Islam Dan Gender GAMBARAN UMUM TENTANG PELACURAN

konvensi ILO yang melarang diskriminasi terhadap perempuan kerja, perdagangan perempuan dan anak perempuan. 59

F. Islam Dan Gender

Islam menawarkan prinsip-prinsip ajaran dasar yang sangat potensial menjanjikan untuk peningkatan kualitas keadilan dan kesetaraan gender. Keadilan dan kesetaraan di depan Allah merupakan ajaran dasar Islam dan menjadi dambaan setiap orang. Namun banyak fakta memperlihatkan bahwa keadilan dan kesetaraan gender belum sepenuhnya dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terutama disebabkan oleh masih kuatnya adat-istiadat, tradisi, dan nilai-nilai sosial budaya yang hidup yang menempatkan kaum laki-laki dan perempuan pada kedudukan dan peran yang berbeda, hirarkis. 60 Dalam hirarki perbedaan ini, ketidaksetaraan menjadi bagian yang kasat mata di mana eksistensi kaum laki-laki selalu lebih diprioritaskan. Disisi lain, bias kesadaran ideologi patriarki, penyelewengan dan ekstremitas pemahaman doktrin dasar agama, dari pijakan teologis keadilan ilahiah yang universal sering menyudutkan kedudukan dan peran perempuan dalam masyarakat. Lebih menyulitkan lagi adalah keyakinan masyarakat umum bahwa pemahaman dan penafsiran pesan keagamaan seperti ini sudah merupakan sesuatu yang bersifat azali, 59 Sulistyowati Irianto, Kebangsaan Indonesia dari Perspektif Perempuan, dari http:cedawui.netindex.php?option=com_contenttask=viewid=184Itemid=60 , diakses pada tanggal 14 Desember 60 Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, Kesetaraan dan Keadilan Gender Jakarta: t.p, 2004, h. 3 suatu ketentuan bawaan dari asal-usul penciptaannya. Akibatnya, bersifat tetap, baku, permanen. Islam hadir dengan misi yang sangat menghormati kaum perempuan dan mengahargai setiap individu bukan atas dasar variabel jenis kelamin. Tetapi fakta ketimpangan berbasis relasi gender sulit terbantahkan dalam realitas kehidupan umat Islam. 61 Sejumlah penelitian mengenai perempuan dan hukum di Indonesia menyimpulkan betapa marginalnya posisi perempuan. Indikasi ini membuktikan secara nyata bahwa ketimpangan gender dalam relasi laki-laki dan perempuan di Indonesia masih sangat kuat. Ketimpangan gender jelas merupakan masalah sosial yang harus diselesaikan secara integratif dengan menganalisis berbagai faktor yang turut serta melanggengkannya, termasuk di dalamnya faktor hukum yang kerapkali mendapatkan pembenaran agama. 62 61 Ibid. 62 Siti Musdah Mulia, Perda Syariat dan Peminggiran Perempuan, artikel diakses pada tanggal 25 Desember 2008 dari http:emaicrp-online.org

BAB III PERDA KOTA TANGERANG NO. 8 TAHUN 2005 TENTANG

PELARANGAN PELACURAN

A. Sekilas tentang Kota Tangerang

Pembangunan Kota Administratif Tangerang secara makro berpijak pada kebijaksanaan pembangunan berdasarkan prioritas tahapan Repelita dimulai sejak Pelita I sampai Pelita V. Selain bertitik tolak dari prioritas tersebut, ada beberapa faktor pendorong dan faktor penarik diantaranya berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 Kota Tangerang ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten, pesatnya pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan dapat memperbaiki kualitas kehidupan, masih banyak tersedianya sumber daya alam sehingga dapat menarik investor yang dapat menyerap lapangan kerja baru. Sedangkan dalam lingkup Jabotabek sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 termasuk wilayah pengembangan Jabotabek yang dipersiapkan untuk mengurangi ledakan penduduk DKI Jakarta, mendorong kegiatan perdagangan dan industri yang berbatasan dengan DKI Jakarta, mengembangkan pusat-pusat pemukiman dan mengusahakan keserasian pembangunan DKI Jakarta dengan daerah yang berbatasan langsung. 63 63 http:WWW.TangerangKota.go.id.view.php?mode=1sort_no=12 diakses pada tgl, 25 Mei 2008