3. Profesionalisme; Kegiatan pembangunan di Kota Tangerang harus didukung oleh aparat pemerintah yang profesional dan senantiasa memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat Kota Tangerang, dengan didasari prinsip-prinsip good governance
. 4. Akhlakul Karimah; Aparat Pemerintah Kota Tangerang diharapkan dapat
melaksanakan tugas kepemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan ketulusan hati. Dengan demikian pelaksanaan tugas sehari-hari dapat
menjadi sarana di dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta upaya untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
66
B. Latar Belakang Lahirnya Perda Kota Tangerang No.8 Tahun 2005 tentang
Pelarangan Pelacuran
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia dengan karakteristik sosial dan budaya yang khas. Nilai-nilai ajaran,
dan budaya Islam dalam norma kehidupan sosial cukup berpengaruh dalam kebiasaan dan landasan moral masyarakat, sehingga seringkali dijadikan standard dalam menilai
suatu perilaku masyarakat, yang benar-salah, baik-buruk, dan pantas-tidak pantas. Pelacuran merupakan salah satu perbuatan yang sangat tidak pantas dan merupakan
perilaku yang salah dan sangat buruk sekali dalam masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Islam.
66
Bapeda Badan Pemerintahan Daerah Kota Tangerang, Penyusunan Profil Daerah Kota Tangerang
, h.II-4 dan 5.
Membicarakan masalah Pelacuran kini, tidak hanya sebuah gejala individual akan tetapi sudah menjadi gejala sosial dari penyimpangan seksualitas
yang normal dan juga agama. Karena pelacuran bukan hanya memiliki dampak terhadap individu-individu pelaku dan pemakai jasa ini secara personal, akan tetapi
juga memiliki dampak terhadap masyarakat umum, yang akhirnya berhubungan pada masalah hukum. Pelacuran yang akhir-akhir ini telah menimbulkan masalah yang
mengganggu kondisi ketertiban dan keamanan masyarakat, seperti beredarnya obat- obatan terlarang, merusak sendi-sendi rumah tangga, serta menularnya berbagai
macam penyakit. Menyadari akan bahaya dan dampak dari pelacuran bagi manusia
khususnya generasi bangsa bila dibiarkan, maka tatanan pengaturan dan pengawasan terhadap pelacuran memang sangat diperlukan. Hal inilah yang disadari oleh
Pemerintah Kota Tangerang. Perda merupakan sebuah instrumen regulasi yang hadir ditengah sebuah
komunitas. Sebuah perda lahir karena dorongan inisiatif pemerintahan dan tekanan masyarakat setempat yang disampaikan melalui musyawarah bersama aparat
pemerintah dan pejabat setiap kecamatan dalam bentuk usulan suatu peraturan tentang pelarangan pelacuran. Yang dianggap Perlu untuk diregulasi demi
kesejahteraan dan keamanan masyarakat Kota Tangerang. Dan tepatnya pada tanggal 18 Nopember 2005 dalam usia ke-13, Pemerintah Kota Tangerang menetapkan
peraturan mengenai hal tersebut yaitu Perda Kota Tangerang No.8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran.
Menurut Ramdan Lubis
67
Bagian Hukum dan Perundang-Undangan, Peraturan Daerah Kota Tangerang ini lahir karena Tangerang merupakan wilayah
penyangga Ibu Kota dan berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta, tidak munutup kemungkinan Budaya-budaya di Ibu kota masuk ke Tangerang termasuk
Prostitusi, timbullah usulan masyarakat tangerang termasuk atas usulan Walikota untuk mengatur masalah pelacuran, karena dalam Hukum Pidana hanya mengatur dan
memeberikan sanksi pidana terhadap germo dan mucikari, Untuk mengatur Pelacuran yang ada di Kota Tangerang dengan membuat perda Kota Tangerang No 8 Tahun
2005 tentang pelarangan pelacuran yang bertujuan untuk mencegah prostitusi masuk ke Tangerang dan mengatur prostitusi yang sudah ada meliputi; pelaku pelacuran,
germo dan tempat yang terjadi adanya prostitusi. Dengan misi Kota Tangerang masyarakat yang berakhlakul karimah.
68
Sebagai landasan hukum dalam penetapan Perda Kota Tangerang No. 8 Tahun 2005 tentang Pelarangan Pelacuran adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial LNRI Tahun 1974 Nomor 53 Tambahan LNRI Nomor
3039 2. UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP LNRI Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan LNRI Nomor 3209
67
Wawancara pribadi dengan Ramdan Lubis, Tangerang, 21 Agustus 2008.
68
Wawancara Pribadi dengan Ramdan Lubis, Tangerang, 21 Agustus 2008.
3. UU No 2 Tahun 1993 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang LNRI Tahun 1993 Nomor 18, Tambahan LNRI nomor 3518
4. UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan LNRI Tahun 2004 No 53 Tambahan LNRI 4389
5. UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah LNRI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LNRI Nomor 4437;
6. PP No 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP LNRI Tahun 1983 No 36 7. PP No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom LNRI Tahun 2000 No 54, Tambahan LNRI Nomor 3952
8. PP No 18 Tahun 2000 tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2000 Nomor 4 seri C
C. Seputar materi Perda Kota Tangerang No. 8 Tahun 2005 tentang