Analisis Teori Dramaturgi Pada Ayam Kampus

Hampir 4 x seminggu Mona melayani pria hidung belang dengan tarif minimal Rp 300 ribu. Ia melayani banyak kalangan, namun paling sering yang menggunakan jasanya ialah anggota militer.

4.3. Analisis Teori Dramaturgi, Penyimpangan – Penyimpangan, Serta Prestasi Ayam Kampus

4.3.1. Analisis Teori Dramaturgi Pada Ayam Kampus

Pada bagian ini, penulis akan membahas tentang analisis teori dramaturgi yang dihubungkan dengna kehidupan ayam kampus. Dimana, segelintir manusia memainkan perannya dengan dua alam yang berbeda. Segelintir manusia dalam hal ini adalah para ayam kampus yang mempunyai peran ganda dalam menjalani siklus hidupnya. Berperan disatu sisi sebagai manusia yang intelek, bermoral dan sangat teratur, tetapi di sisi lain memiliki peranan yang bertolak belakang. Pada saat peran ini dimainkan, mereka tidak memiliki kesan yang mereka mainkan pada peran sebelumnya, mereka kaum yang jauh dari kata intelek, kaum yang cenderung dikatakan tidak tahu moral tidak bermoral dan biasanya sangat liar bila sedang berperan. Dramaturgi sangat kental dengan pengaruh drama atau pertunjukan fiksi diatas panggung, dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Dramaturgi dengan kata lain adalah panggung sandiwara, dunia adalah panggungnya sementara insan manusia Universitas Sumatera Utara adalah pelaku sandiwaranya. Dalam memainkan peranannya manusia pada dasarnya memiliki hak preority untuk memilih peranan seperti apa yang dia mau tetapi disebabkan berbagai hal manusia terkadang memerankan tokoh yang lain yang jauh dari pilihannya. Goffman memperkenalkan dramaturgi pertama kali dalam kajian sosial psikologis dan sosiologi melalui bukunya, The Presentation of Self In Everyday Life. Digali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini adalah mengacu pada hal yang sama yang hendak ditampilkan. Pertunjukan yang terjadi dalam masyarakat memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari representasi dari diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Dramaturgis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya, Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri. Manusia menciptakan suatu mekanisme tersendiri, dimana dengan permainan peran tersebut ia bisa tampil sebagai sosok tertentu. Dalam hal ini penulis ingin memaparkan bahwa hal tersebut diatas sama seperti yang terlihat pada kasus ayam kampus, dimana mahasiswi – mahasiswi yang melakukan penyimpangan ini, menjalankan perannya di lingkungan mereka. Mereka Universitas Sumatera Utara berusaha mengontrol diri dari segi penampilan, keadaan fisik, perilaku aktual dan gerak agar prilaku menyimpang yang mereka jalani ini tidak diketahui lingkungan mereka. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk menutupi peran tambahan mereka, mereka terkadang terlihat sangat wajar bila hanya diperhatikan kasat mata. Mereka sangat menyadari menjadi ayam kampus adalah aib yang besar bagi diri mereka, tetapi dikarenakan berbagai faktor lain mereka menjalani peran itu. Mereka menjalani peran sebagai ayam kampus memiliki alasan-alasan tersendiri, mereka memiliki tujuan dalam menjalankan peranannya tersebut. Peran mereka sebagai ayam kampus memiliki latar belakang tentunya, keterlibatan mereka dalam bisnis seks ini tidak terlepas dari susunan kejiwaan lingkungan yang mempengaruhinya, representasi diri – goffman mengatakan penonton mampu menerima manipulasi. Dalam hal ketelibatan mahasiswi-mahasiswi hingga pada akhirnya terjun menjadi seorang ayam kampus disebabkan salah satu dari representasi diri yang tidak bisa menerima manipulasi, sehingga ia tidak sadar bahwa ia sudah berada dalam pengaruh satu peran. Ketika hal ini terjadi berdasarkan dari penelitian yang penulis lakukan maka mereka akan mencari alasan dalam proses pembelaan diri, berbagai cara akan mereka lakukan hingga mereka akan membentuk peran yang lain lagi, mereka akan muncul dalam prilaku yang berbeda sesuai tuntutan peran yang sedang mereka mainkan. Teori Dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan setiap identitas itu merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung interaksi dari orang lain. Disinilah Dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia Universitas Sumatera Utara adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karekteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana- suasana dan kondisi interaksi yang memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Dramaturgis dianggap masuk kedalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai mahkluk pasif. Meskipun pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk subyektif kemampuan untuk memilih namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural, mengikuti alur. Dalam pemaparan diatas, penulis menghubungkannya dengan kasus ayam kampus, dimana saat mahasisiwi tersebut menjalani hidup dengan biaya kiriman dari orangtua yang sangat minim namun ingin mengikuti alur kehidupan kota yang notabene memerlukan biaya yang sangat besar, yang pada akhirnya memilih terjun ke dunia aib tersebut dimana ia menggeluti peran baru sebagai ayam kampus. Hal ini dapat langsung penulis buktikan berdasarkan pemaparan salah satu informan yang menggeluti peran sebagai ayam kampus. Oni bukan nama yang sebenarnya adalah mahasiswi Unimed, angkatan 2004 di bidang ilmu sosial merupakan mahasiswi yang berkecimpung sebagai ayam kampus yang disebabkan oleh minimnya dana kiriman dari orangtua. “aku cuma dapat kiriman per bulan tu lima ratus ribu aja, udah semualah disitu, makan, ongkos pengeluaran - pengeluaran tiap hari, bisa dibayangkan kan? Pasti gak cukup. Maka nya itu ku cari cara lain buat menuhin kebutuhan ku.” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pemaparan informan, teori dari Goffman mempunyai tingkat kebenaran yang sangat akurat, namun ia pasti sudah tahu bahwa menjadi seorang ayam kampus adalah aib besar terutama bagi dirinya dan keluarganya. Untuk hal ini ia mempunyai jawaban tersendiri yang meyakinkan penulis. “setiap ada aksi maka akan ada reaksi, aku udah tau resikonya pekerjaan ku. dicemooh, dilecehkan atau dianggap sampah masyarakat aku udah nyadarinnya, itu lah konsekuensi pekerjaan ku”. Proses subyektif ini akan beralih menjadi obyektif saat ia menjalani peranan yang dipilihnya tersebut. Misalnya ia lebih memilih pasrah menjalani perannya sebagai ayam kampus karena rasa ketakutan apabila ia keluar dari dunia aib itu konsekuensinya akan lebih parah, atau ia tetap menggantungkan diri di dunia itu karena khawatir akan kelangsungan hidupnya apabila ia keluar, maka ia akan menjalani perannya sebagai korban pesakitan. Dari keseluruhan penelitian yang penulis lakukan, informan melakukan banyak kebohongan – kebohongan untuk menutupi kebenaran akan pekerjaannya, mereka tidak mau apabila pekerjaannya diketahui lingkungan tempat tinggal mereka berdomisili juga lingkungan kampus terutama lingkungan keluarga. Dalam hal ini, informan berusaha menutupinya sebaik mungkin agar peran gandanya ini tidak terbongkar oleh orang –orang terdekatnya. Berbagai macam alasan akan mereka gali agar semua dalam keadaan terkendali. Tak jarang juga mereka melakukan kegiatan – kegiatan kerohanian seperti amal, membantu warga yang susah, bertindak tanduk seperti layaknya mahasiswi biasanya, pakaian alim dan semua itu dilakukan untuk tidak memunculkan kecurigaan. Seperti jawaban salah satu informan bernama Reni Universitas Sumatera Utara bukan nama yang sebenarnya seorang mahasiswi IBBI yang penulis kutip dari hasil wawancara yang dilakukan. “ aku pastinya menutupi semua ini, makanya aku harus pintar –pintar mutar otak cari alasan biar keluarga dan orang – orang didekatku enggak tahu sepak terjangku yang sebenarnya. Banyak amal yang ku ikuti, rajin aku nyumbang. Pokoknya buat baik lah. Sempat mereka tau itu semua kamuflase doang, mampuslah aku Jadi sebenarnya kehidupanku setiap saat penuh dengan sandiwara, terkadang aku rasa capek juga setiap saat harus bohong tapi demi keamanan aku harus melakukannya “. Peran yang disandang sebagai mahasiswi yang tercatat di kampus tertentu, membuat mereka lebih berhati –hati dalam memainkan peran gandanya sebagai ayam kampus. Hal ini dapat diketahui oleh penulis dalam mencari informan untuk keperluan data yang dibutuhkan. Penulis mengalami kesulitan untuk mengakses para informan. Dari wawancara yang dilakukan, penulis dapat melihat bahwa mereka adalah seorang pemain sandiwara yang begitu berpengalaman, mereka bisa menciptakan suasana kebohongan yang sangat meyakinkan, mereka sangat pintar melakukan kepura-puraan. Mereka dapat melakukan perannya dengan baik, sebagai mahasiswi yang terkesan intelek, bermoral dan religius dibalik itu dalam memainkan perannya sebagai ayam kampus mereka juga berhasil. Mereka dalam memainkan peran gandanya ini terkesan sangat tidak bermoral, cenderung liar dan sangat berani. Hampir dalam kesehariannya mereka menciptakan berbagai sensasi – sensasi yang tujuannya adalah untuk menutupi pekerjaannya. Dramaturgi merupakan teori yang mempelajari proses dari prilaku dan bukan hasil dari prilaku. Objektifitas yang digunakan adalah institusi yang terukur dan membutuhkan peran-peran yang sesuai dengan semangat institusi tersebut. Dalam hal ini penulis mengkaitkan dengan “ayam kampus”, mereka bermain sesuai dengan Universitas Sumatera Utara semangat institusi yang mereka geluti. Pada saat mereka berada dalam institusi pendidikan yakni kampus mereka bersikap sebagai selayaknya anak kampus atau mahasiswi, ketika mereka dalam institusi masyarakat mereka bersikap sewajarnya sebagai masyarakat dan ketika mereka dalam “institusi” tersendiri maka mereka akan bersikap sesuka mereka sendiri. Kenyataan yang didapat oleh penulis ketika melakukan wawancara, banyak alasan yang didapat oleh penulis sebagai penyebab para informan bergelut dalam dunia aib tersebut. Selain faktor ekonomi, ada juga sebagai faktor ketergantungan akan seks tetapi dari salah satu informan yang penulis dapat, ia masuk dalam dunia aib tersebut terjerat oleh lingkungan pergaulan atau pengaruh lingkungan. Faktanya, banyak dari kalangan mereka yang berusaha menjerumuskan kawannya sendiri dengan berbagai macam modus yang mereka lakukan. Mereka betul memaknai dunia sebagai panggung sandiwara sehingga mereka pun melakukan peran yang lain untuk meyakinkan pribadi lain dalam menjelajahi dunia yang mereka geluti. Hal ini terbukti dari salah satu informan penulis yang bernama Rosa bukan nama yang sebenarnya, seorang mahasiswi Yaspendhar yang sebenarnya hanya ingin sekedar mencari tau tentang pekerjaan kawannya. Dia mencurigai gelagat kawan satu kost, sehingga ia merasa tertantang untuk mendekati agar lebih nyaman bagi mereka untuk saling terbuka satu sama lain. Dia merasa telah berhasil membuat kawannya masuk dalam perangkap karena telah jujur dengan kenyataan pekerjaan yang sebenarnya, tetapi ia tidak tau bahwa ia pun telah diperangkap dengan cerita – ceritanya. “ aku hanya berniat mengetahui pekerjaan teman satu kostku, karena aku aneh saja dengan segala tindak tanduknya setiap hari, hingga pada akhirnya aku berhasil mengungkapnya tanpa aku sadari bahwa aku telah terjebak juga Universitas Sumatera Utara dalam ceritanya. Aku lebih cepat menganggukkan setiap ajakannya hingga pada suatu saat aku menemaninya melakukan transaksi yang gila itu…” Kenyataan yang sangat sulit penulis terima kebenarannya. Tetapi dalam hal ini teori dari Goffman memang sungguh sangat nyata kebenarannya dalam penelitian kasus ayam kampus ini. Prilaku interaksi mampu memberikan karakter yang berpengaruh bagi penontonnya, dalam kasus diatas penulis menghubungkannya dengan kenyataan yang terjadi pada informan, hanya ingin sekedar mengetahui kegiatan sekitarnya pada akhirnya secara tidak langsung menjadikannya terperangkap dalam pengaruh sekelilingnya. Meneliti ayam kampus menyangkut masalah moral dan pribadi seseorang. Secara psikologis, hal ini sebenarnya awal dari kondisi masalah atau multiple personality yang sering di alami pelacur. Menjadi seorang pelacur untuk kondisi Indonesia jelas sangat tidak diterima masyarakat. Melacurkan diri berarti melakukan sesuatu yang melanggar norma dan membuat aib keluarga. Kondisi ini membuat pelacur menjadi imbalance tidak seimbang, sementara orang hidup selalu mencari keseimbangan balance. Upaya mereka agar tetap dalam keadaan yang balance, biasanya mereka akan lebih cenderung dermawan, menjalankan agamanya dengan baik, menciptakan tipuan dan dunia khayal lainnya Wijayanto, Iip. 2003 :12.

4.3.2. Deviasi Sosial pada mahasiswi yang berperan ganda sebagai Ayam