Faktor Lingkungan Sekolah Faktor Pengaruh Teman Sebaya

79 dari teman-temanya karena merasa tidak tahan lagi ia memutuskan untuk berhenti dari sekolah. Informan I yaitu Wahyu riski meninggalkan bangku sekolahnya juga karena ada faktor kurangnya perhatian orangtua. Sibuknya orangtua bekerja mengakibatkan kurangnya perhatian orangtua Wahyu dan akhirnya ia tidak pernah mengerjakan tugas karena ia juga tidak pernah dimarahi oleh orangtuanya apabila tidak mengerjakan tugas dan orangtuanya juga jarang menyuruhnya untuk belajar pada malam hari. Menurut Halim Malik 2011 dalam proses pendidikan anak, perhatian orangtua merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesuksesan anak dalam menempuh pendidikannya.

b. Faktor Lingkungan Sekolah

Faktor utama siswa mengulang atau tidak naik kelas bermacam-macam. Namun demikian, ada beberapa faktor yang mengakibatkan anak putus sekolah yaitu seperti ketentuan dan pelaksanaan kenaikan kelas yang berbeda-beda antara sekolah satu dengan sekolah yang lain, metode mengajar dan kemampuan dan usaha siswa dari siswa itu sendiri Slameto, 2010. Jelas terlihat dalam informan I yaitu Wahyu Rizki dimana ia putus sekolah karena metode mengajar guru yang selalu menghukum siswanya saat siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Hal itu tentunya akan menggangu psikologis anak dan tentunya akan menjadikan minat anak belajar akan berkurang akibat rasa takut terhadap gurunya. Wahyu Rizki memang sangat jarang mengerjakan pekerjaan rumahnya namun setiap ia tidak mengerjakan tugasnya ia selalu mendapat hukuman dan mendapatkan marahan dari gurunya. Sehingga lama-kelamaan menganggu psikolagis Wahyu sehingga ia merasa 80 trauma terhadap gurunya yang mengakibatkan ia memutuskan untuk berhenti dari sekolahnya. hal tersebut tidak berakhir sampai distu, ia juga mengatakan tidak akan melanjutkan sekolahnya kembali karena ia mengalami rasa trauma yang tinggi terhadap guru pengajar disekolahnya.

c. Faktor Pengaruh Teman Sebaya

Faktor pengaruh teman sebaya lebih cepat mempengaruhi perilaku anak, karena teman sebaya merupakan bagian dari lingkungan pergaulan anak sehari- hari. Jika anak bergaul dengan lingkungan yang baik, maka anak akn mengikuti perilaku tersebut namun sebaliknya, jika anak bergaul dengan perilaku yang buruk maka besar kemungkinan akan mengikuti perilaku yang kurang baik tersebut. Perilaku teman sebaya lebih mudah mempengaruhi anak juga disebabkan karena masih terbatasnya pemikiran anak untuk membedakan perbuatan yang baik dan yang buruk, sehingga anak akan mengikuti perilaku yang membuatnya merasa senang dan nyaman tanpa mengetahui dampak dari perbuatan tersebut. Beberapa ahli teori juga menyatakan bahwa budaya teman sebaya dapat mempengaruhi remaja untuk menyepelekan nilai-nilai dan kendali orangtua terhadap mereka. Selain itu, teman sebaya memperkenalkan anak kepada minuman keras, kenakalan serta bentuk-bentuk perilaku negatif yang lain Santrock, 2007. Hal ini bisa kita lihat dalam penelitian bahwa informan III yaitu Daniel Sinaga putus sekolah sebagian besar juga diakibatkan karena pergaulannya yang kurang baik. Seringnya Daniel bolos sekolah bahkan ia tidak mengikuti ujian merupakan karena ia lebih memilih teman-temannya daripada sekolah. Teman merupakan tempat yang nyaman baginya. Ia bisa melakukan apa saja yang ia 81 inginkan seperti bermaun bilyard, nongkorng dan lain-lain bahkan ia berniat berhenti sekolah karena ia ingin memperoleh uang hasil keringat sendiri dengan belajar membawa mobil dari teman-temannya yang bekerja sebagai sopir angkutan umum sampai ia mahir dan akhirnya bisa memintakan kepada temannya untuk mempekerjaan dia sebagai sopir angkutan umum.

c. Faktor Ketersediaan Sumber Lokal