Keadilan Sebagai Landasan Dalam Kontrak

BAB III KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM

KONTRAK PERJANJIAN PEKERJAAN PERBAIKAN KAPAL DI PT. SINBAT PRECAST TEKNINDO

A. Keadilan Sebagai Landasan Dalam Kontrak

Dalam kontrak bisnis pertanyaan mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada di antara para pihak terakomodir melalui mekanisme hubungan kontraktual yang bekerja secara proporsional. 180 Sri Gambir Melati Hatta dalam disertasinya yang berjudul ”Beli Sewa Sebagai Perjanjian Tak Bernama: Pandangan Masyarakat dan Sikap Mahkamah Agung Indonesia”, menyimpulkan bahwa asas keseimbangan juga dipahami sebagai keseimbangan kedudukan posisi tawar para pihak dalam menentukan hak dan kewajibannya dalam perjanjiannya. 181 Dengan melihat perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan yang telah dituangkan dalam suatu kontrak sebagai alat untuk mengakomodir tersebut timbul suatu pertanyaan apakah mekanisme hubungan dan kedudukan para pihak sebagai kontraktan sudah seimbang dan apakah seimbang secara proporsional? Demikianlah analisa yang akan dilakukan dalam bab ini yaitu untuk melihat dan menganalisa 180 Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 2 181 Sri Gambir Melati Hatta, Disertasi “Beli Sewa Sebagai Perjanjian Tak Bernama: Pandangan Masyarakat dan Sikap Mahkamah Agung Indonesia.”1999, hlm.161 93 Universitas Sumatera Utara secara yuridis apakah kontrak-kontrak yang digunakan di PT. Sinbat Precast Teknindo kedudukan para kontraktan telah seimbang dan proporsional? Kebebasan berkontrak didasarkan pada asumsi bahwa para pihak memiliki posisi tawar yang seimbang. 182 Kebebasan berkontrak menurut Prof. Zainil Asikin Kusumaatmadja 183 mengatakan bahwa kebebasan berkontrak yang murnimutlak karena para pihak kedudukannya seimbang sepenuhnya praktis tidak ada, selalu ada pihak yang lebih lemah dari pihak yang lain. 184 Selanjutnya Beliau mengatakan: “Penyalahgunaan kesempatan atau penyalahgunaan keadaan misbruik van omstandigheden dapat digunakan dalam kategori cacat dalam menentukan kehendak untuk memberikan persetujuan, hal ini dapat dijadikan alasan oleh hakim untuk menyatakan batal atau membatalkan suatu perjanjian yang tidak diatur dalam undang-undang yang merupakan suatu konstruksi yang dapat dikembangkan melalui yurisprudensi. Salah satu keadaan yang dapat disalahgunakan ialah adanya kekuasaan ekonomi economish overwicht pada salah satu pihak yang menggangu keseimbangan antara kedua belah pihak, sehingga adanya kehendak yang bebas untuk memberikan persetujuan yang merupakan salah satu syarat bagi sahnya suatu persetujuan tidak ada kehendak yang cacat.” 185 182 Ridwan Khairandy, op.cit., hlm. 1-2 183 Putra dari Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja dan mantan Hakim Agung yang terkenal karena putusannya yang menyimpang dari hukum acara perdata demi keadilan dalam Perkara Kedung Ombo 184 Prof. Zainil Asikin Kusumaatmadja, SH. dalam buku “Beberapa Yurisprudensi Perdata yang Penting Serta Hubungan Ketentuan Hukum Acara Perdata” yang diterbitkan oleh Proyek Peningkatan Tertib Hukum dan Pembinaan Hukum Mahkamah Agung RI, Edisi II, Jakarta, 1992 185 Ketidak Seimbangan Dalam Kontrak http:siddiq87.wordpress.com2010012015 diakses tanggal 30 Agustus 2010 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian diharapkan muncul kontrak yang adil dan seimbang bagi para pihak. Namun demikian dalam praktik 186 contohnya kekuasaan ekonomi seperti disebutkan di atas masih banyak ditemukan model kontrak yang cenderung dianggap berat sebelah, tidak seimbang. Dengan adanya hal itu maka pihak yang lemah hanya sekedar menerima segala isi kontrak dengan terpaksa sebab apabila ia mencoba menawar dengan alternatif lain kemungkinan besar akan menerima konsekuensi kehilangan apa yang dibutuhkan. Demikian untuk kontrak-kontrak komersial harus dikaji dengan seksama dan hati-hati untuk tidak sembarangan menyatakan klausula kontrak tersebut adalah tidak seimbang semata-mata membaca secara gramatikal substansi kontrak tersebut. Dengan sekedar membaca suatu kontrak tanpa pemahaman utuh terhadap proses bisnis bidang-bidang terkait banyak pihak akan mengatakan kontrak tersebut berat sebelah. Menyikapi hal ini tentunya diperlukan sikap dan pemahaman yang obyektif dalam menilai isi kontrak terutama terkait dengan klausula kontrak yang dianggap berat sebelah. Dari sudut pandang pihak lainnya misalnya pihak ketiga daripada si kontraktan bisa dengan mudah terjebak untuk menyatakan suatu kontrak berat sebelah hanya mendasarkan pada perbedaan masing-masing status para pihak yang berkontrak. Misalnya dengan memperhatikan latar belakang para pihak Barat-timur, 186 Skandal Dibalik Kontrak Derivatif http:www.hukumonline.comberitabacahol22004skandal-di-balik-kontrak-derivatif- , http:bataviase.co.idnode218741 , dikases tanggal 6 Agustus 2010 Universitas Sumatera Utara asing-domestik, perusahaan besar-perusahaan kecil, dan sebagainya, kemudian secara sumir menyatakan kontrak tersebut berat sebelah dengan asumsi terdapat bargaining position posisi tawar menawar yang berbeda. 187 Contoh dalam hal ini adalah kontrak baku yaitu kontrak yang sudah dicetak secara baku, yang menempatkan pihak lain tidak mempunyai posisi tawar-menawar tetapi hanya menempatkan pada posisi penerima atau menolak kontrak tersebut take it or leave it. Perdebatan mengenai ada atau tidak keseimbangan dalam kontrak komersial atau bisnis bisa dilihat dari dimensi kontrak yang menekankan aspek kemitraan dan kelangsungan bisnis yang efisien dan bertujuan untuk mencari keuntungan efficiency and profit oriented, dan tidak lagi melihat pada keseimbangan secara matematis tetapi lebih menekankan pada proporsional hak dan kewajiban di antara para pelaku- pelakunya. Tidak terpenuhinya keseimbangan bukan semata menegaskan fakta dan keadaan melainkan lebih dari itu berpengaruh terhadap kekuatan yuridikal perjanjian yang dimaksud. 188 Kontrak mengejawantah ke dalam maksud dan tujuan ”menciptakan keadaan yang lebih baik een beter leven brengen bagi kedua belah pihak. Agar pertukaran sebagai pengayaan yang adil, dapat dipandang sebagai pertukaran yang 187 Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 5 188 Herlien Buidono, op.cit., hlm. 317 Universitas Sumatera Utara adil, maka suatu prestasi harus diimbangi dengan kontraprestasi. 189 Pertukaran secara timbal balik merupakan konsep kunci bagi terciptanya keadilan. 190 Pertukaran ini adalah adanya pemenuhan prestasi dan kontraprestasi, adanya peralihan hak dan kewajiban di antara para pihak. Dalam pertukaran ini perhatian ditujukan pada bagaimana terbentuknya kontrak tersebut yang pada pokoknya bukanlah pada kesetaraan prestasi yang diperjanjikan akan tetapi pada kesetaraan kedudukan para pihak. Demikian dengan kontrak komersial yang menjadi fokus penelitian ini, sekedar mempersoalkan ketidakseimbangan kontraktual berdasarkan bunyi klausula kontrak justru bertentangan dengan esensi hubungan kontraktual yang dibangun para pihak. Pada kontrak komersial tujuan para pihak lebih ditujukan membangun hubungan bisnis yang berlangsung adil. Untuk menganalisa secara lebih cermat mengenai seluk beluk hubungan para pihak dalam kontrak komersial diperlukan suatu metode pengujian terhadap eksistensi suatu kontrak. Keterpaduan asas-asas hukum kontrak termasuk di dalamnya asas keseimbangan merupakan salah satu panduan pokok untuk menganalisa kontrak–kontrak yang ada tersebut. 189 Ibid., hlm. 309 190 Ibid. Universitas Sumatera Utara

B. Makna Asas Keseimbangan dan Proporsionalitas