barang  bergerak  berwujud  dari  tangan  ke  tangan  maka  tidak  perlu akta  notaris.  Hal  ini  sebagaimana  diatur  dalam  Pasal  1682  juncto
Pasal 1687 KUH Perdata.
c Dipersyaratkan  untuk  kontrak  atas  barang-barang  tertentu.  Selain
untuk  kontrak-kontrak  tertentu,  undang-undang  juga  mensyaratkan kontrak  tertulis  untuk  barang-barang  tertentu.  Contoh  kontrak  yang
bertalian dengan pengalihan tanah.
d Dipersyaratkan  karena  kebutuhan  praktek.  Walaupun  dalam  banyak
hal,  undang-undang  tidak  mensyaratkan  bahwa  suatu  kontrak  harus dibuat  tertulis,  tetapi  kebutuhan  praktek  ternyata  menyatakan  lain.
Hal ini dibuat dengan maksud: a
Untuk kepentingan pembuktian; b
Untuk kepentingan kepastian hukum; c
Untuk kontrak-kontrak yang canggih dianggap tidak pantas jika hanya dilakukan secara lisan.
2 Syarat Pembuatan Kontrak di hadapan pejabat tertentu
Selain  dari  syarat  tertulis  terhadap  kontrak-kontrak  tertentu,  untuk  kontrak- kontrak tertentu dipersyaratkan pula bahwa kontrak tertulis harus dibuat olehdi
hadapan pejabat tertentu dengan ancaman batal. Contoh: hibah harus dibuat di hadapan notaris Pasal 1682 KUH Perdata atau jual beli tanah harus dibuat di
hadapan  Pejabat  Pembuat  Akta  Tanah  sesuai  dengan  undang-undang pertanahan.
3   Syarat mendapat ijin dari pejabat yang berwenang. Terhadap kontrak tertentu campur tangan pihak ketiga diperlukan dalam bentuk
keharusan  mendapatkan  ijin.  Misal  kontrak  peralihan  objek  tertentu,  seperti kontrak  peralihan  hak  guna  usaha  atau  kontrak  peralihan  penguasaan  hutan,
dalam hal ini diperlukan ijin dari pejabat yang berwenang untuk itu.
C. Prestasi Dan Wanprestasi Dalam Hukum Kontrak Indonesia
Universitas Sumatera Utara
1. Pengertian Prestasi
Prestasi dalam kontrak adalah sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang ada dalam suatu  kontrak  oleh  pihak  yang  mengikatkan  dirinya  dalam  kontrak  tersebut.
95
Prestasi ini ketentuannya bisa dilihat dalam Pasal 1234 KUH Perdata yaitu: ”Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu,
atau untuk tidak berbuat sesuatu.” 2.
Pengertian Wanprestasi Sementara  itu  yang  dimaksud  dengan  wanprestasi  default,  non-fullfilment,  atau
breach  of  contract  adalah  tidak  dilaksanakannya  kewajiban  sebagaimana mestinya  yang  dibebankan  oleh  kontrak  terhadap  pihak-pihak  tertentu  seperti
dalam kontrak.
96
Berbeda  dengan  hukum  pidana  atau  hukum  tentang  perbuatan  melawan  hukum, kontrak ini tidak begitu membedakan apakah suatu kontrak tidak dilaksanakan karena
adanya unsur kesalahan atau tidak, akibat umumnya tetap sama yaitu pemberian ganti rugi  dengan  perhitungan  tertentu  Pasal  1243  KUH  Perdata,  pembatalan  perjanjian
disertai  dengan  penggantian  kerugian  Pasal  1267  KUH  Perdata,  peralihan  resiko sejak  terjadinya  wanprestasi  Pasal  1237  ayat  2  KUH  Perdata  dan  pembayaran
biaya  perkara  pengadilan  apabila  diperkarakan  di  muka  hakim  Pasal  181  ayat  1 HIR.  Hal-hal  tersebut  ada  pengecualiannya  yaitu  adanya  alasan  force  majeure
keadaan  memaksa  yang  umumnya  membebaskan  pihak  yang  tidak  memenuhi prestasi tersebut. Selain itu apabila satu pihak tidak melaksanakan prestasinya dalam
95
Munir Fuady, op.cit., hlm. 87
96
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kontrak,  pada  umumnya  tidak  dengan  sendirinya  dia  telah  melakukan  wanprestasi. Apabila  tidak  ditentukan  dalam  kontrak  atau  undang-undang  maka  wanprestasinya
debitur akan resmi terjadi setelah dia debitur dinyatakan lalai oleh pihak kreditur ingebrekestelling  yaitu  dengan  dikeluarkannya  ”akta  lalai”  oleh  pihak  kreditur.
97
Akta  lalai  adalah  tulisan  yang  dibuat  dengan  sengaja  untuk  dijadikan  bukti  tentang suatu  peristiwa  dalam  hal  ini  adanya  kelalaian  dan  ditandatangani  oleh
pembuatnya.
98
Ketentuan ini bisa dilihat dalam Pasal 1238 KUH Perdata yaitu: ”Si  berutang  adalah  lalai  apabila  ia  dengan  surat  perintah  atau  dengan  sebuah
akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa siberutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan.”
Dalam  sistim  hukum  Indonesia  akta  lalai  ini  tidak  diperlukan  dalam  hal  tertentu
yaitu:
99
1. Jika dalam persetujuan ditentukan termin waktu;
2. Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi;
3. Debitur keliru memenuhi prestasi;
4. Ditentukan  dalam  undang-undang  bahwa  wanprestasi  terjadi  demi  hukum
misal dalam Pasal 1626 KUH Perdata; 5.
Jika  debitur  mengakui  atau  memberitahukan  bahwa  dia  dalam  keadaan wanprestasi.
Wujud-wujud wanprestasi menurut J. Satrio adalah sebagai berikut: a.
Sama  sekali  tidak  melakukan  prestasi.  Dalam  hal  ini  prestasi  sama sekali  tidak  dilakukan  yang  disebabkan  tidak  mau  berprestasi  sama
sekali  atau  bisa  disebabkan  karena  memang  secara  obyektif  tidak mungkin  melakukan  prestasi  lagi  atau  secara  subyektif  tidak  ada
gunanya lagi untuk berprestasi
97
Ibid., hlm. 88
98
Kamus  Hukum  http:www.pn-cibinong.go.iduploadsfileKamus_Hukum.pdf,  diakses tanggal 2 September 2010
99
Ibid., hlm. 89
Universitas Sumatera Utara
b. Keliru  melakukan  prestasi.  Dalam  fikirannya  telah  memberikan
prestasi  tetapi  dalam  kenyataannya  yang  diterima  oleh  pihak  satunya lain daripada yang diperjanjikan
c. Terlambat  melakukan  prestasi.  Prestasi  dilakukan  dan  obyek
prestasinya betul akan tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan.
100
Dalam  menjalankan  kontrak  ada  istilah  yang  disebut  sebagai  terminasi  kontrak, restorasi  kontrak,  reformasi  kontrak  dan  resisi  kontrak.  Di  bawah  ini  keterangan
mengenai hal-hal tersebut:
1 Terminasi Pemutusan suatu kontrak
a  Ketentuan  dalam  kontrak  tentang  terminasi  pemutusan.  Ada  berbagai pengaturan tentang pemutusan kontrak yaitu:
101
1  Penyebutan  alasan  pemutusan  kontrak.  Biasanya  dalam  kontrak disebutkan  secara  terperinci  alasan-alasan  sehingga  salah  satu  pihak
atau kedua belah pihak dapat memutuskan kontrak. 2  Kontrak  diputus  dengan  kesepakatan  kedua  belah  pihak.  Kadang-
kadang  dalam  kontrak  disebutkan  bahwa  suatu  kontrak  dapat diputuskan jika disetujui oleh kedua belah pihak.
3 Pengenyampingan Pasal 1266 KUH Perdata. Seringkali dalam kontrak disebutkan  bahwa  jika  ingin  memutuskan  kontrak  maka  tidak  perlu
melalui  jalur  pengadilan,  tetapi  dapat  diputuskan  langsung  oleh  para pihak.
Dengan  ini  Pasal  1266  KUH  Perdata  harus  tegas  dikesampingkan berlakunya,  sebab  menurut  pasal  ini  pemutusan  harus  melalui
pengadilan.  Pasal  ini  menerangkan  bahwa  secara  hukum  wanprestasi
100
J. Satrio, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1999, hlm. 122
101
Munir Fuady, op.cit., hlm. 93
Universitas Sumatera Utara
dianggap  sebagai  syarat  batal  dalam  suatu  perjanjian  sehingga  pihak yang  merasa  dirugikan  dapat  menuntut  pembatalannya  melalui
pengadilan baik karena wanprestasi itu dicantumkan dalam perjanjian maupun  tidak.  Jika  syarat  batal  tidak  dicantumkan  dalam  perjanjian
hakim dapat memberikan kesempatan kepada pihak  yang wanprestasi untuk tetap memenuhi perjanjian dengan memberikan tenggang waktu
yang tidak lebih dari satu bulan.
102
4  Tata  cara  pemutusan  kontrak.  Disamping  lewat  pengadilan  biasanya ditentukan juga prosedur pemutusan kontrak oleh para pihak tersebut.
Misal dengan adanya peringatan.
b  Ketentuan Pasal 1338 ayat 2 KUH Perdata. Apakah  suatu  kontrak  yang  telah  ditandatangani  secara  sah  dapat
dibatalkanditarik  kembali?  Hal  ini  yang  akan  dijawab  dalam  Pasal  1338 Ayat 2 KUH Perdata yang berbunyi:
”Suatu  perjanjian  tidak  dapat  ditarik  kembali  selain  dengan  sepakat kedua  belah  pihak,  atau  karena  alasan-alasan  yang  oleh  undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu.”
Pada prinsipnya pasal ini tidak memperkenankan ditariknya kembali suatu kontrak kecuali dengan syarat-syarat tertentu yaitu:
1 Kontrak  tersebut  harus  dibuat  secara  sah  sebab  jika  tidak  dipenuhi
batal atau pembatalan dapat dilakukan; 2
Dibatalkan  berdasarkan  alasan-alasan  yang  disebutkan  undang- undang;
3 Dibatalkan  berdasarkan  kesepakatan  semua  pihak  dalam  kontrak
tersebut.
103
102
Ahmadi Miru, Sakka Pati, op.cit., hlm.29
103
Hasanuddin Rahman, op.cit., hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
2 Pengenyampingan Pasal 1266 KUH Perdata.
Seperti  telah  disebutkan  sebelumnya,  dalam  pasal  ini  memberikan  intervensi yang besar dari pengadilan dalam hal pemutusan suatu kontrak. Pasal ini pada
intinya  menyebutkan  bahwa  dengan  alasan  salah  satu  pihak  tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak lainnya dapat membatalkan kontrak
akan  tetapi  pembatalan  tersebut  tidak  boleh  dilakukan  begitu  saja  melainkan harus  melalui  pengadilan.
104
Oleh  karena  itu  tidak  mengherankan  jika  dalam praktek  sering  ada  ketentuan  yang  mengenyampingkan  pasal  tersebut  yang
berarti bahwa kontrak tersebut dapat diputuskan sendiri oleh salah satu pihak tanpa campur tangan pengadilan berdasarkan prinsip exceptio non adimpleti
contractus
105
, jika pihak lainnya melakukan wanprestasi. Demikian  dalam  kontrak-kontrak  di  PT.  Sinbat  Precast  Teknindo  ini,
pengenyampingan  Pasal  1266  KUH  Perdata  ini  tidak  disebutkan  dalam klausula  kontrak.  Hal  ini  dikarenakan  bahwa  pemutusan  atau  pembatalan
kontrak  hanya  dilakukan  dengan  persetujuan  kedua  belah  pihak  terlepas  dari campur  tangan  pengadilan.  Pembatalan  kontrak  bisa  dilakukan  salah  satu
pihak apabila pihak lain melakukan wanprestasi. Dan disebutkan dengan jelas
104
Munir Fuady, op.cit., hlm. 96
105
Exceptio non adimpleti contractus: http:rgs-istilah-hukum.blogspot.com200909asas- exceptio-non-adimpleti-contractus.html, Definisi exceptio non adimpleti contractus adalah tangkisan
bahwa pihak lawan dalam keadaan lalai juga, maka dengan demikian tidak dapat menuntut adanya pemenuhan prestasi - http:www.pn-cibinong.go.iduploadsfileKamus_Hukum.pdf, diakses tanggal 2
September 2010
Universitas Sumatera Utara
bahwa  salah  satu  akibat  wanprestasi  adalah  dibatalkannya  kontrak  dan pembatalan ini tanpa melalui pengadilan.
3 Syarat restorasi dalam terminasi kontrak
Restorasi  adalah  kewajiban  dari  pihak  yang  dirugikan  untuk  mengembalikan manfaat  dari  prestasi  yang  sekiranya  telah  dilakukan  oleh  pihak  yang
melakukan  wanprestasi  tersebut.  Bentuk-bentuk  restorasi  adalah  sebagai berikut:
1 Pengembalian benda secara fisik.
2 Pembayaran kompensasi
106
4 Akibat terminasi kontrak.
Dengan adanya terminasi suatu kontrak akan berlaku beberapa akibat hukum yaitu:
107
a Timbulnya kewajiban melakukan restorasi
b Berlaku secara ex tunc
108
atau ex nunc
109
. Ketika diputuskan suatu kontrak apakah  dengan  demikian  keadaan  dikembalikan  seperti  sebelum  kontrak
dilakukan  ex  tunc  yakni  yang  mempunyai  efek  yang  retrospektif  atau hanya membebaskan para pihak untuk melaksanakan kewajibannya untuk
masa  setelah  wanprestasi  sementara  apa  yang  dilakukan  sebelum
106
Munir Fuady, op.cit., hlm. 102
107
Ibid.
108
Ex  Tunc:  Ex  tunc  adalah  perbuatan  dan  akibatnya  dianggap  tidak  pernah  ada http:www.kamushukum.comprosadv.php, diakses tanggal 2 September 2010
109
Ex  Nunc:  Ex  nunc  adalah  perbuatan  dan  akibatnya  dianggap  ada  sampai  saat pembatalannya http:www.kamushukum.comprosadv.php, diakses tanggal 2 september 2010
Universitas Sumatera Utara
wanprestasi  tetap  dianggap  sah  yang  disebut  sebagai  mempunyai  efek  ex nunc yaitu mempunyai efek yang prospektif.
c Akibat terhadap hak untuk mendapatkan ganti rugi.
5 Resisi terhadap kontrak.
Yang  dimaksud  dengan  resisi  adalah  pembatalan  suatu  kontrak  sehingga menjadi status quo dalam keadaan diam atau tidak bisa dilakukan apa-apa.
110
Resisi dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut: a
Jika kontrak dibuat oleh orang yang tidak cakap untuk berbuat. b
Jika terjadi cacat hukum dalam kata sepakat yaitu dalam hal adanya: a
Paksaan b
Kesalahan c
Penipuan Dalam  hal  resisi  kontrak  dapat  dibatalkan  artinya  kontrak  batal  jika
dimintakan batal, jika tidak maka akan tetap sah. Selain resisi ada juga istilah nullity  yang  menyebabkan  kontrak  ”batal  demi  hukum”  yaitu  batal  dengan
sendirinya tanpa dimintakan oleh pihak manapun. Nullity terjadi karena: a
Hal tertentu yang merupakan objek tidak jelas b
Kontrak dibuat dengan kausa yang tidak diperbolehkan c
Kontrak  dibuat  bertentangan  dengan  moral,  ketertiban  umum  atau kebiasaan.
6. Reformasi Kontrak
110
Munir Fuady op.cit., hlm. 109
Universitas Sumatera Utara
Reformasi  adalah  mengubah  bahasa  dalam  kontrak  sehingga  sesuai  dengan maksud  para  pihak.  Dengan  demikian  jika  dengan  resisi  dimaksudkan  untuk
membatalkan  kontrak,  sementara  reformasi  lebih  dimaksudkan  untuk mempertahankan kontrak.
111
Landasan berlakunya reformasi adalah kesalahan dari perumus kontrak. Dalam hal ini sudah semestinya kontrak diperbaiki agar
sesuai dengan kehendak para pihak.
3. Force Majeure
Klausula Force majeure adalah klausula yang berisi antisipasi yang diambil oleh para  pihak    terhadap  kejadian  yang  mungkin  timbul  dimasa  yang  akan  datang
yang  akan  berakibat  langsung  terhadap  perjanjian.  Kejadian  ini  merupakan kejadian  yang  berada  di  luar  kendali  para  pihak,  dimana  pihak  yang  tidak  bisa
melaksanakan  perjanjian  itu  harus  bisa  membuktikan  bahwa  kejadian  itu  berada di luar kendalinya dan telah ada usaha untuk melakukan penyelamatan atau telah
melakukan langkah-langkah untuk menghindari akibat yang timbul dari kejadian tersebut.
112
Dalam  KUH  Perdata  ada  beberapa  pasal  yang  digunakan  sebagai pedoman adanya force majeure:
111
Munir Fuady, op.cit., hlm. 111
112
Definisi Force Majeure menurut H. Dodik Setiawan Nur Heriyanto, SH. MH. dalam MK Penyusunan Kontrak;
http:pusdiklat.law.uii.ac.idindex2.php?option=com_docmantask=doc_viewgid=13Itemid=52, diakses tanggal 2 September 2010
Universitas Sumatera Utara
a.  Pasal  1244  KUH  Perdata  tentang  ganti  rugi  harus  diberikan  apabila  pihak yang  berwanprestasi  tidak  dapat  membuktikan  bahwa  wanprestasi
disebabkan oleh hal-hal yang berada di luar kendali. b. Pasal 1245 KUH Perdata yang intinya ganti rugi dan bunga tidak diberikan
apabila wanprestasi disebabkan oleh keadaan memaksa ketidaksengajaan c.  Pasal  1545  KUH  Perdata  tentang  jika  barang  yang  sudah  diperjanjikan
musnah di luar salah pemiliknya maka perjanjian dianggap gugur. d. Pasal 1553 KUH Perdata tentang jika barang yang telah disewakan musnah
karena  kejadian  yang  tidak  disengaja  maka  persetujuan  sewa  menyewa tersebut gugur demi hukum.
Dari rumusan pasal-pasal di atas maka setidaknya terdapat 3 unsur yang harus dipenuhi untuk memenuhi kriteria force majeure ini:
a. Tidak terpenuhinya prestasi;
b. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan yang bersangkutan; dan
c. Faktor  penyebab  tidak  terduga  sebelumnya  dan  tidak  dapat
dipertanggungjawabkan. Kesimpulannya  force  majeure  merupakan  peristiwa  yang  tidak  terduga  yang
terjadi di luar kesalahan debitur setelah penutupan kontrak yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya, sebelum ia dinyatakan lalai dan karenanya tidak dapat
dipersalahkan serta tidak menanggung resiko atas kejadian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana  dipahami  bahwa  dengan  adanya  force  majeure  akan  berkaitan dengan resiko tanggung gugat bagi para pihak.
113
Menurut Munir Fuady force majeure dapat dibedakan menjadi: a.
Force majeure yang objektif yaitu force majeure yang terjadi atas benda yang merupakan objek kontrak tersebut.
b. Force  majeure  yang  subjektif  yaitu  force  majeure  yang  terjadi  dalam
hubungannya  dengan  perbuatan  atau  kemampuan  debitur  itu  sendiri.  Misal debitur sakit berat sehingga tidak mungkin berprestasi lagi.
114
Demikian  dalam  kontrak  pada  PT.  Sinbat  Precast  Teknindo,  disebutkan dengan  jelas  klausula  force  majeure  ini.  Klausula  ini  dapat  dilihat  pada
Shipbuilding Contract For The Completion Of 01 Unit Of 64M RoPax Catamaran Ferry  Hull  Nos.  009  Dated  This  10
th
Day  Of  April  2007  Between  PT.  Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Islands Transport Holdings Pty. Ltd.,
Australia –Buyer-, Page 12 of 17.
115
4. Prestasi dan Wanprestasi Dalam Kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo.
Berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan terhadap kontrak-kontrak di PT. Sinbat  Precast  Teknindo  ini,  dalam  masing-masing  kontrak  disebutkan  dengan
113
Menurut Subekti, yang dimaksud resiko adalah kewajiban untuk memikul beban kerugian apabila terjadi peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksud dalam
perjanjian  atau  menghalangi  pelaksanaan  prestasi  Subekti-II  op..cit.,hlm.144.  Sedangkan  menurut Mariam Darus Badrulzaman, resiko adalah ajaran tentang siapakah yang harus menanggung ganti rugi
apabila  debitor  tidak  memenuhi  prestasi  dalam  keadaan  force  majeure  Mariam  Darus  Badrulzaman, op.cit., hlm. 39
114
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hlm. 115
115
Dalam klausula ini disebutkan  kondisi-kondisi  force  majeure antara lain:  gempa, perang, embargo,  keputusan  dari  pemerintah  atau  militer,  gempa,  huru-hara,  mogok,  keresahan  dan
ketidakmenentuan  keadaan  masyarakat,  kebakaran  disebabkan  oleh  alam,  dan  kejadian-kejadian  lain yang berada di luar kendali para pihak.
Universitas Sumatera Utara
jelas dalam klausula-klausula hal-hal  yang menjelaskan prestasi dan wanprestasi dan akibat-akibatanya.
a. Prestasi  Dalam  Kontrak  di  PT.  Sinbat  Precast  Teknindo.  Seperti  telah
dijelaskan sebelumnya, prestasi yaitu sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang ada dalam kontrak oleh pihak-pihak yang mengikatkan dirinya dalam kontrak
tersebut.  Lebih  jelasnya  disebutkan  dalam  Pasal  1234  KUH  Perdata  yang intinya  ”tiap-tiap  perikatan  adalah  memberikan  sesuatu,  untuk  berbuat
sesuatu,  atau  untuk  tidak  berbuat  sesuatu”.  Demikian  dalam  kontrak-kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo, disebutkan dengan jelas prestasi dari masing-
masing  pihak,  seperti  dalam  kutipan  salah  satu  klausula  dalam  kontrak tersebut:
”...The  main  job  are  to  replace  the  entire  main  deck  with  12mm  thickness 8’X30’ marine plate with cert, weight 2100 kgpc, totalling to 42 pieces with
estimated  total  weight  of  88.2  metric  tons...”  ”...Pekerjaan  pokok  dalam kontrak ini adalah untuk mengganti keseluruhan dek utama dengan papan baja
marine  yang tebalnya 12mm dan berukuran 8’X30”, per buah beratnya 2100 kg, total 42 buah dengan perkiraan berat keseluruhan 88.2 ton...”
”...The secondary job is to replace the entire side board with 10mm thickness 6’X30’  marine  plate  with  cert,  weight  1313kgpc,  totalling  to  16  pieces  with
an estimated total weight of 21.008 metric tons...” ”...Pekerjaan kedua adalah untuk  mengganti  seluruh  sisi  kapal  dengan  papan  baja  marine  yang  tebalnya
10mm dan berukuran 6’X30’, yang beratnya 1313 kg per buah, total 16 buah dengan perkiraan berat keseluruhan adalah 21.008 ton...”
116
Dalam klausula di atas, dengan jelas disebutkan prestasi yang harus dilakukan oleh  PT.  Sinbat  Precast  Teknindo  yaitu  untuk  mengganti  dek  utama  dan  sisi
116
Contract For The Repair Of 01 Unit Of Barge NL 1805 Dated 13
th
Day Of January 2009 Between PT Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Shipyard- And PT. Bahtera Dira Adiguna –Owner-
Page 3 of 10
Universitas Sumatera Utara
kapal  dengan  papan  baja  marine  sesuai  dengan  spesifikasi  dalam  kontrak. Berikutnya  adalah  kutipan  salah  satu  klausula  yang  menyebutkan  prestasi
yang harus dipenuhi oleh pihak lain selain PT. Sinbat Precast Teknindo: ”...The Owner shall take possession of the Vessel immediately on acceptance
thereof  and  shall  remove  Vessel  from  Shipyard  within  one  1  day  after delivery and acceptance is effected. If the Owner does not remove the Vessel
from the Shipyard within one 1 day, then in such event the Owner shall pay to the Shipyard for the mooring andor wharfage of the Vessel...” ”...Owner
harus  mengambil  alih  kapal  secepatnya  setelah  diterima  kapal  tersebut  dan memindahkan kapal dari area Shipyard dalam jangka waktu satu 1 hari sejak
proses pengiriman dan penerimaan dilakukan. Jika Owner tidak memindahkan kapal  dari  area  Shipyard  dalam  jangka  waktu  satu  1  hari,  maka  dalam
kejadian  hal  tersebut,  Owner  diharuskan  membayar  biaya  penambatan  dan biaya bongkar muat kapal kepada Shipyard...”
117
Dalam  klausula  di  sini  jelas  disebutkan  prestasi  yang  harus  dilakukan  oleh pihak  lain  selain  PT.  Sinbat  Precast  Teknindo  yaitu  untuk  memindahkan
kapal yang selesai pengerjaannya dalam tenggang waktu tertentu, dilanjutkan dengan  keterangan  apa  yang  akan  terjadi  apabila  prestasi  tersebut  gagal
dilakukan. b.
Wanprestasi dalam Kontrak Di PT. Sinbat Precast Teknindo Seperti
telah dijelaskan
sebelumnya, wanprestasi
adalah tidak
dilaksanakannya  kewajiban  sebagaimana  mestinya  yang  dibebankan  oleh kontrak  terhadap  pihak-pihak  tertentu  seperti  dalam  kontrak.  Berhubungan
dengan  penelitian  ini,  tentu  saja  tidak  disebutkan  jenis-jenis  wanprestasi dalam  kontrak,  akan  tetapi  lebih  mengacu  pada  akibat  apabila  tidak
117
Contract For The Repair Of 01 Unit Of Barge NL 1805 Dated 13
th
Day Of January 2009 Between PT Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Shipyard- And PT. Bahtera Dira Adiguna –Owner-
Page 6 of 10
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakannya  prestasi.  Akibat  umum  dari  wanprestasi  adalah  pemberian ganti rugi dengan perhitungan tertentu, pembatalan perjanjian disertai dengan
penggantian  kerugian,  peralihan  resiko  dan  pembayaran  biaya  perkara peradilan. Demikian dalam klausula salah satu kontrak menyebutkan tentang
akibat  apabila  terjadi  wanprestasi  jika  dilakukan  oleh  PT.  Sinbat  Precast Teknindo, yaitu:
”...If Delivery Date of the Vessel exceeds sixty 60 days without there being Permissable Delays as justification, then Buyer has the option to rescind the
Shipbuilding Contract. In the event of such for this reason then Builder shall repay in full all Payment Installments received from Buyer...” ”...Jika waktu
pengiriman  kapal  melebihi  enampuluh  60  hari  dari  tanggal  yang  telah ditentukan  tanpa  disertai  alasan  penundaan  pengiriman  yang  diterima  oleh
Buyer, maka Buyer berhak untuk membatalkan Kontrak Pembuatan Kapal ini. Dalam keadaan hal tersebut dengan alasan ini maka Builder diharuskan untuk
mengembalikan  seluruh  pembayaran  cicilan  yang  telah  diterima  oleh Builder...”
118
Dalam  klausula  ini  disebutkan  dengan  jelas  apabila  Builder  dalam  hal  ini adalah PT. Sinbat Precast Teknindo melakukan wanprestasi yaitu melakukan
pengiriman barang melebihi tanggal  yang telah ditentukan tanpa alasan  yang dapat  diterima  maka  akibatnya  adalah  pembatalan  kontrak  dari  pihak  Buyer
disertai dengan pengembalian seluruh pembayaran cicilan yang telah diterima. Klausula yang menyebutkan dalam hal terjadi wanprestasi dan akibatnya yang
dilakukan oleh pihak lain selain PT. Sinbat Precast Teknindo: ”...If  Buyer  is  in  default  of  payments  as  to  any  Installment  as  provided  in
paragraph  1a  and  b  of  this  Article,  the  Buyer  shall  pay  interest  on  such
118
Shipbuilding Contract For The Completion Of 01 Unit Of 64M RoPax Catamaran Ferry Hull Nos. 009 Dated This 10
th
Day Of April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia – Builder- And Islands Transport Holdings Pty. Ltd., Australia –Buyer-, Page 12 of 17
Universitas Sumatera Utara
installment from the due date thereof to the date of payment to Builder of the full amount including interest...” ”...Jika Buyer gagal melakukan pembayaran
atas  cicilan  sebagaimana  disebutkan  dalam  Paragraf  1  a  dan  b  Pasal  ini, maka Buyer harus membayar bunga atas cicilan tersebut dihitung dari tanggal
batas waktu pembayarannya dari jumlah keseluruhan termasuk bunga kepada Builder...”
119
Dalam  klausula  ini  disebutkan  dengan  jelas  apabila  terjadi  wanprestasi  dari pihak  selain  PT.  Sinbat  Precast  Teknindo  yaitu  dalam  hal  gagal    melakukan
pembayaran maka akibatnya adalah pembayaran bunga. Dalam  konteks  prestasi  dan  wanprestasi  ini  terdapat  pengecualian  yaitu
adanya  istilah  force  majeure.  Force  majeure  adalah  suatu  keadaan  yang terjadi di luar kendali salah satu pihak. Oleh karena adanya keadaan memaksa
yang berada di luar kendali tersebut maka akan membebaskan pihak tertentu untuk  melakukan  pemenuhan  atas  prestasinya.  Demikian  dalam  kontrak-
kontrak  di  PT.  Sinbat  Precast  Teknindo  juga  disebutkan  dengan  jelas  dalam klausula, salah satunya yaitu:
”...Article  VII  –  Force  Majeure.  The  following  shall  be  deemed  to  be  force majeure  conditions  for  purposes  of  this  Contract.  Acts  of  God,  war,  riots  or
insurrcetion, requirements of civil or military authorities, civil unrest, strikes, blockades,  embargoes,  lockouts,  earthquakes,  floods,  fires  and  any  cause
whether or not of a kind previously specified, reasonable to be considered as beyond the control of the Builder....” ”...Pasal VII – Force Majeure. Hal-hal
berikut  ini  dianggap  sebagai  keadaan  force  majeure  dalam  kontrak  ini. Kehendak
Tuhan, perang,
riot atau
ketidaktentuan, keputusan
militerpemerintah,  keresahan  penduduk,  mogok,  blokade,  embargo,  lockout,
119
Contract  Agreement  For  One  Unit  12-Metre  OPL  Patrol  Launch  And  Seven  Units  15- Metre OPL Patrol Launch, Dated 30
th
June 2006, Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia – Builder- And Eng Hup Shipping Pte. Ltd. –Buyer-, Page 16 of 21
Universitas Sumatera Utara
gempa, banjir dan sebab-sebab lain yang belum disebutkan sebelumnya yang dianggap berada di luar kendali Builder...”
120
Dalam  klausula  ini  jelas  disebutkan  adanya  keterangan  mengenai  force majeure dan akibatnya apabila hal ini terjadi.
D. Kontrak Internasional