Profil Informan .1 Pengrajin DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL INFORMAN

pendidikan negeri yakni 31 unit hanya berbeda sedikit dengan fasilitas swasta yang berjumlah 29 unit. 4.2 Profil Informan 4.2.1 Pengrajin 1. Nama : Idawati Umur : 42 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMA Idawati adalah seorang pengrajin kerawang gayo yang melanjutkan usaha orang tuanya sejak tahun 1990 . Diawali dengan sebuah pelatihan oleh pemerintah di Jakarta pada tahun 1982, pada kesempatan itu ibu Alm Maimunah yang merupakan orang tua dari ibu Idawati diberikan kesempatan untuk melakukan pelatihan keterampilan lebih mendalam tentang menjahit selama 1 bulan di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut dia mengenalkan motif kerawang gayo yang telah ditekuninya sebelum pelatihan itu dilaksanakan, hingga akhirnya dia menjadi tutor bagi rekan-rekannya. Ibu Alm Maimunah juga mengajarkan keterampilannya kepada ibu-ibu atau tetangganya yang ada disekitar tempat tinggalnya. Ibu Idawati sudah mulai menjahit dari ibunya sejak duduk dibangku sekolah dasar hingga setelah lulus sekolah menengah atas beliau melanjutkan usaha ibunya hingga sekarang dia telah memiliki “ Ida Kerawang” yaitu nama usaha bordir kerawang gayo. Alasan ibu Idawati tetap mempertahankan kerawang Universitas Sumatera Utara gayo karena usaha tersebut selama ini merupakan sumber mata pencaharian utama dan merupakan sumber utama penghasilan keluarganya. Pendapatan yang beliau hasilkan yaitu Rp.20.000.000 perbulannya dan beliau bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp.7.500.000 perbulannya, pendapatan beliau juga berdasarkan banyak tidaknya permintaan dari masyarakat dalam memesan kerawang gayo. Usaha ibu Idawati termasuk kedalam usaha home industri, salah satu usaha home industri yang berada di Kecamatan Bebesen. Beliau memiliki 9 pegawai yang merupakan tetangga sekitar yang membantunya dalam menyelesaikan pekerjaan menjahitnya. Dalam proses produksi beliau tidak menentukan jam kerja dalam sehari, proses produksi dikerjakan dirumah pegawai masing-masing sehingga setelah selesai akan diserahkan kepada ibu Idawati. Jadi selain menjahit mereka juga bisa berkebun sehingga waktu yang mereka gunakan untuk usaha ini fleksibel, kecuali pada saat banyaknya pesanan mereka akan memproritaskan untuk menjahit kerawang gayo. Gaji yang diberikan beliau kepada pekerjanya yaitu tergantung kerja dan banyaknya pekerja tersebut menyelesaikan jahitan membordir kerawang gayo mulai dari Rp.500.000 – Rp.1.500.000 dalam sebulan. Berbagai motif kerawang gayo dihasilkan oleh Ibu Idawati, hasil produksi beliau meliputiberbagai produk antara lain tas, gelang, tempat pensil, peci, rok, sajadah hingga gantungan kunci. Selain itu dalam menjalankan usaha Ibu Idawati juga pernah mengalami naik turun usaha yang beliau hadapi, awalnya beliau memproduksi kerawang gayo di desa Simpang Empat tetapi tidak laku kemudian beliau pindah ke desa Bale pajak ikan disana rumah tempat mereka memproduksi kerawang gayo mengalami kebakaran. Sehingga ibu Idawati harus Universitas Sumatera Utara pindah lagi mencari rumah kontrakan yaitu di desa Bale Atu terminal setelah lama disana akhirnya ibu Idawati harus pindah lagi karena terjadi konflik antara TNI dengan GAM. Pada masa itu beliau tidak bisa memproduksi selama setahun karena suasana konflik yang terjadi, setahun kemudian beliau mendirikan kembali usahanya di desa Bebesen hingga saat ini. Home industri yang dikelola ibu Idawati juga pernah mengalami kerugian seperti kesalahan dalam mengerjakan jahitan motif yang sesuai dengan pola yang ada salah dalam menggambarkan pola, salah jahitan border dan kesalahan dalam memotong pakaian. Hal itu dapat membuat kerugian karena harus diganti dengan yang baru, selain itu pembeli yang memesan kerawang gayo terkadang hanya memberikan uang muka sedikit, sedangkan beliau membutuhkan uang yang banyak dalam proses pembuatan pesanan. Serta kurang berkembangnya skill yang yang dimiliki karena semakin langka orang yang memiliki keterampilan dalam menjahit motif kerawang gayo. Jika modal kurang tetapi pesanan banyak maka Ibu Idawati akan meminta uang muka setengah dari harga yang ditentukan dengan pelanggannya, dengan begitu maka akan mengurangi masalah kendala modal yang beliau hadapi. 2. Nama : Kasmawati Umur : 41 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMA Universitas Sumatera Utara Kasmawati adalah seorang pengrajin kerawang gayo yang memiliki 3 orang anak inimemulai usahanya sejak tahun 2009. Awal dia membuka usaha dengan modal sendiri dari keluarganya, awalnya beliau hanya menjahit berdasarkan pesanan saja, kalau tidak ada pesanan maka beliau tidak akan menjahit. Tetapi karena dukungan dari suami beliau mulai menjahit untuk dijual dirumah lambat laun banyak yang membeli dan mulai laku, akhirnya beliau mulai menjahit untuk dijual dirumah. Saat ini rumah tempat beliau memproduksi diberikan nama “Lisma Kerawang” agar pelanggan mudah mengingat rumah tempat beliau memproduksi kerawang gayo. Dalam proses produksi dia di bantu oleh suami dan anaknya serta 5 orang pekerja lainnya, dalam proses produksi ibu Kasmawati tidak menentukan jam kerja tergantung kerja atau banyaknya pesanan. Kerawang gayo yang dihasilkan seperti satu pakaian membutuhkan waktu 2 minggu waktu pembuatan. Beliau juga memberikan upah kepada pekerjanya berdasarkan banyak tidaknya pekerjaan yang dikerjakan, jika banyak yang memesan kerawang gayo akan banyak pekerjaan maka para pekerja akan mendapatkan gaji yang besar. Gaji pekerja ibu Kasmawati berkisar dari Rp.500.000 – Rp.700.000 perbulan, sedangkan keuntungan beliau sendiri dalam sebulan yaitu Rp.4.000.000 dan dari penghasilan sebulannya rata-rata beliau mendapatkan penghasilan yaitu sebesar Rp.11.000.000. Ibu Kasmawati memiliki keunikan atau ciri khas dibandingkan dengan pengrajin yang lain, beliau bisa membuat sulaman bordir kecil dan halus yang tidak semua pengrajin kerawang gayo bisa membuatnya.Dia memasarkan produk- produk kerawang gayonya melalui keluarga-keluarganya yang berada di luar kota seperti Medan, Manado dan Banda Aceh. Hasil produk kerawang gayo yang Universitas Sumatera Utara veliau hasilkan seperti peci, rok pawak, baju, selendang, gelang, kotak pensil dan ampang. Usaha kerawang gayo ini merupakan sumber utama penghasilan keluarga Ibu Kasmawati dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Beliau Melatih pekerja sebaik mungkin agar permintaan pembeli kerawang gayo sesuai dengan yang diharapkan, selain itu jika ada pesanan beliau akan menuliskan apa warna dan motif yang diinginkan pelanggan agar tidak salah dalam pembuatan dan memberikan harga miring kepada pelanggan tetapnya. Produksi kerawang gayo yang dijalankan ibu Kasmawati tidak selamanya berjalan dengan mulus, beliau juga pernah mengalami naik turun dalam usahanya. Pada awalnya ibu Kasmawati belum memiliki tempat usaha, rumah tempat beliau tinggal sangat kecil sehingga sangat terbatas dalam proses produksi. Saat itu beliau menjahit kerawang gayo dengan tempat dan alat seadanya kemudian beliau menitipkan kerawang gayo buatannya ke kios-kios kecil di daerah tempat tinggalnya. Jika kerawang gayo yang beliau titipkan laku dan ada modal tambahan maka beliau akan memproduksi lagi, lambat laun kerawang gayo yang beliau hasilkan mulai digemari dan diminati oleh masyarakat luas. Beliau akhirnya bisa membangun rumah yang lebih besar dengan model ruko dan bisa menjualkan hasil produksinya dirumahnya sendiri, karena selain menjual kerawang gayo beliau juga membuka kios kelontongan yang bisa menambahkan sedikit modal untuk kerawang gayo miliknya. Saat ini jika modal beliau terbatas sedangkan banyak pesanan yang datang maka beliau akan meminta uang muka setengah harga dari harga yang telah ditentukan.Selain itu juga terdapat kendala atau masalah yang dihadapi, seperti modal yang terbatas dan skill pekerja yang belom maksimal. Tidak semua tenaga kerja bisa menjahit semua motif, hanya motif- Universitas Sumatera Utara motif tertentu yang bisa mereka jahit karena ada tingkat kesulitan dalam membordir motif tersebut, sehingga beliau harus turun tangan jika mengenai motif yang sulit. 3. Nama : Kartinah Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMA Kartinah seorang pengrajin yang memulai usahanya pada tahun 1998, saat ini beliau menjalankan usaha kerawang gayo dibantu oleh suami dan 4 pekerja yang merupakan tetangga sekitar tempat tinggalnya. Dalam proses produksi beliau tidak menentukan jam kerja tetapi jika banyak pesanan mereka akan fokus atau memproritaskan menjahit kerawang gayo. Upah yang beliau berikan untuk pegawainya sama dengan pengrajin lain yaitu berdasarkan banyak tidaknya pesanan yang ada. Gaji pekerjanya berkisar dari Rp.500.000- Rp.1.000.000 perbulannya, dengan pendapatan yang beliau peroleh dari menjual kerawang gayo dalam satu bulan yaitu sebesar Rp.14.000.000 sedangkan keuntungan yang beliau dapat dari produksi kerawang gayo perbulannya yaitu Rp.5.000.000. Dalam menjalankan usahanya ibu Kartinah memiliki toko yang berada di dekat rumahnya,toko tersebut dekat dengan persimpangan jalan yang memudahkan beliau dalam memasarkan produk kerawang gayo.Produk-produk yang beliau jual tidak sebanyak pengrajin lain, produk yang beliau hasilkan seperti topi, celana, Universitas Sumatera Utara baju dan tas tetapi beliau memiliki usaha pelaminan tentunya dengan khas gayo yang dipenuhi dengan bordiran kerawang gayo. Dari banyaknya pengrajin hanya beliau yang memiliki usaha pelaminan, hal tersebut bisa menambah modal beliau dalam menjalankan usaha yang dijalankan. Usaha kerawang gayo yang beliau jalankan ini merupakan sebagai mata pencaharian utama keluarganya yang mencukupi kebutuhan rumah tangganya sehari-hari.Selain itu dari banyaknya pengrajin yang menjadi informan di Kecamatan Bebesen, hanya ibu Kartinah yang memiliki kedekatan khusus dengan pemerintah. Beliau sering mendapatkan bantuan mulai dari mesin jahit sampai padamodal, beliau juga sering diikutkan ke luar daerah oleh pemerintah sebagai pengrajin yang mewakili Aceh tengah. Dalam menjalankan usahanya yang sudah 6 tahun, ibu Kartinah tidak pernah mengalami kesulitan atau kendala yang berat karena jika kekurangan modal beliau meminta bantuan kepada pemerintah. Pekerja beliau sudah beliau latih sebaik mungkin agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan kerawang gayo yang dapat menyebabkan kerugian. 4. Nama : Hj. Salimah Umur : 75 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SD Hj. Salimah merupakan pengrajin yang sudah cukup lama menjadi pengrajin kerawang gayo, beliau menjalankan usahanya sudah 24 tahun. Usahanya sudahberdiri pada tahun 1990 yang sejak saat itumerupakan sebagai Universitas Sumatera Utara penghasilan utama dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beliau memasarkan usahanya dengan menjadikan rumahnya sebagai toko, dimana tempatnya strategis karena berada didepan jalan raya hal ini mempermudah beliau dalam memasarkan hasil produknya, dan menamai tokonya dengan nama Keramat Mupakat. Ibu Salimah tidak hanya menjual produk kerawang gayo berjenis pakaian tetapi juga jenis produk lain seperti tas, sajadah, peci, dompet, selendang, baju gamis, gantungan kunci, ampang, dan sandal. Dibandingkan dengan pengrajin lain, ibu Salimah lebih lengkap dalam menjual produk-produk kerawang gayo. Dalam melakukan proses produksi ibu Salimah di bantu oleh 4 pekerja yang beliau beri gaji sesuai dengan banyak tidaknya pesanan yang datang. Gaji yang beliau berikan kepada pekerjanya berkisar dari Rp.500.000- Rp.1.200.000 perbulannya, sedangkan keuntungan yang beliau dapatkan dari proses produksi kerawang gayo ini yaitu Rp.6.000.000 dalam satu bulannya, dengan pendapatan kotor dalam sebulan yaitu sebesar Rp.17.000.000.Dalam mengelola usaha beliau juga pernah mengalami kendala-kendala salah satunya yaitu kekurangan modal dalam proses produksi, namun beliau tetap menjalankan usaha dengan meminjam dana ke Bank. Walaupun terkadang syarat-syarat meminjam dana ke bank agak memberatkan beliau, sehingga terkadang ibu Hj. Salimah lebih memilih meminjam dana ke sanak saudaranya. Selain itu beliau juga pernah mengalami naik turun dalam menjalankan usaha kerawang gayo, awalnya produksi kerawang gayo yang beliau hasilkan kurang diminati dan dikenal masyarakat, setelah beliau mulai memperkenalkan kesanak keluarganya yang berada di berbagai daerah khususnya di Kabupaten Aceh Tengah. Usaha beliau mulai diminati oleh masyarakat dan banyak pembeli yang datang mulai dari memesan pakaian hingga Universitas Sumatera Utara membeli kerawang gayo untuk dijadikan souvernir. Tetapi pada tahun 1998 terjadi konflik antara TNI dengan GAM membuat usaha beliau sempat sepi karena berkurangnya pembeli yang datang. Setelah konflik mulai mereda usaha beliau kembali berjalan dan didatangi pembeli hingga sekarang. Kebanyakan yang membeli ke toko Ibu Salimah adalah orang-orang yang berasal dari luar daerah, yang membeli kerawang gayo untuk dijadikan souvernir. Karena usaha tempat beliau memproduksi berada di persimpangan jalan raya yang memudahkan orang melihat dan membeli kerawang gayo miliknya. 5. Nama : Nurinah Umur : 27 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMA Usaha kerawang gayo ini merupakan usaha milik keluarga suaminya yang kemudian dilanjutkan oleh Ibu Nurinah sejak 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2000. Beliau awalnya belajar menjahit kerawang gayo dari ibu mertuanya yang dulunya merupakan pengrajin kerawang gayo. Beliau dilatih setiap hari oleh ibu mertuanya dalam membuat bordiran kerawang gayo hingga ibu Nurinah menjadi terlatih dan pandai sampai sekarang. Usaha produksi kerawang gayo milik ibu Nurinah yang diberi nama “Souvernir Kerawang” tergolong masih muda dibandingkan dengan usaha milik pengrajin Ibu Idawati. Hal ini yang menyebabkan Ibu Nurinah hanya memiliki 1 pekerja dan selebihnya dikerjakan oleh dia dan dibantu oleh suaminya. Universitas Sumatera Utara Dari hasil produksi kerawang gayo beliau mendapatkan keuntungan yaitu Rp.2.500.000 dalam perbulannya, dengan pendapatan sebulan yaitu sebesar Rp.7.000.000 sedangkan gaji yang beliau berikan kepada pekerjanya yaitu berkisar dari Rp.400.000-Rp.650.000, tergantung dari jumlah banyak tidaknya pekerjaan yang dikerjakan. Sampai saat ini Ibu Nurinah masih sangat bersemangat dalam memproduksi kerawang gayo, karena pada dasarnya beliau memiliki hobi menjahit, menyulam sejak dahulu. Ibu Nurinah termasuk kedalam home industri, beliau menjadikan rumahnya sendiri sebagai tempat menjual hasil produk-produk kerawang gayo buatannya dan beliau juga tidak mempromosikan kerawang gayo buatannya kepada sanak keluarganya yang berada diluar daerah. Dalam menjalankan usaha beliau merasakan naik turun usaha atau perkembangannya, usahanyatidak begitu sulit karena beliau hanya menjalankan usaha milik keluarganya. Hanya saja dari dulu pembeli yang membeli ke Ibu Nurinah tidak pernah meningkat banyak, tetapi tetap saja ada yang membeli kerawang gayo hasil produksinya. Tidak seperti pengrajin lain yang bisa kebanjiran pesanan, hal ini disebabkan rumah tempat beliau memproduksi berada di dalam gang yang sulit dilihat oleh masyarakat. Hasil produk kerawang gayo yang beliau hasilkan mulai dari tas, baju wanita, baju pria, selendang, rok, dompet sampai peci untu pria.Dalam menjalankan usaha tentunya ada kendala-kendala yang di alami beliau seperti mati lampu karena jika mati lampu beliau tidak bisa membordir kerawang gayo, modal yang sangat terbatas hal ini menyebabkan beliau tidak bisa memproduksi kerawang gayo dalam jumlah yang besar dan mesin jahit yang terkadang rusak. Kesalahan dalam memotong kain serta belum maksimalnya skill pekerja yang dimilikinya. Universitas Sumatera Utara 6. Nama : Kharunisa Umur : 43 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMA Ibu Khairunisa yang tinggal di kecamatan Bebesen merupakan salah satu pengrajin kerawang gayo yang sudah membuka usahanya selama 5 tahun. Beliausangat menyukai kerawang gayo karena bentuknya motifnya yang cantik dan penuh makna. Sama seperti pengrajin lainnya usaha ibu Nisa termasuk kedalam home industri beliau menjadikan rumahnya sebagai tempat dia menjalankan usahanya dan tempat dia memasarkan produknya. Kerawang gayo yang beliau hasilkan seperti selendang, rok, baju dan peci, Ibu Nisa tidak membuat tas karena mesin membuat tas berbeda dengan mesin membuat produk lainnya. Masalah atau kendala yang dihadapi ibu Khairunisa hampir sama dengan pengrajin lain yaitu kurangnya modal. Serta kerugian ketika dalam membordir kerawang gayo, karena jika salah sedikit maka motifnya akan menjadi tidak bagus dan bahkan harus mengganti dengan yang baru dan diulangi lagi dari awal jadi sangat dibutuhkan ketelitian dalam proses pengerjaannya. Usaha ini merupakan usaha utama keluarganya, penghasilan dari usaha ini merupakan penghasilan utama keluarga beliau dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dari hasil produksi kerawang gayo ini beliau mendapatkan pendapatan sebesar Rp.9.000.000 perbulannya. Tetapi pendapatannya bisa saja berubah dan bisa juga berkurang sesuai dengan banyaknya pesanan dan pembeli yang datang, tetapi pendapatan sebesar Rp.9.000.000 tersebut merupakan Universitas Sumatera Utara pendapatannya rata-rata dalam sebulan. Sedangkan keuntungan yang bisa beliau dapatkan yaitu sebesar Rp.3.000.000 perbulannya, ibu Khairunisa yang memiliki 2 orang pekerja ini juga memberikan upah yang sama dengan pengrajin lain yaitu berdasarkan banyak tidaknya pekerjaan yang dikerjakan. Gaji pekerja mulai dari Rp.500.000-Rp.800.000 perbulannya, pekerjaan memproduksi kerawang gayo adalah pekerjaan musiman. Jika tidak ada pekerjaan maka pekerjanya bisa membantu suami atau keluarganya bekerja di kebun, tetapi jika ada pekerjaan yang diberikan ibu Khairunisa maka pekerja akan memproritaskan memproduksi kerawang gayo terlebih dahulu. Perkembangan usaha miliknya awalnya sangat sulit mendapatkan pembeli baik yang membeli ataupun yang memesan kerawang gayo, walaupun pada saat itu masyarakat mulai banyak yang tertarik kepada kerawang gayo. Hal ini disebabkan pada saat itu telah banyak bermunculan pengrajin-pengrajin di Kabupaten Aceh Tengah yang membuat persaingan dalam menjual kerawang gayo sangat ketat. Tetapi beliau terus mempromosikan kerawang gayo hasil produksinya kepada keluarga maupun teman-temannya agar mengenal dan mau membeli produk hasil buatannya. Saat ini beliau tetap menjaga kualitas terbaik kerawang gayo miliknya agar pelanggan dan masyarakat tetap percaya kepada kualitas kerawang gayo miliknya dan tetap membeli kepada beliau. 7. Nama : Rosmaini Umur : 39 Tahun Jenis Kelamin : perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMA Universitas Sumatera Utara Usaha kerawang gayo ini merupakan usaha yang di lakoni oleh Ibu Rosmaini sejak tahun 2010. Dalam memproduksi kerawang gayo beliau dibantu oleh sang suami dan dibantu oleh 2 orang pekerja yang merupakan tetangga sekitar rumahnya. Sebagai usaha yang merupakan penghasilan utama kelurganya beliau bisa mendapatkan penghasilan dalam sebulan yaitu sebesar Rp.7.500.000 sedangkan keuntungan yang beliau peroleh sebesar Rp.2.500.000 dalam perbulannya, begitu juga dengan gaji yang beliau berikan kepada pekerjanya yaitu mulai dari Rp.400.000-Rp.700.000 dalam sebulannya. Gaji yang Ibu Rosmaini berikan kepada pekerjanya berdasarkan banyak tidaknya pesanan yang datang, jika banyak pesanan maka akan banyak pekerjaan yang diberikan kepada pekerjanya maka pekerjanya bisa memperoleh gaji yang besar.Cara beliau memasarkan produk kerawang gayo yaitu salah satunya dengan menjadikan rumahnya sendiri sebagai tempat menjualkan produk-produk buatannya dan mempromosikannya melalui sanak keluarga yang berada di luar-luar kota, agar masyarakat luar juga mengetahui mengenai kerawang gayo. Perkembangan usaha Ibu Rosmaini yang sudah 4 tahun tersebut, tidak banyak mengalami naik turun dalam menjalankan usahanya karena menurutnya usahanya tersebut berjalan dengan lancar walaupun sama seperti pengrajin yang lain yang awalnya sulit mencari pelanggan dan sibuk mempromosikan usahnya agar masyarakat mau membeli dan menerima hasil kerawang gayo buatannya. Tetapi tentus saja ada kendala-kendala yang di alami Ibu Rosmaini seperti modal yang terbatas dan mesin jahit yang terkadang rusak dan dibutuhkan dana untuk membeli mesin jahit yang baru. Pekerja yang membantu beliau dalam proses produksi juga belum memiliki skill yang maksimal, sehingga terkadang beliau Universitas Sumatera Utara harus turun tangan dalam menyelesaikan motif tertentu. Ibu Rosmaini sangat menjaga motif-motif kerawang gayo pada jahitannya karena menurutnya hal itulah yang membuat pelanggan tetap mau membeli kerawang gayo hasil produksinya karena kualitas yang pembeli harapkan bisa kita penuhi. Produk kerawang gayo yang beliau hasilkan seperti tas, dompet, peci, baju dan rok. Beliau sangat berharap bahwa kerawang gayo lebih dikenal lagi di masyarakat luas sebagai khas dari masyarakat suku Gayo yang berada di Kabupaten Aceh Tengah. 8. Nama : Rizkiani Umur : 36 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMP Kak Kiki inilah nama akrab ibu ini, beliau menjalankan usahanya ini sudah 4 tahun. Ibu kiki melihat bahwa kerawang gayo semakin diminati oleh masyarakat gayo hal inilah yang menjadi alasan beliau membuka usaha kerawang gayo. Modal awal diperoleh dengan menggunakan modal tabungan keluarganya. Ibu Kiki memiliki 2 pekerja dalam membantu beliau melakukan produksi kerawang gayo, dalam proses produksi beliau tidak menentukan jam kerja dalam sehari, karena pegawai yang beliau miliki adalah ibu rumah tangga yang juga merupakan petani. Para pekerja ibu Kiki bisa membawa pekerjaan membordir kerawang gayo tersebut kerumah mereka masing-masing. Jika telah selesai maka akan diserahkan kepada Ibu Kiki, jadi mereka selain menjadi pekerja Ibu Kiki Universitas Sumatera Utara mereka juga bisa membantu suami mereka dalam bertani. Beliau memasarkan kerawang gayo dengan membuka usaha dirumah dengan menerima pesanan dari masyarakat. Banyak motif kerawang gayo yang dia hasilnya dalam bentuk pakaian, sandal, gelang, tempat pensil, peci, rok, hingga gantungan kunci. Usahanya ini merupakan sebagai mata pencaharian utama, dengan usaha ini bisa mencukupi segala kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya.Walaupun umur usaha Ibu Kiki sama dengan pengrajin Ibu Rosmaini, tetapi usaha Ibu Kiki lebih dikenal dan diminati oleh masyarakat. Hal ini karena Ibu Kiki merupakan teman dari pengrajin Ibu Idawati yang merupakan pengrajin yang lebih berpengalaman dalam usaha kerawang gayo. Ibu idawati mau ikut mempromosikan usaha kerawang gayo milik Ibu Kiki, dengan cara apabila ada yang membeli kepada ibu Idawati tetapi barang tersebut tidak ada maka beliau akan menyuruh pembeli tersebut untuk membelinya ke tempat usaha milik ibu Kiki. Penghasilan yang diperoleh ibu Kiki dalam sebulan adalah Rp.9.500.000 dari penghasilan tersebut beliau bisa mendapatkan keuntungan yaitu Rp.3.000.000 perbulannya, sedangkan gaji yang beliau berikan untuk pekerjanya yaitu mulai dari Rp.500.000-Rp.800.000 perbulan sama dengan pengrajin yang lain yaitu gaji yang diberikan berdasarkan banyak tidaknya pekerjaan yang dikerjakan. Sama halnya dengan pengrajin lain Ibu Kiki juga pernah mengalami kerugian dan kendala seperti salah menjahit dan membentuk pola kerawang gayo di atas kain, kesalahan dalam memotong kain . Hal ini mengakibatkan kerugian karena kain yang salah tidak dapat dipakai lagi dan harus diganti dengan kain yang baru. Kurangnya modal dan skill tenaga kerja yang belum maksimal juga merupakan kendala terbesar dalam menjalankan usaha. Kurang maksimalnya skill Universitas Sumatera Utara pekerja karena banyak pekerja yang setelah mahir menjahit mereka menikah dan meninggalkan pekerjaan menjahit kerawang gayo, karena mereka mengikuti suami mereka yang bertempat tinggal jauh seperti berbeda Kecamatan. sehingga Ibu Kiki harus mencari pekerja yang baru yang tentunya belum mahir dalam melakukan proses dalam membordir kerawang gayo. 9. Nama : Zahra Umur : 35 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMP Ibu Zahra adalah seorang pengrajin kerawang gayo yang memulai usahanya sejak tahun 2010. Awal dia membuka usaha dengan menggunakan modal sendiri dan dibantu dari keluarganya, dalam proses produksi dia di bantu oleh suami oleh 3 orang pekerja lainnya. Alasan beliau membuka usaha pada tahun 2010 karna beliau melihat ada potensi pada kerawang gayo Ibu Zahra melihat ada nilai ekonomisnya, beliau melihat permintaan masyarakat pada kerawang meningkat jadi ibu Zahra memutuskan untuk membuka usaha kerawang gayo ini. Saat ini usaha kerawang gayo ini sebagai pekerjaan utama dengan usaha ini dapat mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-harinya.Dari usaha kerawang gayo ini beliau mendapatkan penghasilan sebulan yaitu Rp.9,5000.000 sedangkan keuntungan yang beliau peroleh yaitu sebesar Rp.3.000.000 dan gaji yang beliau berikan untuk pekerjanya berdasarkan banyaknya pesanan yang datang. Jika bulan Ramadhan biasanya mereka akan Universitas Sumatera Utara kebanjiran pesanan dari masyarakat mulai dari baju persatuan untuk keluarga sampai pada hiasan dinding. Tetapi pesanan yang paling banyak adalah baju persatuan untuk sebuah keluarga, hal ini membuat Ibu Zahra akan menyuruh pekerjanya memproritaskan dalam menyelesaikan pesanan yang ada. Jika banyak pesanan yang datang maka gaji mereka juga akan meningkat, gaji yang ibu Zahra berikan mulai dari Rp.500.000-Rp.750.000 dalam sebulannya. Beliau memasarkan produk-produk kerawang gayonya dengan membuka toko di rumahnya serta memasrkan kerawang gayo melalui keluarga-keluarganya yang berada di luar kota seperti Medan dan Banda Aceh. Banyak kerawang gayo yang dihasilkan seperti peci, rok pawak, baju, selendang, gelang, dan banyak lagi. Perkembangan usaha beliau yang dimulai sejak 4 tahun terakhir juga mengalami kendala seperti awal beliau membuka usaha hanya dirumah kontrakan yang berada di desa Blang Gele setelah 2 Tahun beliau terpaksa pindah karena rumah kontrakan tersebut akan direnovasi oleh pemiliknya. Padahal beliau pada saat itu telah memiliki pelanggan, Ibu Zahra pindah ke rumah yang saat ini merupakan rumah dia sendiri yang beliau bangun perlahan-lahan dari tabungan dan hasil menjual kerawang gayo. Awalnya Ibu Zahra mengaku bahwa awalnya pelanggannya kesulitan dalam mencari tempat baru tinggal beliau dan sulitnya lagi pekerjanya dulu yang merupakan tetangga sekitar rumahnya ada yang tidak bisa bekerja lagi dengannya karena kepindahan tempat tinggal tersebut, sehingga beliau harus mencari pekerja baru. Mencari pekerja baru di lingkungan yang baru merupakan hal yang sangat sulit bagi beliau karena harus beradaptasi dengan lingkugan baru.Dalam menjalankan usahanya tentunya terdapat kendala atau masalah yang dihadapi, kendala terbesar menurut beliau modal yang terbatas dan Universitas Sumatera Utara rendahnya skill tenaga kerja yang dimiliki. Hal ini membuat beliau harus memeriksa kembali jahitan yang dibuat pekerjanya dan terkadang beliau harus turun tangan sendiri jika menghadapi motif-motif yang sulit dikerjakan oleh pekerjanya.

4.2.2 Pemerintah

1. Nama : Dra. Arbiati Umur : 48 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Kabid Perindustrian Ibu Arbiati merupakan Kepala Bidang Dinas Perindustrian di Kabupaten Aceh Tengah. Beliau mengatakan bahwa ada perhatian khusus dari pemerintah terhadap keberadaan pengrajin kerawang gayo di wilayah Kecamatan Bebesen baik dari kabupaten dengan memberikan dukungan berupa promosi kepada masyarakat gayo maupun masyarakat di luar masyarakat gayo dan bantuan modal untuk para pengrajin serta bantuan dari provinsi yang diberikan setiap setahun sekali berupa pelatihan-pelatihan di tingkat provinsi dan bantuan alat mesin pembordir kerawang gayo. Beliau juga mengatakan bahwa pemerintah juga ikut mendukung dan berperan serta dalam memperkenalkan kerawang gayo kepada masyarakat luas, seperti melalui pameran-pameran diantaranya acara didong di Senayan Jakarta, Universitas Sumatera Utara PKA Pekan Kebudayaan Aceh serta acara-acara kebudayaan lainnya. Selain itu, kerawang gayo yang sudah siap pakai juga diperkenalkan kepada DEKRANAS Dewan Kerajinan Nasional. Pada tahun 2000-an pengrajin kerawang gayo di kabupaten Aceh tengah khususnya Kecamatan Bebesen sangat sedikit, kemudian pada tahun 2005-2006 pemerintah gencar melakukan pemberdayaan kepada masyarakat mengenai kerawang gayo yang selain sebagai untuk mempertahankan kebudayaan juga memiliki nilai ekonomis yang bisa dijadikan sebagai penghasilan utama oleh masyarakat. Kemudian masyarakat yang telah melakukan pelatihan mengajarkan kembali kepada sanak saudaranya, Sehingga pada tahun 2006 banyak muncul pengrajin-pengrajin baru di kecamatan Bebesen”. 2. Nama : Aksa Sahara Umur : 44 tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Kabid Kebudayaan Bapak Aksa Sahara menjelaskan bahwa ada perhatian dari pemerintah terhadap pengrajin kerawang gayo yang ada di Kabupaten Aceh tengah. Seperti adanya pembinaan yang dilakukan pemerintah pada tahun 2010 terhadap para pengrajin. Selain itu para pengrajin juga mendapatkan bantuan berupa mesin jahit dari provinsi yang diberikan kepada setiap kabupaten termasuk di Kabupaten Aceh Tengah. Tetapi saat ini beliau mengakui bahwa perhatian khusus sudah Universitas Sumatera Utara kurang terhadap pengrajin kerawang gayo, karena beliau mengatakan bahwa perhatian pemerintah harus merata ke semua bidang baik industri, perikanan, perkebunan dan lainnya. perhatian pemerintah yang ditujukan pada tiap bidang industri secara bertahap dan bergantian antara bidang yang satu dengan yang lainnya. Pemerintah mempromosikan kerawang gayo melalui pamera-pameran kebudayaan agar kerawang gayo dikenal oleh masyarakat luas dan juga pernah melakukan studi banding ke Tasik Malaya karena disana terkenal dengan bordirnya.

4.2.3 Pemakai

1. Nama : Latifah Umur : 33 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Ibu latifah yang memiliki tiga orang anak ini mengatakan bahwa dia mendapatkan kepuasan tersendiri pada saat mengenakan kerawang gayo karena menurutnya kerawang gayo itu cantik dan mutunya yang bagus. Motif kerawang gayo yang beliau suka adalah motif emun berkune karena menurutnya motif emun berkune itu menarik, yang berputar-putar yang tentunya memiliki tingkat kesulitan dalam membuatnya. Tas dan pakaian yang beliau miliki karena beliau sering menggunakan tas saat dia berpergian. Menurut beliau kerawang gayo adalah salah satu warisan kebudayaan yang harus dipertahankan, beliau menyadari bahwa jika bukan kita sebagai masyarakat Universitas Sumatera Utara lokal yang menjaga danmempertahankannya siapa lagi. Selain itu beliau juga menyukai hal-hal yang berbau tradisional, karena saat ini masyarakat telah banyak yang terpengaruh terhadap perkembangan zaman yang semakin modern tidak terkecuali jenis pakaian. Menurut beliau tradisional itu lebih menarik dan memiliki nilai seni yang tinggi seperti kerawang gayo. 2. Nama : Sri Mulyani Umur : 27 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Sri Mulyani merupakan salah satu penduduk kecamatan Bebesen yang menyukai kerawang gayo terbukti dengan beliau memiliki tas, rok dan peci untuk suaminya. Alasan beliau mau membeli dan memakai kerawang gayo karena kerawang gayo merupakan salah satu khas suku gayo kita yang perlu dijaga, menurut beliau jika bukan kita yang jaga sebagai masyarakat asli suku gayo siapa lagi. Selain itu beliau juga menyukai motif-motif kerawang gayo sekarang peletakan motifnya yang bagus dan warna kerawang gayo sekarang bisa kita pesan sesuai dengan keinginan. Motif yang beliau suka adalah motif emun berangkat karena bentuknya yang unik dan beliau menyukai peletakan motif serta perpaduan warna yang bagus. Beliau menggunakan kerawang gayo saat ada moment-moment tertentu seperti ada pesta pernikahan, maka keluarga besar Universitas Sumatera Utara mereka akan menggunakan pakaian kerawang gayo yang sama. Menurut beliau kerawang gayo saat ini masih kurang di promosikan keluar, saat ini hanya masyarakat gayo dan hanya sebagian kecil masyarakat luar yang tau mengenai kerawang gayo. Alangkah indahnya jika masyarakat luas tau mengenai kerawang gayo maka akan banyak yang memakai kerawang gayo. 3. Nama : Khadijah Umur : 59 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Ibu yang berprofesi sebagai guru SD ini mengatakan bahwa kerawang gayo harus di pertahankan keberadaannya karena keindahan pada bordiran motif kerawang gayo selain itu juga karena salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan. Beliau mengatakan kerawang gayo saat ini berbeda dengan dulu seperti peletakan motif-motif baru, warna-warna baru yang tidak monoton seperti dulu, sehingga masyarakat gayo banyak yang menyukai kerawang gayo saat ini. Kerawang gayo harus di pertahankan keberadaannya karena keindahan pada bordiran motif kerawang gayo selain itu juga karena salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan. beliau memiliki pakaian kerawang gayo serta alat-alat yang bermotif kerawang gayo yang dipakai saat pernikahan anak-anaknya dulu seperti ampang tempat duduk untuk mempelai pria dan ayah dari perempuan Universitas Sumatera Utara yang khusus dan bermotif kerawang gayo, batil kendi, opoh ulen-ulen selendang yang sangat besar dan lebar untuk menutupi tubuh mempelai pria dan wanita.Kerawang gayo itu sudah ada sejak dulu dan benda-benda tersebut harus ada dan sudah menjadi tradisi hingga saat ini terutama jika acara pesta pernikahan, ini karena nenek moyang kita dulu sudah melakukan sosialisasi sejak dahulu kepada kita sebagai generasi penerus. Beliau juga menegaskan bahwa kerawang gayo sekarang lebih bagus dari pada kerawang gayo dahulu. 4. Nama : Auliani Umur : 30 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : Guru SMA Ibu dari dua orang anak ini mengatakan alasan beliau mau membeli kerawang gayo karena motifnya yang unik dan cantik, selain itu menurut beliau hanya orang-orang tertentu yang memakai produk kerawang gayo karena harganya yang mahal jadi ketika memakai kerawang gayo memiliki kebanggaan tersendiri. Beliau memiliki tas yang menurut beliau mudah dibawa kemana-mana seperti undangan dan pergi mengajar, pakaian kerawang gayo sendiri hanya dipakai jika ada pesta-pesta seperti acara pernikahan. Beliau mengatakan kerawang gayo saat ini jauh lebih baik dari dulu baik dari segi warna maupun motif,selain itu sekarang sudah banyak pengrajin kerawang gayo jadi hal itu membuat persaingan antara sesama pengrajin dalam menciptakan motif dan Universitas Sumatera Utara warna. Hal ini tentunya membuat kemajuan dalam menciptakan kerawang gayo yang bagus dan menarik.

4.3. Kerawang Gayo Sebagai Produk Budaya Masyarakat Suku Gayo di Kabupaten Aceh Tengah