Informan Tambahan I Hasil Penelitian

68 “ pengen sekolah lagi bang, rencana dalam waktu dekat ini bang karena masih dibicarain sama orangtua mau sekolah dimana” Hubungannya dengan teman-teman dilingkungan maupun disekolahnya juga baik, terkadang teman sekolahnya dulu datang menjenguknya pada saat dia dalam keadaan sakit. Saat ini kegiatan yang dilakukan oleh berliana adalah hanyalah dirumah menonton tv,terkadang juga dia juga membantu kaka nya mengerjakan pekerjaan rumah walaupun sebenarnya orangtuanya melarang dia untuk bekerja karena penyakit yang dideritanya. Tingginya niat berliana untuk belajar tidak menghalangi niatnya ingin bersekolah kembali tahun berikutnya dengan berharap penyakitnya tidak akan menghambatinya untuk meraih cita- citanya dan rencananya ia akan kembali bersekolah dalam waktu dekat ini. “hubungan sama teman-teman sejauh ini baik-baik saja bang, kegiatan sehari-hari paling nonton TV bang bantu-bantu kaka lah bang karena mama melarang aku untuk melakukan pekerjaan yang lain”

5.1.5 Informan Tambahan I

Informan tambahan yang pertma yang peneliti jadikan dalam penelitian ini adalah salah satu orang tua yang mengalami putus sekolah dikelurhan kwala bekala kecamatn medan johor yang bernama ibu Sri Wahyuni Perangin-angin. Alasan peneliti memilih ibu Sri Wahyuni adalah memiliki anak putus sekolah, dan beliau memahami mengapa anaknya putus sekolah Ibu Sri Wahyuni Perangin-angin adalah salah satu warga Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor yang beralamat di jalan pintu air satu,gang permai no 34. lahir dikabanjahe, 17 september dan saat ini beliau berumur 49 69 tahun. Beliau berprofesi sebagai sales peralatan-peralatan dapur dan beliau seorang janda dan Beliau memiliki 6 orang anak, empat diantaranya telah merantau keluar kota dan anak kelima merupakan anak yang putus sekolah, sementara anaknya yang keenam masih berumur 5 tahun dan belum bersekolah. Pendidikan terkahir beliau adalah tamatan SMP. Dari hasil wawancara dengan ibu Sri Wahyuni , beliau mengatakan penghasilannya tidak menetap antar kisaran Rp. 800.000-1.000.000,-nper bulan. Penghasilan beliau tergantung seberapa banyak barang dagangannya terjual . Anak kelimanya mengalami putus sekolah pada saat duduk dibangku kelas 6 SD semester ganjil. “penghasilan ibu itu perbulan sekitar 800 ribu sampai 1 juta lah, gak tentu juga kadang lebih kadang kurang tapi sekitar-sekitar segitu biasanya yang ibu dapatkan” Berdasarkan peneturan beliau, penghasilan beliau sangat tidak cukup untuk memenuhi biaya sekolah anaknya , belumnya juga untuk kebutuhan sehari- hari harus mengeluarkan 50.000 per hari. Tingginya biaya sekolah juga sangat memberatkan beliau untuk memenuhi biaya sekolah anak-anaknya seperti uang buku dan lain-lainnya. Namun bagi beliau kemauan anaknya adalah hal yang paling utama. “manalah cukup dengan uang segitu ia kan, belum juga biaya anak-anak sekolah, tapi kalau memang anakku ini sungguh-sungguh sekolah ibu pun pasti perjuangkan dia, kemana pun pasti ibu cari untuk anakku ini” 70 Putusnya sekolah anaknya kendala utama bukanlah karena masalah ekonomi melainkan karena kurangnya minat anak sekolah dan adanya rasa ketakutan terhadap guru-gurunya karena sering marah karena anaknya sering tidak mengerjakan tugas rumah karena malas. Hal tersebut diketahuinya berdasarkan penjelasan anaknya. Namun ketika itu beliau hanya mengangap hal tersebut adalah tidaklah masalah karena menurut beliau itu merupakan hal yang wajar. Traumanya anak menjadikan anaknya malas bersekolah dan mengakibatkan anaknya jarang masuk sekolah hingga mendapatkan surat panggilan orang tua pertama. Ketika itu beliau memenuhi surat panggilan sekolah. Beliau pun memberikan semangat kepada anaknya. Namun keesokan harinya anaknya juga tidak mau masuk sekolah karena udah malas melihat guru-gurunya. Surat panggilan kedua pun didapatkan anaknya kembali hingga surat panggilan ketiga dan akhirnya anaknya pun dipecat dari sekolah, pihak sekoalh tidak memberi toleren terhadap anaknya lagi. Beliau sangat sering menasehati dan memantau anaknya agar rajin bersekolah apabila beliau berada dirumah karena beliau sering keluar kota untuk pekerjaannya, namun akibat tuntunan pekerjaan beliau tidak bisa selalu memantau anaknya. Setelah anaknya putus sekolah Beliau merasa sedih dan terpukul, beliau merasa perjuangannya putus ditengah jalan, namun beliau menghargai keputusan anaknya karena beliau beranggapan apabila anaknya dipaksakan sekolah tentunya akan sia-sia juga. Namun beliau mengatakan apabila anaknya memiliki niat kembali bersekolah, beliau akan memperjuangkannya kembali agar anaknya bisa bersekolah. 71 “sedih kali ibu waktu itu, menangis ibu bujuk dia agar mau bersekolah mungkin karena udah trauma itu dia kan makanya gak mau lagi dia sekolah” Sepengetahuan beliau juga dia adalah anak yang baik, dia juga tidak punya teman dengan anak yang putus sekolah. Beliau beranggapan karena rasa trauma yang mendalam mengakibatkan anaknya tidak mau kembali bersekolah. Beliau juga masih sangat berniat untuk menyekolahkan anaknya namun ia hanya menunggu keputusan anaknya apabila anaknya berniat untuk bersekolah lagi. Beliau jug tidak punya harapan lagi untuk anaknya apabila anaknya tidak punya niat lagi untuk sekolah karena beliau tidak ada yang bisa lagi dilakukan untuk masa depannya kecuali anaknya mau bersekolah kembali supaya anaknya bisa menggapai cita-cita sesuai dengan keingannya.

5.1.6 Informan Tambahan II