makin marak, baik yang terselubung maupun yang secara terang-terangan. Mulai dari kalangan bawah yang berkeliaran di jalan-jalan raya, sampai yang berpraktek-praktek
di hotel-hotel untuk kalangan elit.. Semua fenomena ini adalah tanggung jawab kita bersama, karena semua ini bukanlah terjadi sendiri namun karena diciptakan oleh
kondisi yang di ciptakan oleh kehidupan manusia. Maka tidak adil jika hanya menyalahkan satu pihak saja.
C. Faktor penyebab terjadinya pelacuran
Setiap pelacur memiliki berbagai alasan untuk menerjuni profesi yang tidak favorit di mata masyarakat umum. Sekali lagi, hidup tidaklah ideal. Profesi apapun
akan dijalani untuk menyambung hidup. Salah satunya adalah menjadi pelacur. Adapun faktor penyebab terjadinya pelacuran yaitu:
1. Faktor ekonomi Karena faktor kemiskinan; adanya pertimbangan-pertimbangan ekonomis
untuk mempertahankan hidupnya, khususnya untuk mendapatkan status sosial yang lebih baik.
48
2. Faktor Kemalasan Diakibatkan oleh faktor psikis dan mental yang rendah, tidak memiliki norma
agama, dan susila menghadapi persaingan hidup. Hanya dengan modal fisik, kecantikan, sehingga dengan mudah mengumpulkan uang.
49
3. Faktor moral atau akhlak
48
Kartini Kartono, Patologi sosial, h.209
49
Reno Bachtiar dan Edy Purnomo, Bisnis Prostitusi Profesi yang menguntungkan, Yogyakarta: Pinus, Cet-1, h.81
Adanya demoralisasi atau rendahnya faktor moral, ketakwaan individu dan masyarakat, serta ketidaktaatan terhadap ajaran agamanya, serta standar
pendidikan dalam keluarga mereka pada umumnya rendah. 4. Faktor Biologis
Adanya nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam kepribadian, yang tidak merasa puas mengadakan relasi seks dengan satu priasuami.
5. Faktor sosiologis Ajakan dari teman-temannya sedaerah yang sudah lebih dahulu terjun ke
dunia pelacuran. Karena faktor pendidikan yang sangat minim, akhirnya mereka dengan mudah kena bujuk dan tipuan dari para calo yang menjanjikan
gaji yang sangat tinggi dan akhirnya dijebloskan ke tempat pelacuran. 6. Faktor Psikologis
Hubungan keluarga yang berantakan, terlalu menekan, dan mengalami penyiksaan seksual dalam keluarga. Serta adanya pengalaman traumatis dan
shock mental misalnya; gagal dalam bercinta atau perkawinan dimadu, ditipu, sehingga muncul kematangan seks yang terlalu dini dan abnormalitas seks.
50
7. Faktor yuridis Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran, serta tidak ada
larangan terhadap orang-orang yang melakukan relasi seks sebelum
50
Kartini Kartono, Patologi Sosial, h.211
pernikahan atau diluar pernikahan, akan tetapi yang dilarang dalam undang- undang adalah mucikari dan germo.
51
D. Dampak dari pelacuran terhadap masyarakat.