Makna Asas Keseimbangan dan Proporsionalitas

B. Makna Asas Keseimbangan dan Proporsionalitas

Untuk membedakan antara keseimbangan dan proporsionalitas pertama-tama dapat ditelusuri dari makna di antara kedua istilah tersebut, yaitu makna keseimbangan dan proporsionalitas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia 191 istilah tersebut ada yang membedakan arti, namun juga ada yang menyamakannya. Dalam kamus kata keseimbangan berarti keadaan seimbang seimbang–sama berat, setimbang, sebanding, setimpal dalam Ilmu Fisika diartikan sebagai keadaan yang terjadi bila semua gaya dan kecenderungan yang ada pada setiap benda atau sistim persis dinetralkan atau dilawan oleh gaya atau kecenderungan yang sama besar tetapi mempunyai arah yang berlawanan. Sedang kata proporsionalitas atau proporsional berarti sesuai dengan proporsi, sebanding, seimbang. 192 Dalam hubungannya dengan hukum perikatan, memberi makna seimbang adalah menurut imbangan dengan memberi contoh: pelunasan harus dianggap berlaku untuk masing-masing utang menurut imbangan jumlah masing-masing. Sedangkan keseimbangan keserasian dengan menunjuk dasar bagi keseimbangan dan keserasian dalam perjanjian tersurat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, hanya apabila dalam prakteknya ada keseimbangan dan keserasian maka tercapailah kesepakatan atau konsensus yang sah antara para pihak. 193 Richard J. Conviser 194 berkenaan 191 Kamus Besar Bahasa Indonesia Tentang Istilah Keseimbangan dan Proporsionalitas: http:pusatbahasa.diknas.go.idkbbiindex.php , dikases tanggal 15 Agustus 2010 192 Ibid. 193 Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 62 Universitas Sumatera Utara dengan substansi asas proporsionalitas apabila dihubungkan dengan Hukum Perdata Indonesia dapat dijumpai dalam pengaturan Pasal 1132 KUH Perdata terkait dengan pembagian harta milik debitor ketika terjadi wanprestasi, yang menyatakan bahwa : ”bagian masing-masing kreditor konkuren adalah sesuai dengan perbandingan. Substansi ini merupakan dasar bagi kreditor konkuren untuk memperoleh haknya sesuai dengan asas ”pari passu pro rata parte”. 195 1. Makna Asas Keseimbangan Dalam hal terjadi ketidakseimbangan posisi yang menimbulkan gangguan terhadap isi kontrak diperlukan intervensi dari otoritas tertentu pemerintah. 196 Tujuan dari asas keseimbangan adalah hasil akhir yang menempatkan posisi para pihak seimbang equal dalam menentukan hak dan kewajibannya. Oleh karenanya dalam rangka menyeimbangkan posisi para pihak, intervensi dari otoritas negara adalah sangat kuat. 197 Herlien Budiono menyebutkan dalam perjanjian timbal balik kualitas dari prestasi yang diperjanjikan timbal balik- 194 Profesor Conviser adalah seorang dosen dibidang ilmu hukum perusahaan, bisnis, dan konflik hukum yang lulus dari Fakultas Hukum di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat. Profesor Conviser dulunya bekerja pada sebuah firma hukum Baker McKenzie. Kemudian ditunjuk oleh Gubernur Illionis untuk menjalankan operasi perusahaannya di luar negeri yang kemudian menjabat sebagai Wakil Direktur yang berkantor di Brussel, Belgia. Kemudian Beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas DePaul di tahun 1969 dan masuk ke Chicago-Kent di tahun 1973. Dia banyak menuliskan tentang hukum dalam berbagai bahasa, dan pada saat ini menjadi editor di Gilbert Law Summaries. Salah satu pendapat Beliau yang tetap popular sampai saat ini dan terus digunakan adalah tentang asas proporsionalitas. Menurut Beliau asas proporsionalitas adalah bagian dimana masing-masing kreditor bagiannya adalah sama sesuai dengan perbandingan dengan menggunakan basis “pari passu pro rata parte” 195 Asas ini maksudnya adalah: penerimaan bersama secara proporsional – Prinsip-prinsip Hukum Kepailitan http:diaz_fhuns.staff.uns.ac.idfiles201007prinsip-prinsip-hukum- kepailitan.pdf , diakses tanggal 1 September 2010 196 Agus Yudha Hernoko, op.cit. hlm. 66 197 Ibid., hlm. 67 Universitas Sumatera Utara ditempatkan dalam konteks penilaian subjektif secara timbal balik akan dijustifikasi oleh tertib hukum. 198 Terdapat 3 aspek dari asas keseimbangan yang terkait yang akan digunakan sebagai faktor penguji dalam rangka menetapkan akibat-akibat yang muncul apabila terjadi ketidakseimbangan yaitu: 199 a. Perbuatan para pihak. Hal ini ditunjukkan dalam kehendak yang akan dinyatakan dalam bentuk penawaran dan penerimaan dan lebih menunjuk pada perbuatan individu. Perbuatan ini akan mengakibatkan adanya akibat hukum yang dikategorikan dalam pernyataan kehendak dan kewenangan untuk menyatakan kehendak tersebut. Keadaan tidak seimbang dapat terjadi sebagai akibat perbuatan hukum tersebut dibuat dengan cara terduga yang dapat menghalangi seseorang untuk mengambil keputusan secara matang, misal dalam keadaan tidak adanya kecakapan dalam bertindak atau adanya akibat cacatnya kehendak pelaku misal adanya ancaman, penipuan atau penyalahgunaan keadaan. Dalam keadaan khusus yang membuat orang untuk melakukan perbuatan hukum misal kedudukannya lebih kuat atau penguasaan pasar lebih luas atau kurangnya pengalaman, dan lain sebagainya. 198 Herlien Buidono, op.cit., hlm. 318 199 Ibid., hlm. 335 Universitas Sumatera Utara b. Isi kontrak. Isi ditentukan oleh para pihak. Hal ini berkaitan dengan kebebasan berkontrak. Walaupun adanya kebebasan akan tetapi isi dari kontrak tetap dibatasi dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Suatu perjanjian yang isinya bertentangan dengan hal tersebut mengakibatkan keadaan tidak seimbang. c. Pelaksanaan Kontrak. Kontrak harus dipenuhi oleh kedua belah pihak dengan itikad baik. Hal lain yang terkait dalam pelaksanaan ini adalah adanya kepatutan dan kelayakan. Selain dari pada itu harus diperhitungkan juga perubahan keadaan yang berpengaruh terhadap pemenuhan prestasi yang diperjanjikan. 2. Makna Asas Proporsionalitas Ruang lingkup dan daya kerja asas proporsionalitas tampak lebih dominan pada kontrak komersial. Dengan asumsi dasar bahwa karakter kontrak komersial menempatkan posisi para pihak pada kesetaraan, maka tujuan para kontrak yang berorientasi pada keuntungan bisnis akan terwujud, apabila terdapat pertukaran hak dan kewajiban yang fair atau adil secara proporsional. Asas ini tidak dilihat dari konteks keseimbangan secara matematis akan tetapi pada proses dan mekanisme pertukaran hak dan kewajiban yang berlangsung secara adil. Untuk mencari lebih lanjut makna asas proporsionalitas dalam kontrak harus beranjak dari makna filosofis keadilan yang dapat ditelusuri dari berbagai Universitas Sumatera Utara pendapat serta pemikiran dari beberapa filosof. Diantaranya adalah Aristoteles yang menyatakan bahwa prinsip yang sama diperlakukan secara sama dan yang tidak sama diperlakukan tidak sama, secara proporsional. 200 Peter Mahmud Marzuki 201 menyebut asas proporsionalitas dengan istilah ”equitability contract” kesamarataan kontrak dengan unsur keadilan. Makna ini menunjukkan suatu hubungan yang setara, tidak berat sebelah dan adil, artinya hubungan kontraktual tersebut pada dasarnya berlangsung secara proporsional dan wajar. Dengan merujuk pada asas aequitas praestasionis yaitu asas yang menghendaki jaminan keseimbangan dan ajaran justum pretium yaitu kepantasan menurut hukum. Asas proporsionalitas merupakan perwujudan doktrin “keadilan berkontrak” yang mengoreksi dominasi asas kebebasan berkontrak yang dalam bebrapa hal justru menimbulkan ketidakadilan. Hal ini memberikan peringatan kepada para pembuat kontrak untuk membuang sikap memperlihatkan seolah-olah kebebasan berkontrak merupakan prinsip utama dalam pembentukan undang-undang kontrak. 202 200 Ibid., hlm. 36 201 Peter Mahmud Marzuki, op.cit., hlm. 205 202 Shakina Shaik Ahmad, Azimon Abdul Aziz, Mengenal Undang-undang Kontrak Malaysia, International Law Book Series, Kuala Lumpur, 2003, hlm. 87-88 Universitas Sumatera Utara Untuk itu dalam kajian ini diajukan suatu kriteria yang dapat dijadikan pedoman untuk menemukan asas proporsionalitas dalam kontrak yaitu sebagai berikut: 203 a. Kontrak yang bersubstansi asas proporsionalitas adalah kontrak yang memberikan pengakuan terhadap hak, peluang dan kesempatan untuk menentukan pertukaran yang adil bagi mereka. b. Berlandaskan pada kesamaankesetaraan hak tersebut maka kontrak yang bersubstansi asas proporsionalitas adalah kontrak yang dilandasi oleh kebebasan para kontraktan untuk menentukan apa yang adil dan apa yang tidak adil bagi mereka prinsip kebebasan c. Kontrak yang bersubstansi asas proporsionalitas adalah kontrak yang mampu menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara proporsional bagi para pihak. Suatu perjanjian harus segera ditolak seketika tampak bahwa kedudukan faktual salah satu pihak lebih kuat dari pihak yang lain. Kedudukan ini dapat mempengaruhi isi, maksud dan tujuan perjanjian itu. 204 Pada prinsipnya dengan melandaskan diri pada pokok-pokok hukum kontrak dan asas keseimbangan, faktor yang menentukan bukanlah kesetaraan prestasi yang diperjanjikan melainkan kesetaraan para pihak yakni keadilan pertukaran perjanjian yang hendak dijunjung 203 Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 74 204 Herlien Budiono, op.cit., hlm. 318 Universitas Sumatera Utara tinggi. 205 Keseimbangan tidak mutlak harus dilandasi perhitungan untung rugi dalam arti materiil, namun dari prinsip keseimbangan juga dapat dimengerti dalam arti tercapainya semua tujuan dari kontrak. 206 3. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam setiap pengaturan kontrak, sangat penting untuk menetapkan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Jika hal tersebut tidak dicantumkan secara jelas, kemungkinan besar para pihak tidak bisa menjalankan kontrak tanpa terlebih dahulu memodifikasi persyaratan-persyaratan. 207 Jika terjadi suatu pelanggaran maka pengadilan akan memiliki kesempatan yang besar untuk menegakkan persyaratan yang eksplisit kecuali ketentuan tersebut tidak disadari, sehingga kedua belah pihak lebih bisa memprediksi hasilnya. 208 Dalam penelitian yang dilakukan terhadap kontrak-kontrak yang terdapat di PT. Sinbat Precast Tekonindo ini untuk melihat asas proporsionalitas yang menyangkut keseimbangan kedudukan para pihak telah diterapkan. Dalam analisa ini dimulai dengan melihat klausula-klausula yang mencerminkan adanya timbal balik antara hak dan kewajiban, prestasi dan kontraprestasi masing-masing pihak: 205 Ibid., hlm. 319 206 Ibid., hlm. 349 207 Karla C. Shippey, JD, Menyusun Kontrak Bisnis Internasional, Victory Jaya Abadi, Jakarta, 2001, hlm. 3 208 Ibid., hlm. 4 Universitas Sumatera Utara a. Klausula yang menyebutkan Kewajiban PT Sinbat Precast Teknindo antara lain : ”...the Builder agrees to build, launch, equip and complete at its premises at Jl. RE Martadinata KM 2, Sekupang, Batam Indonesia hereinafter called Shipyard and sell and deliver to the Buyer…” “…Builder telah setuju untuk membuat, memperlengkapi, meluncurkan ke air dan menyelesaikannya di areanya yaitu Jl. RE Martadinata KM 2, Sekupang, Batam, Indonesia dalam hal ini disebut Shipyard dan untuk menjual dan mengirimkannya kepada Buyer…” 209 Dalam klausula ini jelas terlihat Builder telah setuju sehingga menjadi kewajiban Builder dalam hal ini adalah PT. Sinbat Precast Teknindo untuk membuat, memperlengkapi, menjual dan mengirimkan sesuatu kepada Buyer pembeli “…the Builder shall give notice to the representative at least 2 working days in advance of the date and place of such test and inspections to be attended by…” “..Builder wajib memberikan pemberitahuan kepada perwakilan Buyer dalam waktu 2 hari kerja sebelum tanggal dan tempat uji coba dan inspeksi dilakukan yang akan dihadiri oleh...” 210 Dalam klausula ini Builder dalam hal ini adalah PT. Sinbat Precast Teknindo wajib untuk mengirimkan pemberitahuan akan adanya uji coba atas barang yang telah dibuat tersebut kepada pemesannya. 209 Contract Agreement for one Unit 12 Metre OPL Patrol Launch And Seven Units 15Metre OPL Patrol Launch, dated 30 th June 2006, Between PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia And Eng Hup Shipping Pte. Ltd, Page 5 of 21 210 Contract Agreement for one Unit 12 Metre OPL Patrol Launch And Seven Units 15Metre OPL Patrol Launch, dated 30 th June 2006, Between PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia And Eng Hup Shipping Pte. Ltd, Page 8 of 21 Universitas Sumatera Utara “..Article II – 5 Builder’s responsibility for performance: a. Any approval of the plans and drawings, supervision, inspection or tests by the Buyer or its representative under this Article..” “…Pasal II – 5 tanggungjawab Builder atas prestasinya: a. Seluruh persetujuan dari rancangan gambar dan rencana pekerjaan, pengawasan, inspeksi atau pengujian oleh Buyer atau perwakilannya dalam kontrak ini tidak membebaskan kewajiban Builder…” 211 Dalam klausula ini dengan jelas menyebutkan kewajiban Builder dalam hal ini adalah PT. Sinbat Precast Teknindo untuk melakukan prestasi atau tanggungjawabnya menurut kontrak ini. b. Klausula yang meyebutkan hak PT. Sinbat Precast Teknindo antara lain: “….US 1,928,726 net receivable by the Builder hereinafter called “Contract Price” for Vessel which shall be subject to upward and downward adjustment,…” “…sejumlah 1,928,726 Dollar Amerika bersih diterima oleh Builder yang dalam hal ini disebut harga kontrak untuk kapal tersebut dengan kemungkinan masih akan ada penyesuaian kenaikan atau penurunan harga,…” 212 Dalam klausula ini hak Builder dalam hal ini adalah PT. Sinbat Precast Teknindo adalah menerima pembayaran sejumlah uang dari pembeli kapal tersebut. “…without any justifiable reason under any provision of this contract, the Builder have the right to tender delivery of the vessel after 211 Contract Agreement for one Unit 12 Metre OPL Patrol Launch And Seven Units 15 Metre OPL Patrol Launch, dated 30 th June 2006, Between PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia And Eng Hup Shipping Pte. Ltd, Page 9 of 21 212 Shipbuilding Contract for the completion of 01 unit of 64M RoPax Catamaran Ferry HULL NOS 009, Dated 10 th April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Island Transport Holdings Pty Ltd, Australia –Buyer- Page 4 of 17 Universitas Sumatera Utara compliance…” “…tanpa alasan yang masuk akal di bawah kontrak ini, maka Builder berhak untuk melelang pengiriman kapal ini setelah diselesaikannya…” 213 Dalam klausula ini Builder dalam hal ini adalah PT. Sinbat Precast Teknindo berhak untuk melelang kapal setelah terselesainya pekerjaan tersebut apabila terjadi kelalaian dari pihak Pembeli kapal dan pembeli kapal tersebut tidak mampu sama sekali untuk menerima pengiriman. “…in the event of such rescission of this contract , the Builder shall be entitled to retain any installments paid by the Buyer on account of this Contract.” “…dalam keadaan dilakukannya penarikan kembali atau pembatalan atas kontrak ini, maka Builder berhak untuk tetap memegang semua pembayaran cicilan yang telah dilakukan oleh Buyer di bawah kontrak ini.” 214 Dalam klausula ini apabila terjadi penarikan kembali atau pembatalan kontrak maka Builder dalam hal ini adalah PT. Sinbat Precast Teknindo berhak untuk tetap memegang pembayaran cicilan yang telah dilakukan oleh Pembeli. Demikian disebutkan dengan jelas beberapa kutipan klausula-klausula dalam kontrak tersebut yang menyebutkan adanya hak dan kewajiban dari salah satu pihak. 213 Shipbuilding Contract for the completion of 01 unit of 64M RoPax Catamaran Ferry HULL NOS 009, Dated 10 th April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Island Transport Holdings Pty Ltd, Australia –Buyer, Page10 of 17 214 Shipbuilding Contract for the completion of 01 unit of 64M RoPax Catamaran Ferry HULL NOS 009, Dated 10 th April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Island Transport Holdings Pty Ltd, Australia –Buyer, Page 13 of 17 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya akan dilihat apakah terdapat klausula-klausula hak dan kewajiban dari pihak yang lainnnya. a. Klausula yang menyebutkan Kewajiban Pihak lain dalam hal ini adalah BuyerPembeli “…Subject to the other terms and conditions of the Contract in relation to adjustment of price, the Contract Price shall be paid by Buyer to the Builder on the following cash terms:…” “…dengan tetap mengacu pada syarat dan ketentuan lainnya dalam kontrak ini, harga kontrak tersebut wajib dibayarkan oleh Buyer pembeli kepada Builder dengan syarat dan ketentutan sebagai berikut:…” 215 Dalam klausula ini jelas menyebutkan bahwa pembeli wajib membayar kepada Builder dalam hal ini adalah PT. Sinbat Precast Teknindo sejumlah uang dengan syarat dan ketentuan seperti dalam kontrak seperti yang telah disepakati. “…If the Buyer does not remove the vessel from the Shipyard within 15 days, then in such event Buyer shall pay to Builder for mooring andor wharfage of the vessel. Mooring andor wharfage fee shall be US 100.00 per day...” “…jika Buyer tidak mengambil alih kapal dari Shipyard dalam waktu 15 hari, maka Buyer wajib untuk membayar kepada Builder biaya penambatan danatau biaya bongkar muat barang di pelabuhan tersebut. Biaya tersebut adalah 100 Dollar Amerika per harinya…” 216 215 Shipbuilding Contract for the completion of 01 unit of 64M RoPax Catamaran Ferry HULL NOS 009, Dated 10 th April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Island Transport Holdings Pty Ltd, Australia –Buyer, Page 4 of 17 216 Shipbuilding Contract for the completion of 01 unit of 64M RoPax Catamaran Ferry HULL NOS 009, Dated 10 th April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Island Transport Holdings Pty Ltd, Australia –Buyer,Page 10 of 17 Universitas Sumatera Utara Dalam klausula ini jelas menyebutkan kewajiban Pembeli untuk membayar biaya tambahan apabila kewajiban yang lainnya tidak dilakukannya. “…The Buyer shall notify the Builder in writing, or by telex or facsimile confirming in writing, of any defects for which claim is made under this guarantee…” “…Buyer wajib memberikan pemberitahuan kepada Builder dengan cara tertulis atau dengan mengirimkan telex atau fax yang bentuknya tertulis semua kekurangan yang diklaim di bawah kontrak ini…” 217 Dalam klausula ini jelas menyebutkan kewajiban pembeli untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada Builder apabila ada klaim kekurang-kekurangan atas pekerjaan kapal tersebut. b. Klausula yang menyebutkan Hak Pihak lain selain PT. Sinbat Precast Teknindo ”...The representative shall have during construction of the vessel, the right to attend such tests and inspection of the vessel, its machinery and equipment as are mutually agreed between the Buyer and the Builder...” ”...Perwakilan dari Buyer berhak untuk menghadiri uji coba dan inspeksi atas kapal, mesin-mesinnya dan peralatan sebagaimana telah disetujui oleh Buyer dan Builder...” 218 217 Shipbuilding Contract for the completion of 01 unit of 64M RoPax Catamaran Ferry HULL NOS 009, Dated 10 th April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Island Transport Holdings Pty Ltd, Australia –Buyer, Page 12 of 17 218 Shipbuilding Contract for the completion of 01 unit of 64M RoPax Catamaran Ferry HULL NOS 009, Dated 10 th April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Island Transport Holdings Pty Ltd, Australia –Buyer, Page 7 of 17 Universitas Sumatera Utara Dalam klausula ini jelas menyebutkan bahwa Buyer berhak untuk mengirimkan perwakilannya untuk menyaksikan uji coba kapal dan melakukan pemeriksaan atas pekerjaan kapal tersebut. ”...Upon delivery and acceptance of the vessel the Builder shall deliver to the Buyer the following documents, which shall accompany the Protocol of Delivery and Acceptance...””...pada saat pengiriman dan penerimaan kapal, Builder harus memberikan kepada Buyer dokumen-dokumen yang akan dilampirkan bersama dokumen Protocol of Delivery and Acceptance...” 219 Dalam klausula ini jelas menyebutkan bahwa Buyer berhak untuk menerima dokumen-dokumen lain 220 sebagai pendukung atas pengiriman kapal tersebut. “…it being understood and agreed by the parties hereto that if any further delay occurs on account of cause justifying rescission as specified in the article, the Buyer shall have the same right of rescission upon the same terms as hereinafter provided…” “…telah dimengerti dan disepakati oleh masing-masing pihak jika terjadi keterlambatan selanjutnya dikarenakan sebab-sebab yang diperkenankan untuk melakukannya penarikan kembali seperti dijelaskan dalam pasal ini, maka Buyer mempunyai hak yang sama untuk membatalkan atau menarik kembali kontrak ini dengan syarat dan ketentuan yang telah disebutkan…” 221 219 Shipbuilding Contract for the completion of 01 unit of 64M RoPax Catamaran Ferry HULL NOS 009, Dated 10 th April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Island Transport Holdings Pty Ltd, Australia –Buyer, Page 9 of 17 220 Dokumen-dokumen pendukung untuk melakukan pengiriman contohnya: Builder Certificate, Protocol of Trial of the Vessel, Protocol Inventory of the Equipment, Drawing and Plans pertaining to the Vessel as stipulated in the Specifications and approved by Classification Society, Commercial Invoice, Bill of Sale, Custom Clearance Certificate, dan lain sebagainya tergantung dari jenis barang yang akan dikirim dan klausula dari kontrak. 221 Shipbuilding Contract for the completion of 01 unit of 64M RoPax Catamaran Ferry HULL NOS 009, Dated 10 th April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Island Transport Holdings Pty Ltd, Australia –Buyer, Page 11 of 17 Universitas Sumatera Utara Dalam klausula ini jelas menyebutkan bahwa Buyer sama-sama berhak juga untuk membatalkan atau menarik kembali kontrak ini sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam kontrak. Dengan disebutkannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak seperti tertuang dalam klausula-klausula di atas maka disini tercermin adanya hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban atau prestasi dan kontraprestasi. Tentu saja adanya keuntungan dan kerugian dari masing-masing pihak telah dilakukan perhitungan yang matang sehingga apabila terjadi wanprestasi dari pihak manapun sudah terjadi usaha untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul tersebut. Dalam kontrak ini sudah terjadi asumsi kesetaraan posisi para pihak berdasarkan adanya timbal balik hak dan kewajiban dan prestasi dan kontraprestasi, sehingga terbukanya peluang negosiasi serta aturan main yang adil fair menunjukkan bekerjanya mekanisme pertukaran hak dan kewajiban yang proporsional. Kesetaraan posisi para pihak disini tidak dilihat dari segi perhitungan ganti rugi akan tetapi lebih kepada adanya pertukaran hak dan kewajiban antara prestasi dan kontrak prestasi. Timbal balik tidak hanya bisa dilihat dari eksistensi individu yang ingin mengadakan perjumpaan kehendak yang dituangkan dalam kontrak tersebut akan tetapi juga dapat terjadi bahwa orang yang hendak mengikatkan Universitas Sumatera Utara diri tersebut ingin memberikan sesuatu atau berbuat sesutu dengan mengharapkan imbalan atas prestasinya. 4. Fungsi Asas Keseimbangan dan Proporsionalitas Dalam hubungannya dengan kegiatan bisnis kontrak berfungsi untuk mengamankan transaski di kedua belah pihak. Hal ini karena dalam kontrak terkandung suatu pemikiran tujuan adanya keuntungan yang akan diperoleh para pihak. Terkait dengan kontrak komersial fungsi asas proporsionalitas dan asas keseimbangan menunjukkan pada karakter kegunaan yang ”operasional dan implementatif” 222 dengan tujuan mewujudkan apa yang dibutuhkan. Dengan demikian fungsi asas ini baik dalam proses prakontrak maupun pelaksanaan kontrak adalah: 223 a. Dalam tahap prakontrak asas ini membuka peluang negosiasi bagi para pihak untuk melakukan pertukaran hak dan kewajiban secara adil. b. Dalam pembentukan kontrak asas ini menjamin kesetaraan hak serta kebebasan dalam menentukan proporsi hak dan kewajiban. 222 Karakter “operasional dan implementatif” dari asas ini hendaknya tidak diartikan bahwa asas ini dengan sendirinya berlaku mengikat para pihak. Sesuai dengan sifatnya, asas ini berkedudukan sebagai norma sehingga tidak dapat langsung mengikat para pihak. Namun yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah seyogyanya para pihak menuangkan dan mengimplementasikan asas proporsionalitas kedalam klausula kontrak yang dibuat. 223 Agus Yudha Hernoko, op.cit., hlm. 78 Universitas Sumatera Utara c. Dalam pelaksanaan kontrak asas ini menjamin terjadinya distribusi pertukaran hak dan kewajiban menurut proporsi maisng-masing sesuai dengan yang dibebankan pada para pihak. d. Dalam hal terjadi kegagalan dalam pelaksanaan kontrak, maka harus dinilai secara proporsional apakah kegagalan tersebut bersifat fundamental sehingga mengganggu pelaksanaan kontrak. Oleh karena itu pengujian melalui asas ini sangat menentukan dalil kegagalan pelaksanaan kontrak agar jangan terjadi penyalahgunaan oleh salah satu pihak dalam memanfaatkan klausula kegagalan pelaksanaan kontrak semata-mata demi keuntungan salah satu pihak dengan merugikan pihak lain. e. Bahkan dalam hal terjadi sengketa kontrak, asas ini menekankan bahwa proporsi beban pembuktian kepada para pihak harus dibagi menurut pertimbangan yang adil.

C. Kedudukan para pihak dalam kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo