rehabilitasinya. Dalam hal ini, alasan seorang mahasiswi yang merangkap sebagai ayam kampus oleh karena kecanduan memiliki kemungkinan yang sangat besar dalam
perealisasian diri seseorang untuk melacurkan diri. Bahkan tidak peduli dengan ‘tarif’ pelayanan yang dia berikan, cukup dibayar dengan sebiji pil sesat yang sering
disebut cece. Penulis dalam hal ini tidak menemukan informan yang memberikan data yang akurat, tetapi penulis mendapat data yang samar dari peryataan seorang
informan bernama Reni bukan nama yang sebenarnya, seorang yang berstatus masih mahasiswi di IBBI.
“udah dua tahun aku kek gini…hidupku udah ga kek dulu, yang hancur – hancuran mikir duit hanya untuk sesuatu yang gak berguna, yang merusak
badan dan otakku”
Berdasarkan data sumber yang didapat dari teman –temannya, ternyata Reni adalah seorang mantan pemakai, ia meninggalkannya dua tahun yang lalu. Penulis
berusaha mendalami informan tetapi informan cenderung lebih tertutup dibanding informan lain, disebabkan ketagihan akan obat – obat terlarang hingga informan
terlilit hutang yang pada akhirnya ia terjun sebagai pelacur mahasiswi. Penyimpangan yang merupakan hal yang cukup dilematis.
4.3.4. Indeks Prestasi Mahasiswi Ayam Kampus
Ayam kampus seperti yang kita ketahui adalah istilah bagi seseorang yang terjun dalam dunia pelacuran, tetapi tidak semua pelacur bisa disebut atau dipanggil dengan
istilah ini. Istilah ayam kampus hanya berlaku bagi seorang yang berstatus mahasiswa yang terjun di bisnis seks, dan biasanya istilah ini akan selalu berhasil mendobrak harga
jual yang tinggi dibanding dengan pelacur – pelacur lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Seorang mahasiswa yang merangkap sebagai ayam kampus, tentunya memiliki tingkat kesibukan yang berbeda dengan mahasiswa pada umumnya, apabila mahasiswa
umumnya sibuk dengan tugas makalah atau paper ataupun kegiatan – kegiatan keorganisasian, lain halnya dengan mahasiswi luar biasa ini. Mereka sibuk dengan
pekerjaannya sebagai pelayan seks. Dalam hal ini penulis membahas prestasi mereka sebagai mahasiswa yang memiliki pekerjaan, sesuatu hal yang memungkinkankah bagi
seorang ayam kampus bisa tetap berada dalam posisi indeks prestasi yang lebih dari kata “cukup” atau malah sebaliknya, mengingat keterbatasan keterlibatannya dalam dunia
kampus, serta berbagai usaha yang dilakukan untuk tetap dapat bertahan untuk sebuah indeks prestasi yang hingga saat ini masih sebagai suatu penghargaan tertinggi atas segala
kerja keras mahasiswa. Indeks prestasi merupakan hal yang berkaitan dengan angka – angka yang
seyogyanya merupakan hasil dari menimba ilmu di bidang akademi formal, nilai yang berdasarkan angka- angka. Suatu tingkat ukuran keberhasilan dari usaha seorang
mahasiswa dalam menimba ilmu di dunia kampus, yang menjadi status dan rutinitas dirinya sebagai mahasiswa.
Seorang mahasiswa akan bangga dengan indeks prestasi yang tinggi, karena tolak ukuran keberhasilannya yang paling nyata adalah nilai dari setiap mata kuliah. Dalam
poin ini, penulis membahas prestasi seorang mahasiswi yang mempunyai kerja sampingan sebagai seorang ayam kampus. Dari data yang didapat penulis, seorang
mahasiswi yang memiliki peran ganda sebagai seorang pekerja seks mempunyai indeks prestasi yang lumayan, artinya tidak terlalu buruk. Bahkan dari hasil wawancara yang
penulis lakukan beberapa informan memiliki indeks prestasi di atas rata – rata, walaupun
Universitas Sumatera Utara
terkadang untuk mendapatkan itu tak jarang mereka bermain dengan dosen yang bersangkutan.
Seorang mahasiswi
panggilan, tidak jarang memberikan pelayanan bagi dosen yang tentunya bisa diajak kompromi. Mereka memberikan pelayanan selayaknya
pelanggan dunia seks dan sebagai imbalan dosen melempangkan lulus mata kuliahnya dengan ganjaran nilai A. Dalam kasus seperti ini, seorang ayam kampus tidak terlalu
berharap akan dibayar dengan materi walaupun terkadang mereka mendapatkannya juga, semua tergantung kepada kemurahan hati si dosen yang bersangkutan. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan pernyataan salah satu informan yang bernama Je nama samaran, mahasiswi IBBI ini mau menggunakan jasanya kepada dosen mata kuliah yang
bersangkutan dengan sebuah ganjaran nilai A, ia tidak segan bila harus melayani dosennya sendiri.
“ nilaiku bisa dibilang baguslah, tetapi untuk mata kuliah tertentu…terkadang aku bermain dengan dosen untuk mendapatkan nilai
yang bagus, dan biasanya setelah itu aku akan mendapatkan nilai yang sesuai dengan keinginanku…itu juga salah satu usaha bo…yang penting
selamat dan yang paling utama aman”
Merupakan suatu kenyataan yang tragis dalam dunia sekarang, begitu berharganya sebuah nilai sehingga mereka mampu bermain nekad untuk memberikan pelayanan yang
sama selayaknya pelanggan yang biasa membooking mereka. Dari kenyataan di lapangan yang ada yang penulis dapat, seorang mahasiswi terjun
ke bisnis seks itu dikarenakan oleh agungnya sebuah nilai yang lebih kerap dikenal dilingkungan kampus dengan istilah IP indeks prestasi, demi sebuah nilai ia rela
memberikan harga dirinya pada si dosen yang bersangkutan. Berdasarkan pengakuan informan ia terjun ke dunia aib itu semenjak ia bermain dengan si dosen, ia melayani si
Universitas Sumatera Utara
dosen sebagaiman selayaknya permintaan dosen tersebut dan ia setuju dengan ganjaran nilai yang akan diberikan dosen tersebut. Hal inilah yang dilakukan oleh Jacky, nama
panggilan berdasarkan pengakuannya seorang mahasiswi yang tercatat di UISU. “ waktu itu untuk pertama kali aku mendatangi dosenku, dengan tujuan
mempertanyakan nilai yang diberikannya, obrolan kami panjang lebar yang pada akhirnya aku ngelayanin dia, kebetulan dosen itu adalah
idolaku dari semua dosen yang aku kenal jadi aku mau aja yang penting dapat nilai A, dan aku menikmatinya..”
Berdasarkan pengamatan penulis, seorang mahasiswi bisa terjebak ke dalam dunia aib justru dari orang – orang yang dianggap sebagai panutan selayaknya seperti kejadian
Jacky, ia berangkat dari seorang mahasiswa yang pada dasarnya tulus dalam menjalani perannya hanya sebagai mahasiswa tanpa ada keinginan untuk mendapatkan gelar ayam
kampus, tetapi karena sesuatu hal yang ia anggap penting demi masa depannya ia terjebak dalam sebuah dilema antara harga diri dan prestasi.
Tetapi di sisi lain ada juga mahasiswa yang berperan ganda sebagai ayam kampus memiliki IP indeks prestasi yang cukup bagus dari hasil usaha yang murni. Seorang
mahasiswa yang merangkap dengan peran pekerja seks, mengatur jadwal kegiatannya sebaik mungkin agar tidak bentrok dengan akademisinya. Mereka membuat negoisasi
yang jelas berkaitan dengan waktu dan bayaran, setidaknya semua peran yang dijalaninya berjalan dengan baik selayaknya mahasiswa pada umunya dan pekerja seks biasanya.
Berdasarkan bahasan ini, penulis mengamati bahwa seorang mahasiswa yang jam kerjanya sudah tinggi atau yang sudah profesional bisa mengatur waktunya sebaik
mungkin agar reputasinya yang lain tertutupi, dan ayam kampus yang seperti ini tidak akan mau bermain dengan dosennya dengan alasan keamanan dan kenyamanan di
perkuliahan. Mereka akan menjaga dengan baik reputasinya sebagai pekerja seks yang
Universitas Sumatera Utara
handal. Pada kenyataan yang lain, seorang informan akan mengalami kemunduran prestasi manakala ia masuk kedalam dunia seks, karena hal ini akan berbanding terbalik
pada kenyataan yang telah dibahas pada alinea sebelumnya. Tidak jarang bagi seorang mahasiswa, dengan banyaknya kegiatan di luar kampus membuat prestasinya menurun
karena waktu dan pikiran yang seyogyanya hanya terfokus pada dunia kampus menjadi terbagi pada dunia kegiatan yang baru, seperti layaknya seorang ayam kampus.
Seorang mahasiswa yang memiliki peran ganda sebagai ayam kampus akan mengalami suatu dilema, ketika ia terjun dalam perannya yang lain sebagai pekerja seks.
Akan banyak hal yang timbul dalam kerangka berpikirnya dan tingkat konsentrasi pada suatu masalah akan otomatis berkurang, hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan
antara dua sisi peran yang dijalaninya. Apabila sudah dalam posisi seperti ini biasanya perannya sebagai mahasiswa yang berprestasi yang akan jadi korban, itu disebabkan
karena tidak adanya kontrol diri yang baik. Berdasarkan penjelasan diatas, maka perannya sebagai ayam kampus berhasil
menggeser nilai prestasinya sebagai mahasiswa, dan itu akan berdampak pada IP indeks prestasi yang dimilikinya sebelumnya. Seperti halnya yang terjadi pada seorang
mahasiswa UISU yang bernama Jasmine, ia mengambil jurusan yang lumayan menyita konsentrasi, ia kuliah mengambil jurusan hukum, suatu jurusan yang memiliki tingkat
keseriusan yang lumayan tinggi. IP indeks prestasi mengalami kemunduran yang lumayan jauh semenjak ia memiliki kerja sampingan. Ia tidak bisa membagi waktunya
untuk kedua peran yang dijalaninya. “aku mendapatkan IP yang sangat rendah semenjak aku “kerja”, padahal
sebelumnya aku salah satu pemegang IP tertinggi di jurusanku. Aku tau ini adalah resikonya….”
Universitas Sumatera Utara
Dan ini tidak hanya terjadi pada jasmine, tetapi juga terjadi pada kiki, seorang mahasiswi di kampus yang sama juga yakni UISU, bahkan karena tidak bisa mengatur
jadwal antara kuliah dan kerja, kiki lebih memilih untuk menunda kuliahnya selama satu tahun untuk mendapatkan biaya sebanyak- banyaknya.
Berdasarkan data dan fakta di atas, seorang mahasiswi yang merangkap sebagai pekerja seks memiliki data indeks prestasi yang berbeda, sebagian informan malah
memiliki IP yang tinggi manakala mereka bermain dengan sang panutan yakni dosen, tetapi sebaliknya setelah terjun dalam bisnis seks, mengalami banyak kemunduran
dengan IP yang didapat sebelumnya dan ada juga yang bisa bertahan walaupun jumlah yang lumayan sedikit.
Berdasarkan data lapangan yang di dapat penulis dari 11 informan yang ada, sebanyak 3 orang informan mendapatkan nilai yang bagus dengan cara melayani dosen
sehingga IP meningkat, 4 informan mengaku prestasinya tetap seperti biasa tidak berpengaruh dengan dunia yang dijalaninya, dan 4 informan mengaku prestasinya
menurun drastis semenjak terjun sebagai pekerja seks. Berdasarkan data ini, penulis menyimpulkan indeks prestasi pada seorang mahasiswa yang merangkap sebagai pekerja
seks memiliki kenyataan yang berbeda dan ini tergantung seperti apa seorang mahasiswa menjalani aktivitasnya. Berdasarkan pengakuan salah satu informan harus ada kontrol
diri yang baik, manajemen waktu yang bagus agar peran gandanya dapat berjalan dengan baik.
Dari kenyataan yang didapat penulis, seorang mahasiswa yang terjun sebagai ayam kampus juga harus memiliki strategi bertahan yang cenderung harus lebih kuat di banding
selayaknya mahasiswa biasa. Mereka cenderung memiliki kepintaran yang lebih
Universitas Sumatera Utara
dibanding yang lain tidak hanya berdasarkan kalkulasi angka yang dilihat secara kasat mata tetapi mereka memiliki ilmu ekonomi yang tinggi sehingga mampu melakukan
negosiasi yang baik, demikian juga dengan kemampuan mereka mendobrak harga jual. Suatu kenyataan yang tidak bisa dilihat secara mata telanjang tetapi harus diteliti secara
mendalam. “keberhasilan seorang mahasiswa dalam perkuliahan tidak selalu harus
dinilai dengan tinggi rendahnya IP yang di dapat tetapi ditentukan juga oleh sepintar apa seorang mahasiswa dalam membentuk relasi yang kuat
dan luas”
Demikian pembelaan seorang informan kepada penulis pada saat wawancara. Seorang informan yang tidak terlalu memusingkan indeks prestasinya, ia merasa sebuah
prestasi tidak slalu berdasarkan angka-angka yang didapat seorang mahasiswa, tetapi prestasi itu akan lebih tinggi nilainya bila itu dibuktikan dilapangan. Penulis hanya
berusaha mengamati bagaimana pekerjaan seorang mahasiswa memberikan suatu hal yang baru bagi prestasi yang diraihnya.
4.3.5. Medan metropolitan dan keberadaan ayam kampus.