Sejarah Singkat Perusahaan Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Singkat Perusahaan

Sejalan dengan perkembangan sejarah perjuangan bangsa, baik masa penjajahan Belanda, Jepang sampai amsa kemerdekaan dan pembangunan saat ini. Perusahaan perkebunan di Indonesia khususnya di Sumatera Utara yang dikenal dengan daerah perkebunannya mengalami banyak perkembangan. Berbagai perusahaan perkebunan mengambil kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Kesempatan ini diambil oleh Harrison dan Crossfield, sejak tahun 1884 di London dan beroperasi di Indonesia pada tahun 1906. Pada mulanya perusahaan ini bekas hak Concessie berdasrkan perjanjian antara Zelfbestuurdeli dengan beberapa perusahaan Rubber Compeny Ltd, yang disahkan residen Sumatera Timur dalam rangka konversi undang-undang pokok agraria Undang-Undang No.5 tahun 1960 hak Concessie tersebut dikonversikan menjadi hak guna usaha sebagai mana ditegaskan dalam surat menteri agrarian tanggal 1 Maret 1962 No. Ka. 13 7 1. Pada tahun 1962 – 1963 perusahaan ini memperluas bidang usahanya dengan mengadakan penggabungan antara perusahaan perkebunan Inggris yang memiliki beberapa kebun di Sumatera Utara. Dengan adanya penggabungan ini, Universitas Sumatera Utara terbentuklah PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia LONSUM Tbk Medan. PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia LONSUM Tbk Medan, didirikan dengan akte pendirian No. 93 tanggal 18 Desember 1962 dihadapan notaries Raden Kardiman di Jakarta dan kemudian timbul pergolakan akibat adanya perubahan situasi antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Inggris. Pemerintah Indonesia berniat mengambil alih pengurusan dan menyerahkan kepada bangsa Indonesia. Pengambil alihan ini segera dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 1964 yang pengurusannya berada dalam penguasaan dan pengawasan perkebunan Asing Republik Indonesia BPPARI dan perkebunan ini diganti namanya menjadi PT. PP Dwikora I dan II. Kemudian berdasarkan ketetapan Presiden No. 6 Tahun 1967, diadakan suatu perjanjian antara Republik Indonesia dengan Horrison dan Crossfield dan anak perusahaannya. Persetujuan ini berlaku mulai tanggal 20 Maret 1968. Maksud dan tujuan dari persetujuan ini adalah : 1 pengembangan hak milik penguasaan dan pengusahan dari pemerintah Republik Indonesia kepada Horrison dan Crossfield terhadap perkebunan yang pernah dikelola, 2 melakukan kerjasama untuk kepentingan bersama dalam hal perkebunan karet dan kelapa sawit dan proyek pertanian lainnya serta proyek-proyek pangan yang mungkin dilaksanakan oleh perusahaan. Terwujudnya perjanjian ini didasarkan atas pertimbangan : Universitas Sumatera Utara 1 instruksi Presiden Kabinet No.28 U 1996tertanggal 12 Desember 1996 dan semua peraturan lain yang bertalian dengan pengembangan- pengembangan perusahaan asing di Indonesia, 2 undang-undang No. 1Tahun 1967 mengenai penanaman modal asing di Indonesia. Dengan adanya perjanjian ini maka kepemilikan dan penguasaan perusahaan tersebut oleh pemerintah Republik Indonesia dikembalikan kepada pemiliknya semula, yaitu Horrison dan Crossfield, pada tanggal 1 April 1968 dan diganti namanya menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia LONSUM, Tbk Medan, dalam perjanjian itu disebutkan tentang hak-hak eksploitas termasuk menguasai dan menjual hasil produksi dan hak untuk menanam semua jenis tanaman. Pada tanggal 21 November 1991, PT. PP London Sumatra Indonesia LONSUM, Tbk Medan, melakukan merger dengan beberapa perusahaan dibawah ini : 1 PT. Nagodag Plantation Company, 2 PT. Sibulan Plantation Company, 3 PT. Perusahaan Perkebunan Bajoe Kidoel, 4 PT. Perusahaan Perkebunan Sulawesi. Perusahaan ini menggabungkan namanya menjadi PT. PP London Sumatra Indonesia LONSUM, TBk Medan. Status PT. PP London Sumatra Indonesia LONSUM, Tbk Medan adalah perusahaan Penanaman Modal Asing PMA berdasarkan surat Ketua Badan Universitas Sumatera Utara Koordinasi Penanaman Modal tanggal 12 November 1991 No. 794 III PMA 1991. Pada Juli 1994, kepemilikan saham PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia LONSUM, Tbk Medan, sepenuhnya diambil alih oleh Pan London Sumatra Plantation dengan komposisi saham 100. Dikarenakan krisis menoter yang melanda Indonesia menyebabkan komposisi saham mengalami beberapa kali perubahan. Pada tahun 1998, kepemilikan saham PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia LONSUM, Tbk Medan, adalah Pan London Sumatra Plantation dengan komposisi saham sebesar 47,23, Comerzbank SEA Ltd Singapura sebesar 5,83 dan sisanya sebesar 46,94 dimiliki oleh masyarakat. Sejak tahun 1996, perusahaan ini menjadi perusahaan yang go public. Dengan demikian, PT. PP London Sumatra Indonesia LONSUM, Tbk Medan telah memperpanjang hak guna uasaha yaitu terhitung tanggal 1 Januari 2004. PT. PP London Sumatra Indonesia LONSUM, Tbk Medan, adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan hasi produk dari bahan mentah menjadi bahan baku. Usaha utama perusahaan ini meliputi penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan penjualan hasil produksi. Perusahaan ini mempunyai perkebunan yang tersebar di wilayah Republik Indonesia yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi dan Kalimantan. Khusus wilayah kabupaten Dati – II Deli Serdang terdapat empat perkbunan yang terletak di kecamatan Galang, Tanjung Morawa, Sei Rampah dan Tebing Tinggi, dan total luas areal perkebunan seluruhnya adalah 13.114,5 Ha. Universitas Sumatera Utara PT. PP London Sumatra Indonesia LONSUM, Tbk Medan, menanam berbagai jenis tanaman meliputi kelapa sawit, karet dan coklat yang lokasi perkebunannya mayoritas berada di Sumatera Utara. Tanaman teh dan kopi berada di daerah Jawa yaitu Jember dan Surabaya. Perkebunan-perkebunan yang lain terletak di Ujung Pandang, Palembang, Jakarta, Samarinda dan Kertasari Bandung. Selain perkebunan perusahaan ini juga mempunyai beberapa pabrik pengolahan yang berlokasi didalam areal kebun untuk mengolah semua produk yang dihasilkan kebun-kebun milik sendiri. Hal ini bertujuan untuk mencapai efisiensi kerja serta mempermudah pengolahan dan menghemat biaya khususnya biaya pengangkutan.

b. Struktur Organisasi Perusahaan