barang bergerak berwujud dari tangan ke tangan maka tidak perlu akta notaris. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1682 juncto
Pasal 1687 KUH Perdata.
c Dipersyaratkan untuk kontrak atas barang-barang tertentu. Selain
untuk kontrak-kontrak tertentu, undang-undang juga mensyaratkan kontrak tertulis untuk barang-barang tertentu. Contoh kontrak yang
bertalian dengan pengalihan tanah.
d Dipersyaratkan karena kebutuhan praktek. Walaupun dalam banyak
hal, undang-undang tidak mensyaratkan bahwa suatu kontrak harus dibuat tertulis, tetapi kebutuhan praktek ternyata menyatakan lain.
Hal ini dibuat dengan maksud: a
Untuk kepentingan pembuktian; b
Untuk kepentingan kepastian hukum; c
Untuk kontrak-kontrak yang canggih dianggap tidak pantas jika hanya dilakukan secara lisan.
2 Syarat Pembuatan Kontrak di hadapan pejabat tertentu
Selain dari syarat tertulis terhadap kontrak-kontrak tertentu, untuk kontrak- kontrak tertentu dipersyaratkan pula bahwa kontrak tertulis harus dibuat olehdi
hadapan pejabat tertentu dengan ancaman batal. Contoh: hibah harus dibuat di hadapan notaris Pasal 1682 KUH Perdata atau jual beli tanah harus dibuat di
hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah sesuai dengan undang-undang pertanahan.
3 Syarat mendapat ijin dari pejabat yang berwenang. Terhadap kontrak tertentu campur tangan pihak ketiga diperlukan dalam bentuk
keharusan mendapatkan ijin. Misal kontrak peralihan objek tertentu, seperti kontrak peralihan hak guna usaha atau kontrak peralihan penguasaan hutan,
dalam hal ini diperlukan ijin dari pejabat yang berwenang untuk itu.
C. Prestasi Dan Wanprestasi Dalam Hukum Kontrak Indonesia
Universitas Sumatera Utara
1. Pengertian Prestasi
Prestasi dalam kontrak adalah sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang ada dalam suatu kontrak oleh pihak yang mengikatkan dirinya dalam kontrak tersebut.
95
Prestasi ini ketentuannya bisa dilihat dalam Pasal 1234 KUH Perdata yaitu: ”Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu,
atau untuk tidak berbuat sesuatu.” 2.
Pengertian Wanprestasi Sementara itu yang dimaksud dengan wanprestasi default, non-fullfilment, atau
breach of contract adalah tidak dilaksanakannya kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti
dalam kontrak.
96
Berbeda dengan hukum pidana atau hukum tentang perbuatan melawan hukum, kontrak ini tidak begitu membedakan apakah suatu kontrak tidak dilaksanakan karena
adanya unsur kesalahan atau tidak, akibat umumnya tetap sama yaitu pemberian ganti rugi dengan perhitungan tertentu Pasal 1243 KUH Perdata, pembatalan perjanjian
disertai dengan penggantian kerugian Pasal 1267 KUH Perdata, peralihan resiko sejak terjadinya wanprestasi Pasal 1237 ayat 2 KUH Perdata dan pembayaran
biaya perkara pengadilan apabila diperkarakan di muka hakim Pasal 181 ayat 1 HIR. Hal-hal tersebut ada pengecualiannya yaitu adanya alasan force majeure
keadaan memaksa yang umumnya membebaskan pihak yang tidak memenuhi prestasi tersebut. Selain itu apabila satu pihak tidak melaksanakan prestasinya dalam
95
Munir Fuady, op.cit., hlm. 87
96
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kontrak, pada umumnya tidak dengan sendirinya dia telah melakukan wanprestasi. Apabila tidak ditentukan dalam kontrak atau undang-undang maka wanprestasinya
debitur akan resmi terjadi setelah dia debitur dinyatakan lalai oleh pihak kreditur ingebrekestelling yaitu dengan dikeluarkannya ”akta lalai” oleh pihak kreditur.
97
Akta lalai adalah tulisan yang dibuat dengan sengaja untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dalam hal ini adanya kelalaian dan ditandatangani oleh
pembuatnya.
98
Ketentuan ini bisa dilihat dalam Pasal 1238 KUH Perdata yaitu: ”Si berutang adalah lalai apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah
akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa siberutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan.”
Dalam sistim hukum Indonesia akta lalai ini tidak diperlukan dalam hal tertentu
yaitu:
99
1. Jika dalam persetujuan ditentukan termin waktu;
2. Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi;
3. Debitur keliru memenuhi prestasi;
4. Ditentukan dalam undang-undang bahwa wanprestasi terjadi demi hukum
misal dalam Pasal 1626 KUH Perdata; 5.
Jika debitur mengakui atau memberitahukan bahwa dia dalam keadaan wanprestasi.
Wujud-wujud wanprestasi menurut J. Satrio adalah sebagai berikut: a.
Sama sekali tidak melakukan prestasi. Dalam hal ini prestasi sama sekali tidak dilakukan yang disebabkan tidak mau berprestasi sama
sekali atau bisa disebabkan karena memang secara obyektif tidak mungkin melakukan prestasi lagi atau secara subyektif tidak ada
gunanya lagi untuk berprestasi
97
Ibid., hlm. 88
98
Kamus Hukum http:www.pn-cibinong.go.iduploadsfileKamus_Hukum.pdf, diakses tanggal 2 September 2010
99
Ibid., hlm. 89
Universitas Sumatera Utara
b. Keliru melakukan prestasi. Dalam fikirannya telah memberikan
prestasi tetapi dalam kenyataannya yang diterima oleh pihak satunya lain daripada yang diperjanjikan
c. Terlambat melakukan prestasi. Prestasi dilakukan dan obyek
prestasinya betul akan tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan.
100
Dalam menjalankan kontrak ada istilah yang disebut sebagai terminasi kontrak, restorasi kontrak, reformasi kontrak dan resisi kontrak. Di bawah ini keterangan
mengenai hal-hal tersebut:
1 Terminasi Pemutusan suatu kontrak
a Ketentuan dalam kontrak tentang terminasi pemutusan. Ada berbagai pengaturan tentang pemutusan kontrak yaitu:
101
1 Penyebutan alasan pemutusan kontrak. Biasanya dalam kontrak disebutkan secara terperinci alasan-alasan sehingga salah satu pihak
atau kedua belah pihak dapat memutuskan kontrak. 2 Kontrak diputus dengan kesepakatan kedua belah pihak. Kadang-
kadang dalam kontrak disebutkan bahwa suatu kontrak dapat diputuskan jika disetujui oleh kedua belah pihak.
3 Pengenyampingan Pasal 1266 KUH Perdata. Seringkali dalam kontrak disebutkan bahwa jika ingin memutuskan kontrak maka tidak perlu
melalui jalur pengadilan, tetapi dapat diputuskan langsung oleh para pihak.
Dengan ini Pasal 1266 KUH Perdata harus tegas dikesampingkan berlakunya, sebab menurut pasal ini pemutusan harus melalui
pengadilan. Pasal ini menerangkan bahwa secara hukum wanprestasi
100
J. Satrio, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1999, hlm. 122
101
Munir Fuady, op.cit., hlm. 93
Universitas Sumatera Utara
dianggap sebagai syarat batal dalam suatu perjanjian sehingga pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut pembatalannya melalui
pengadilan baik karena wanprestasi itu dicantumkan dalam perjanjian maupun tidak. Jika syarat batal tidak dicantumkan dalam perjanjian
hakim dapat memberikan kesempatan kepada pihak yang wanprestasi untuk tetap memenuhi perjanjian dengan memberikan tenggang waktu
yang tidak lebih dari satu bulan.
102
4 Tata cara pemutusan kontrak. Disamping lewat pengadilan biasanya ditentukan juga prosedur pemutusan kontrak oleh para pihak tersebut.
Misal dengan adanya peringatan.
b Ketentuan Pasal 1338 ayat 2 KUH Perdata. Apakah suatu kontrak yang telah ditandatangani secara sah dapat
dibatalkanditarik kembali? Hal ini yang akan dijawab dalam Pasal 1338 Ayat 2 KUH Perdata yang berbunyi:
”Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-
undang dinyatakan cukup untuk itu.”
Pada prinsipnya pasal ini tidak memperkenankan ditariknya kembali suatu kontrak kecuali dengan syarat-syarat tertentu yaitu:
1 Kontrak tersebut harus dibuat secara sah sebab jika tidak dipenuhi
batal atau pembatalan dapat dilakukan; 2
Dibatalkan berdasarkan alasan-alasan yang disebutkan undang- undang;
3 Dibatalkan berdasarkan kesepakatan semua pihak dalam kontrak
tersebut.
103
102
Ahmadi Miru, Sakka Pati, op.cit., hlm.29
103
Hasanuddin Rahman, op.cit., hlm. 17
Universitas Sumatera Utara
2 Pengenyampingan Pasal 1266 KUH Perdata.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, dalam pasal ini memberikan intervensi yang besar dari pengadilan dalam hal pemutusan suatu kontrak. Pasal ini pada
intinya menyebutkan bahwa dengan alasan salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya maka pihak lainnya dapat membatalkan kontrak
akan tetapi pembatalan tersebut tidak boleh dilakukan begitu saja melainkan harus melalui pengadilan.
104
Oleh karena itu tidak mengherankan jika dalam praktek sering ada ketentuan yang mengenyampingkan pasal tersebut yang
berarti bahwa kontrak tersebut dapat diputuskan sendiri oleh salah satu pihak tanpa campur tangan pengadilan berdasarkan prinsip exceptio non adimpleti
contractus
105
, jika pihak lainnya melakukan wanprestasi. Demikian dalam kontrak-kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo ini,
pengenyampingan Pasal 1266 KUH Perdata ini tidak disebutkan dalam klausula kontrak. Hal ini dikarenakan bahwa pemutusan atau pembatalan
kontrak hanya dilakukan dengan persetujuan kedua belah pihak terlepas dari campur tangan pengadilan. Pembatalan kontrak bisa dilakukan salah satu
pihak apabila pihak lain melakukan wanprestasi. Dan disebutkan dengan jelas
104
Munir Fuady, op.cit., hlm. 96
105
Exceptio non adimpleti contractus: http:rgs-istilah-hukum.blogspot.com200909asas- exceptio-non-adimpleti-contractus.html, Definisi exceptio non adimpleti contractus adalah tangkisan
bahwa pihak lawan dalam keadaan lalai juga, maka dengan demikian tidak dapat menuntut adanya pemenuhan prestasi - http:www.pn-cibinong.go.iduploadsfileKamus_Hukum.pdf, diakses tanggal 2
September 2010
Universitas Sumatera Utara
bahwa salah satu akibat wanprestasi adalah dibatalkannya kontrak dan pembatalan ini tanpa melalui pengadilan.
3 Syarat restorasi dalam terminasi kontrak
Restorasi adalah kewajiban dari pihak yang dirugikan untuk mengembalikan manfaat dari prestasi yang sekiranya telah dilakukan oleh pihak yang
melakukan wanprestasi tersebut. Bentuk-bentuk restorasi adalah sebagai berikut:
1 Pengembalian benda secara fisik.
2 Pembayaran kompensasi
106
4 Akibat terminasi kontrak.
Dengan adanya terminasi suatu kontrak akan berlaku beberapa akibat hukum yaitu:
107
a Timbulnya kewajiban melakukan restorasi
b Berlaku secara ex tunc
108
atau ex nunc
109
. Ketika diputuskan suatu kontrak apakah dengan demikian keadaan dikembalikan seperti sebelum kontrak
dilakukan ex tunc yakni yang mempunyai efek yang retrospektif atau hanya membebaskan para pihak untuk melaksanakan kewajibannya untuk
masa setelah wanprestasi sementara apa yang dilakukan sebelum
106
Munir Fuady, op.cit., hlm. 102
107
Ibid.
108
Ex Tunc: Ex tunc adalah perbuatan dan akibatnya dianggap tidak pernah ada http:www.kamushukum.comprosadv.php, diakses tanggal 2 September 2010
109
Ex Nunc: Ex nunc adalah perbuatan dan akibatnya dianggap ada sampai saat pembatalannya http:www.kamushukum.comprosadv.php, diakses tanggal 2 september 2010
Universitas Sumatera Utara
wanprestasi tetap dianggap sah yang disebut sebagai mempunyai efek ex nunc yaitu mempunyai efek yang prospektif.
c Akibat terhadap hak untuk mendapatkan ganti rugi.
5 Resisi terhadap kontrak.
Yang dimaksud dengan resisi adalah pembatalan suatu kontrak sehingga menjadi status quo dalam keadaan diam atau tidak bisa dilakukan apa-apa.
110
Resisi dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut: a
Jika kontrak dibuat oleh orang yang tidak cakap untuk berbuat. b
Jika terjadi cacat hukum dalam kata sepakat yaitu dalam hal adanya: a
Paksaan b
Kesalahan c
Penipuan Dalam hal resisi kontrak dapat dibatalkan artinya kontrak batal jika
dimintakan batal, jika tidak maka akan tetap sah. Selain resisi ada juga istilah nullity yang menyebabkan kontrak ”batal demi hukum” yaitu batal dengan
sendirinya tanpa dimintakan oleh pihak manapun. Nullity terjadi karena: a
Hal tertentu yang merupakan objek tidak jelas b
Kontrak dibuat dengan kausa yang tidak diperbolehkan c
Kontrak dibuat bertentangan dengan moral, ketertiban umum atau kebiasaan.
6. Reformasi Kontrak
110
Munir Fuady op.cit., hlm. 109
Universitas Sumatera Utara
Reformasi adalah mengubah bahasa dalam kontrak sehingga sesuai dengan maksud para pihak. Dengan demikian jika dengan resisi dimaksudkan untuk
membatalkan kontrak, sementara reformasi lebih dimaksudkan untuk mempertahankan kontrak.
111
Landasan berlakunya reformasi adalah kesalahan dari perumus kontrak. Dalam hal ini sudah semestinya kontrak diperbaiki agar
sesuai dengan kehendak para pihak.
3. Force Majeure
Klausula Force majeure adalah klausula yang berisi antisipasi yang diambil oleh para pihak terhadap kejadian yang mungkin timbul dimasa yang akan datang
yang akan berakibat langsung terhadap perjanjian. Kejadian ini merupakan kejadian yang berada di luar kendali para pihak, dimana pihak yang tidak bisa
melaksanakan perjanjian itu harus bisa membuktikan bahwa kejadian itu berada di luar kendalinya dan telah ada usaha untuk melakukan penyelamatan atau telah
melakukan langkah-langkah untuk menghindari akibat yang timbul dari kejadian tersebut.
112
Dalam KUH Perdata ada beberapa pasal yang digunakan sebagai pedoman adanya force majeure:
111
Munir Fuady, op.cit., hlm. 111
112
Definisi Force Majeure menurut H. Dodik Setiawan Nur Heriyanto, SH. MH. dalam MK Penyusunan Kontrak;
http:pusdiklat.law.uii.ac.idindex2.php?option=com_docmantask=doc_viewgid=13Itemid=52, diakses tanggal 2 September 2010
Universitas Sumatera Utara
a. Pasal 1244 KUH Perdata tentang ganti rugi harus diberikan apabila pihak yang berwanprestasi tidak dapat membuktikan bahwa wanprestasi
disebabkan oleh hal-hal yang berada di luar kendali. b. Pasal 1245 KUH Perdata yang intinya ganti rugi dan bunga tidak diberikan
apabila wanprestasi disebabkan oleh keadaan memaksa ketidaksengajaan c. Pasal 1545 KUH Perdata tentang jika barang yang sudah diperjanjikan
musnah di luar salah pemiliknya maka perjanjian dianggap gugur. d. Pasal 1553 KUH Perdata tentang jika barang yang telah disewakan musnah
karena kejadian yang tidak disengaja maka persetujuan sewa menyewa tersebut gugur demi hukum.
Dari rumusan pasal-pasal di atas maka setidaknya terdapat 3 unsur yang harus dipenuhi untuk memenuhi kriteria force majeure ini:
a. Tidak terpenuhinya prestasi;
b. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan yang bersangkutan; dan
c. Faktor penyebab tidak terduga sebelumnya dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Kesimpulannya force majeure merupakan peristiwa yang tidak terduga yang
terjadi di luar kesalahan debitur setelah penutupan kontrak yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya, sebelum ia dinyatakan lalai dan karenanya tidak dapat
dipersalahkan serta tidak menanggung resiko atas kejadian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana dipahami bahwa dengan adanya force majeure akan berkaitan dengan resiko tanggung gugat bagi para pihak.
113
Menurut Munir Fuady force majeure dapat dibedakan menjadi: a.
Force majeure yang objektif yaitu force majeure yang terjadi atas benda yang merupakan objek kontrak tersebut.
b. Force majeure yang subjektif yaitu force majeure yang terjadi dalam
hubungannya dengan perbuatan atau kemampuan debitur itu sendiri. Misal debitur sakit berat sehingga tidak mungkin berprestasi lagi.
114
Demikian dalam kontrak pada PT. Sinbat Precast Teknindo, disebutkan dengan jelas klausula force majeure ini. Klausula ini dapat dilihat pada
Shipbuilding Contract For The Completion Of 01 Unit Of 64M RoPax Catamaran Ferry Hull Nos. 009 Dated This 10
th
Day Of April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Builder- And Islands Transport Holdings Pty. Ltd.,
Australia –Buyer-, Page 12 of 17.
115
4. Prestasi dan Wanprestasi Dalam Kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo.
Berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan terhadap kontrak-kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo ini, dalam masing-masing kontrak disebutkan dengan
113
Menurut Subekti, yang dimaksud resiko adalah kewajiban untuk memikul beban kerugian apabila terjadi peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksud dalam
perjanjian atau menghalangi pelaksanaan prestasi Subekti-II op..cit.,hlm.144. Sedangkan menurut Mariam Darus Badrulzaman, resiko adalah ajaran tentang siapakah yang harus menanggung ganti rugi
apabila debitor tidak memenuhi prestasi dalam keadaan force majeure Mariam Darus Badrulzaman, op.cit., hlm. 39
114
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori Dan Praktek, Buku kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hlm. 115
115
Dalam klausula ini disebutkan kondisi-kondisi force majeure antara lain: gempa, perang, embargo, keputusan dari pemerintah atau militer, gempa, huru-hara, mogok, keresahan dan
ketidakmenentuan keadaan masyarakat, kebakaran disebabkan oleh alam, dan kejadian-kejadian lain yang berada di luar kendali para pihak.
Universitas Sumatera Utara
jelas dalam klausula-klausula hal-hal yang menjelaskan prestasi dan wanprestasi dan akibat-akibatanya.
a. Prestasi Dalam Kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, prestasi yaitu sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang ada dalam kontrak oleh pihak-pihak yang mengikatkan dirinya dalam kontrak
tersebut. Lebih jelasnya disebutkan dalam Pasal 1234 KUH Perdata yang intinya ”tiap-tiap perikatan adalah memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”. Demikian dalam kontrak-kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo, disebutkan dengan jelas prestasi dari masing-
masing pihak, seperti dalam kutipan salah satu klausula dalam kontrak tersebut:
”...The main job are to replace the entire main deck with 12mm thickness 8’X30’ marine plate with cert, weight 2100 kgpc, totalling to 42 pieces with
estimated total weight of 88.2 metric tons...” ”...Pekerjaan pokok dalam kontrak ini adalah untuk mengganti keseluruhan dek utama dengan papan baja
marine yang tebalnya 12mm dan berukuran 8’X30”, per buah beratnya 2100 kg, total 42 buah dengan perkiraan berat keseluruhan 88.2 ton...”
”...The secondary job is to replace the entire side board with 10mm thickness 6’X30’ marine plate with cert, weight 1313kgpc, totalling to 16 pieces with
an estimated total weight of 21.008 metric tons...” ”...Pekerjaan kedua adalah untuk mengganti seluruh sisi kapal dengan papan baja marine yang tebalnya
10mm dan berukuran 6’X30’, yang beratnya 1313 kg per buah, total 16 buah dengan perkiraan berat keseluruhan adalah 21.008 ton...”
116
Dalam klausula di atas, dengan jelas disebutkan prestasi yang harus dilakukan oleh PT. Sinbat Precast Teknindo yaitu untuk mengganti dek utama dan sisi
116
Contract For The Repair Of 01 Unit Of Barge NL 1805 Dated 13
th
Day Of January 2009 Between PT Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Shipyard- And PT. Bahtera Dira Adiguna –Owner-
Page 3 of 10
Universitas Sumatera Utara
kapal dengan papan baja marine sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak. Berikutnya adalah kutipan salah satu klausula yang menyebutkan prestasi
yang harus dipenuhi oleh pihak lain selain PT. Sinbat Precast Teknindo: ”...The Owner shall take possession of the Vessel immediately on acceptance
thereof and shall remove Vessel from Shipyard within one 1 day after delivery and acceptance is effected. If the Owner does not remove the Vessel
from the Shipyard within one 1 day, then in such event the Owner shall pay to the Shipyard for the mooring andor wharfage of the Vessel...” ”...Owner
harus mengambil alih kapal secepatnya setelah diterima kapal tersebut dan memindahkan kapal dari area Shipyard dalam jangka waktu satu 1 hari sejak
proses pengiriman dan penerimaan dilakukan. Jika Owner tidak memindahkan kapal dari area Shipyard dalam jangka waktu satu 1 hari, maka dalam
kejadian hal tersebut, Owner diharuskan membayar biaya penambatan dan biaya bongkar muat kapal kepada Shipyard...”
117
Dalam klausula di sini jelas disebutkan prestasi yang harus dilakukan oleh pihak lain selain PT. Sinbat Precast Teknindo yaitu untuk memindahkan
kapal yang selesai pengerjaannya dalam tenggang waktu tertentu, dilanjutkan dengan keterangan apa yang akan terjadi apabila prestasi tersebut gagal
dilakukan. b.
Wanprestasi dalam Kontrak Di PT. Sinbat Precast Teknindo Seperti
telah dijelaskan
sebelumnya, wanprestasi
adalah tidak
dilaksanakannya kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti dalam kontrak. Berhubungan
dengan penelitian ini, tentu saja tidak disebutkan jenis-jenis wanprestasi dalam kontrak, akan tetapi lebih mengacu pada akibat apabila tidak
117
Contract For The Repair Of 01 Unit Of Barge NL 1805 Dated 13
th
Day Of January 2009 Between PT Sinbat Precast Teknindo, Indonesia –Shipyard- And PT. Bahtera Dira Adiguna –Owner-
Page 6 of 10
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakannya prestasi. Akibat umum dari wanprestasi adalah pemberian ganti rugi dengan perhitungan tertentu, pembatalan perjanjian disertai dengan
penggantian kerugian, peralihan resiko dan pembayaran biaya perkara peradilan. Demikian dalam klausula salah satu kontrak menyebutkan tentang
akibat apabila terjadi wanprestasi jika dilakukan oleh PT. Sinbat Precast Teknindo, yaitu:
”...If Delivery Date of the Vessel exceeds sixty 60 days without there being Permissable Delays as justification, then Buyer has the option to rescind the
Shipbuilding Contract. In the event of such for this reason then Builder shall repay in full all Payment Installments received from Buyer...” ”...Jika waktu
pengiriman kapal melebihi enampuluh 60 hari dari tanggal yang telah ditentukan tanpa disertai alasan penundaan pengiriman yang diterima oleh
Buyer, maka Buyer berhak untuk membatalkan Kontrak Pembuatan Kapal ini. Dalam keadaan hal tersebut dengan alasan ini maka Builder diharuskan untuk
mengembalikan seluruh pembayaran cicilan yang telah diterima oleh Builder...”
118
Dalam klausula ini disebutkan dengan jelas apabila Builder dalam hal ini adalah PT. Sinbat Precast Teknindo melakukan wanprestasi yaitu melakukan
pengiriman barang melebihi tanggal yang telah ditentukan tanpa alasan yang dapat diterima maka akibatnya adalah pembatalan kontrak dari pihak Buyer
disertai dengan pengembalian seluruh pembayaran cicilan yang telah diterima. Klausula yang menyebutkan dalam hal terjadi wanprestasi dan akibatnya yang
dilakukan oleh pihak lain selain PT. Sinbat Precast Teknindo: ”...If Buyer is in default of payments as to any Installment as provided in
paragraph 1a and b of this Article, the Buyer shall pay interest on such
118
Shipbuilding Contract For The Completion Of 01 Unit Of 64M RoPax Catamaran Ferry Hull Nos. 009 Dated This 10
th
Day Of April 2007 Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia – Builder- And Islands Transport Holdings Pty. Ltd., Australia –Buyer-, Page 12 of 17
Universitas Sumatera Utara
installment from the due date thereof to the date of payment to Builder of the full amount including interest...” ”...Jika Buyer gagal melakukan pembayaran
atas cicilan sebagaimana disebutkan dalam Paragraf 1 a dan b Pasal ini, maka Buyer harus membayar bunga atas cicilan tersebut dihitung dari tanggal
batas waktu pembayarannya dari jumlah keseluruhan termasuk bunga kepada Builder...”
119
Dalam klausula ini disebutkan dengan jelas apabila terjadi wanprestasi dari pihak selain PT. Sinbat Precast Teknindo yaitu dalam hal gagal melakukan
pembayaran maka akibatnya adalah pembayaran bunga. Dalam konteks prestasi dan wanprestasi ini terdapat pengecualian yaitu
adanya istilah force majeure. Force majeure adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kendali salah satu pihak. Oleh karena adanya keadaan memaksa
yang berada di luar kendali tersebut maka akan membebaskan pihak tertentu untuk melakukan pemenuhan atas prestasinya. Demikian dalam kontrak-
kontrak di PT. Sinbat Precast Teknindo juga disebutkan dengan jelas dalam klausula, salah satunya yaitu:
”...Article VII – Force Majeure. The following shall be deemed to be force majeure conditions for purposes of this Contract. Acts of God, war, riots or
insurrcetion, requirements of civil or military authorities, civil unrest, strikes, blockades, embargoes, lockouts, earthquakes, floods, fires and any cause
whether or not of a kind previously specified, reasonable to be considered as beyond the control of the Builder....” ”...Pasal VII – Force Majeure. Hal-hal
berikut ini dianggap sebagai keadaan force majeure dalam kontrak ini. Kehendak
Tuhan, perang,
riot atau
ketidaktentuan, keputusan
militerpemerintah, keresahan penduduk, mogok, blokade, embargo, lockout,
119
Contract Agreement For One Unit 12-Metre OPL Patrol Launch And Seven Units 15- Metre OPL Patrol Launch, Dated 30
th
June 2006, Between PT. Sinbat Precast Teknindo, Indonesia – Builder- And Eng Hup Shipping Pte. Ltd. –Buyer-, Page 16 of 21
Universitas Sumatera Utara
gempa, banjir dan sebab-sebab lain yang belum disebutkan sebelumnya yang dianggap berada di luar kendali Builder...”
120
Dalam klausula ini jelas disebutkan adanya keterangan mengenai force majeure dan akibatnya apabila hal ini terjadi.
D. Kontrak Internasional