasi Masyarakat
Pendapatan Daerah dan Orang Tua
Anggaran Sekolah
1. Sekolah dengan kemampuan
manajemen tinggi Kepala sekolah
dan guru ber- kompetesi tinggi
termasuk kepemimpinan
Partisipasi masyarakat tinggi
termasuk dukungan dana
Pendapatan daerah dan orang tua tinggi
Anggaran sekolah di luar
anggaran pemerintah
besar
2. Sekolah dengan kemampuan
manajemen sedang Kepala sekolah
dan guru ber- kompetesi sedang
termasuk kepemimpinan
Partisipasi masyarakat sedang
termasuk dukungan dana
Pendapatan daerah dan orang tua
sedang Anggaran
sekolah di luar anggaran
pemerintah sedang
3. Sekolah dengan kemampuan
manajemen rendah Kepala sekolah
dan guru ber- kompetesi rendah
termasuk kepemimpinan
Partisipasi masyarakat rendah
termasuk dukungan dana
Pendapatan daerah dan orang tua tinggi
Anggaran sekolah di luar
anggaran pemerintah
kecil atau tidak ada
. Kondisi di atas mengisyaratkan bahwa tingkat kemampuan manajemen
sekolah untuk mengimplementasikan MBS berbeda satu kelompok sekolah dengan kelompok lainnya. Perencanaan implementasi MBS harus menuju pada
variasi tersebut, dan mempertimbangkan kemampuan setiap sekolah. Perubahan arah ke MBS dapat direfleksikan dalam aspek-aspek strategi
manajemen berikut ini : a. Konsep atau asumsi tentang hakikat manusia
Guru dan siswa kemungkinan memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda, di luar kebutuhan ekonomi. Mereka mengejar interaksi, afiliasi sosial,
aktualisasi diri, dan kesempatan berkembang. Dalam rangka memuaskan tingkat kebutuhan yang lebih tinggi mereka bersedia menerima tantangan dan
bekerja lebih keras. MBS dapat menyediakan fleksibilitas lebih baik dan
15
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis, h.59