untuk tujuan keagamaan karena adanya keyakinan bahwa perempuan perlu dilahirkan kembali sebagai pria dengan menjalani Salvation penyelamatan diri
36
Selain Pelacuran yang dimotivasi oleh unsur keagamaan juga terdapat pelacuran yang dipicu oleh unsur non keagamaan. Di Indonesia sendiri secara umum
dilakukan karena non keagamaan yang terdapat dimana-mana. Entah itu diorganisir oleh suatu kelompok atau dilakukan secara individual.
37
Bahkan, pada masa-masa krisis ekonomi seperti sekarang ini, prostitusi semakin hari semakin meningkat.
Dengan sejarah panjang, pelacuran telah dikenal sejak nenek moyang bangsa Indonesia. Walaupun dengan bentuk yang berbeda-beda baik mulai dari tari-tarian,
sawer, selir, ataupun dalam bentuk lain, namun semuanya mengarah pada satu bentuk pelacuran.
1. Masa Kerajaan
Pelacuran di Indonesia tidak terlepas dari sejarah peradaban bangsa Indonesia sendiri. Menurut banyak sumber pelacuran di Indonesia telah terjadi
sebelum zaman kerajaan Majapahit. Perdagangan perempuan saat ini merupakan pelengkap dari sistem kerajaan, kekuasaan raja tidak terbatas hanya sekedar
menguasai pemerintahan, tapi juga menguasai segalanya termasuk tanah dan segala isinya beserta rakyatnya hamba.
38
36
Lihat di Marzuki Umar Sa’abah, Seks dan Kita, Jakarta:Gema Insani Press,cet ke-1, h.83
37
Abdul Moqsit Ghozali dkk, Tubuh, Seksualitas, Dan Kedaulatan Perempuan, Jakarta: Rahima, 2002, cet-I, h.212
38
Abu Al-Ghifari, Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern, Bandung: Mujtahid, 2002, cet ke-3, h.99
Menurut penulis
buku Pelacuran
di Indonesia
Sejarah dan
Perkembangannya, Terence H. Hull dan Gavin W.Jones, para doktor kependudukan, serta kandidat doktor Endang Sulistyaningsih, sekarang dosen pascasarjana yang
bekerja di Depnaker, sebagaimana dikutip oleh Panji mas dalam artikelnya wanita publik dari masa ke masa,
yaitu Tradisi menjual atau mempersembahkan wanita untuk imbalan tertentu berlanjut sampai beratus tahun kemudian.
39
Dalam sejarah, nilai perempuan sebagai barang dagangan kata mereka, melekat sejak berdirinya dua
istana pecahan Kerajaan Mataram, 1755, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, yang pengaruhnya bertahan lama di Jawa. Di Jawa Barat daerah itu
adalah Kabupaten Indramayu, Karawang, dan Kuningan. Di Jawa Tengah: Pati, Jepara, Grobogan, dan Wonogiri. Lalu Blitar, Malang, Banyuwangi, dan Lamongan
untuk Jawa Timur.
40
Tidak hanya di Jawa. Di Bali, umpamanya, seorang janda dari kasta bawah, jika tak ada beking kuat keluarganya, otomatis menjadi milik raja. Jika raja
memutuskan tidak mengambilnya untuk lingkungan istana, dia akan dikirimkan ke luar kota untuk menjadi pelacur, dengan catatan, sebagian penghasilannya disetor ke
Istana. Tren ini, bersama dengan perbudakan dan pengabdian seumur hidup, merupakan hal yang biasa dijumpai dalam sistem feodal di seluruh Asia.
39
Panji Mas, Wanita Publik dari masa ke masa, diakses pada tgl 13 agustus dari http:www.hamline.eduapakabarbasisdata199707260018.html
40
Ibid.
Memang,tradisi itu belum mencapai segi komersialisasinya sebagai industri seks dengan sistem germo dan pelacur profesionalnya.
41
2. Masa Penjajahan