Penggunaan Kerawang Gayo dalam Kegiatan Khusus

4.6 Penggunaan Kerawang Gayo dalam Kegiatan Khusus

Penggunaan kerawang gayo saat ini di Kabupaten Aceh Tengah telah mengalami perubahan, yang dulunya kerawang gayo hanya bisa di pakai oleh orang-orang tertentutetapi saat ini semua lapisan masyarakat bisa menggunakan kerawang gayo.Penggunaan kerawang gayo dalam kegiatan khusus digunakan pada saat acara-acara kebudayaan seperti pernikahan, kedua pengantin harus menggunakan pakaian adat kerawang gayo. Tempat duduk pengantin pria dan bapak pengantin wanita pada saat prosesi ijab qabul harus menggunakan tikar khusus atau disebut juga dengan ampang.Penggunaan opoh ulen-ulen atau kain yang diselimutkan kepada pengantin pria dan juga tamu terhormat seperti pejabat negara yang datang ke daerah dataran tingi tanah Gayo, Kain penutup kendi atau yang disebut juga dengan batil yang dipenuhi dengan bordiran kerawang gayo digunakan pada saat prosesi lamaran.Selain itu kerawang gayo juga digunakan untuk pakaian penari-penari yang menerima pengantin di depan gerbang untuk dibawa kepelaminan. Seperti yang dikatakan salah satu informan yaitu ibu Khadijah : “ibu ara pakaien kerawang gayo orom alat-alat si bermotif kerawang gayo si ipakek wan kerje anak-anak ibu jemen lagu ampang, tutupni batil nye opoh ulen-ulen. Barang-barang oya wajib kite gunenen karna nge mujadi tradisi sawah besilo ni terutama ken acara pengerjenen”. Terjemahan : “Ibu memiliki pakaian kerawang gayo serta alat-alat yang bermotif kerawang gayo yang dipakai saat pernikahan anak-anak ibu dulu seperti ampang tempat duduk untuk mempelai pria dan ayah dari perempuan yang khusus dan bermotif kerawang gayo, batil kendi, opoh ulen-ulen selendang yang sangat besar dan lebar untuk menutupi tubuh mempelai pria dan wanita. Benda-benda tersebut wajib digunakan dan sudah menjadi tradisi hingga saat ini terutama untuk acara pesta pernikahan”. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya warna kerawang gayo juga terbatas yaitu hanya 4 warna saja, yaitu warna kuning, putih, merah dan hijau. Dahulu hanya orang-orang tertentu yang bisa memakai kerawang gayo, warna yang ada pada kerawang gayo harus sesuai dengan kedudukan mereka yang menggunakan kerawang gayo tersebut, berikut penjelasannya : 1. Warna kuninghanya bisa dipakai oleh kalangan Raja-raja yang memiliki status tertinggi di masyarakat 2. Warna putih digunakan oleh kaum ulama-ulama sebagai penasehat agama di masyarakat 3. Warna merah digunakan untuk kaum petuah atau tokoh adat serta 4. Warna hijau yang pada saat itu hanya bisa digunakan oleh rakyat. Warna dasar tersebut dahulunya yang terus menerus di produksi oleh pengrajin yang berada di Kabupaten Aceh tengah sehingga lama kelamaan masyarakat mulai bosan dan jenuh terhadap pakaian kerawang gayo tersebut. Ditambah lagi munculnya berbagai pakaian modern yang membuat masyarakat lebih memilih pakaian modern yang simple dan tidak monoton. Sesuai dengan perkembangan zaman masyarakat akhirnya perlahan-lahan mulai meninggalkan pakaian kerawang gayo tersebut. Disinilah para pengrajin akhirnya sadar dan mencari cara agar masyarakat kembali menyukai pakaian kerawang gayo, sikap inovatif pun muncul dari para pengrajin. Para pengrajin mulai menambahkan berbagai jenis-jenis warna pada kerawang gayo buatannya, serta memodifikasi peletakan-peletakan motif kerawang gayo. Selain itu kerawang gayo yang dihasilkan bukan lagi hanya sekedar pakaian adat dan alat-alat untuk perlengkapan dalam upacara adat. Universitas Sumatera Utara Seperti yang dikatakan oleh salah satu pengrajin yaitu ibu Kasmawati : “kerawang gayo jemena kurang I gemari masyarakay gayo karna motip rom warna si oya-oya dor, renyel wan tun 2000-en masyarakat gayo mulei gemar ken kerawang gayo ha ni karna pengrajin mulei mumodifikasi motip-motip orom warna wan kerawang gayo. Termasuk ibu pe, ibu pe nos pembaharuen ku motip-motip sebelume, mulei ari peletaken motip-motip ayu orom warna-warna silebih belangi” Terjemahan : “Kerawang gayo dulunya kurang digemari masyarakat gayo karena motif dan warna yang hanya itu-itu saja, pada tahun 2000-an masyarakat gayo mulai kembali menggemari kerawang gayo hal ini disebabkan karena pengrajin mulai memodifikasi motif-motif dan warna dalam kerawang gayo. Termasuk juga Ibu, Ibu juga melakukan pembaharuan pada motif-motif terdahulu, mulai dari peletakan motif-motif baru serta warna-warna yang lebih berwarna” Hal serupa juga dikatakan oleh ibu idawati sebagai seorang pengrajin yang berada di Kecamatan Bebesen yaitu : “Ibu nengon masyarakat mulei lege ken kerawang gayo dan muloi beraleh ku pakaian modern, enye ibu bepikir merancang noboh motip-motip kerawang gayodan noboh macam-macam warna ku pakaian kerawang gayo nye dele produk-produk kerawng gayo si ibu jadinen nume pakaian pelen tapi ara tas, bulang sawah ku semala”. Terjemahan : “ibu melihat masyarakat mulai bosan terhadap kerawang gayo dan mulai beralih kepada pakaian modern, kemudian ibu berinisiatif memodifikasi peletakan motif-motif kerawang gayo dan memberikan berbagai jenis warna pada pakaian kerawang gayo serta banyak produk-produk kerawang gayo yang ibu hasilkan bukan hanya pakaian tetapi juga mulai dari tas, peci hingga sajadah”.

4.7 Penggunaan Kerawang Gayo dalam Kegiatan sehari-hari