Informan II Hasil Penelitian

55 Saat ini juga kegiatan Wahyu masih tetap sama yaitu bermain-main dengan temannya, sempat ia bekerja di doorsmeer beberapa minggu, ia juga bekerja untuk menambahi uang sakunya. Namun ia telah berhenti dari pekerjaannya karena malas dan capek. “masih main-main juga bang dengan kawan-kawan SD dulu bang, sempat kerja di doorsmeer bang beberap minggu bang, sekarang gak lagi bang karena malas bang, capek bang” Wahyu pun tidak punya niat lagi untuk bersekolah karena ia masih trauma atas kejadian yang menimpanya dulu saat bersekolah. Ia juga mengatakan senang bermain-main dengan temannya. Teman bermainnya sangat baik kepadanya walaupun ia dalam kondisi tidak bersekolah lagi. “gak mau lagi bang sekolah, malas bang , nanti gurunya marah-marah lagi bang”

5.1.2 Informan II

Informan kedua bernama Yunda seorang anak perempuan berusia 15 tahun , lahir di Medan pada tanggal 31 maret 2000. Yunda merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dan bertempat tinggal di Gang permai no 17 Kelurahan Kwala Bekala kecamatan Medan Johor, tinggal dengan kedua orangtuanya dan dua orang adik sementara kedua kakanya telah pergi merantau, ayahnya bekerja sebagai penarik becak dan ibunya dulu bekerja diluar kota, namun sekarang hanyalah sebagai ibu rumah tangga. Menurut keterangan dari Ibu nya “ dulu saya bekerja diluar kota seperti Aceh sebagai terapis, namun karena anak saya semakin tidak 56 terkontrol malas-malasan sekolah jika aku ga dirumah, aku memutuskan untuk memutuskan untuk berhenti dari pekerjaanku”. Yunda merupakan seorang anak yang beragama Islam dan bersuku Jawa, sempat mengemban pendidikan di SD 089765 Kelurahan Kwala Bekala. Sekolah tempat Yunda bersekolah merupakan Sekolah gratis karena adanya program pemerintah dana BOS Bantuan Operasi Sekolah dan sekolahnya hanya berjarak sekitar 1 km dari rumahnya. Keluarga yunda adalah keluarga yang harmonis, dirumahnya juga tidak pernah terjadi pertikaian antar kedua orang tuanya. Saat bersekolah Yunda adalah anak rajin, ia selalu hadir sekolah, dan ia juga tidak pernah mendapatkan nilai merah pada saat ujian sekolah. Namun pada saat kelas 6 tepatnya pada semester ganjil, teman-temannya mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang penarik becak dan keluarga orang miskin sehingga hari demi hari ia selalu diejek oleh temannya sebagai anak tukang becak, dan anak orang miskin. Berdasarkan hasil wawancara dengan yunda menyatakan bahwa ia putus sekolah ketika ia berada dibangku Sekolah Dasar kelas 6 semester ganjil dan sudah 4 tahun tidak bersekolah “ aku putus sekolah kelas 6 SD bang semester ganjil dan sudah 4 tahun aku gak sekolah bang”. Yunda putus sekolah karena teman-temannya mengetahui bahwa ayahnya adalah seorang penarik becak dan teman-temannya selalu mengejeknya dengan “anak tukang becak, tukang becak, orang miskin”. Mendengar ejekan teman-temannya hari demi hari membuat Yunda menjadi merasa terpukul dan merasa malu sehingga ia memutuskan untuk tidak sekolah beberapa hari. Hal ini pun diketahui 57 oleh kedua orangtuanya. Namun berdasarkan penjelasan orangtua Yunda memang sempat tidak mau bersekolah beberapa hari karena ia mendapat ejekan dari teman- temannya karena temannya tau bahwa ia adalah seorang anak penarik becak sehingga merasa malu dan merasa terpukul. “ ia. Dia memang sempat gak sekolah beberapa hari, dia memang bilang dia diejek oleh beberapa teman-temanya karena temannya tahu bahwa bapaknya itu seorang penarik becak jadi dia malu” Dengan kondisi demikian, ibu Yunda berusaha memberikan semangat kepadanya untuk bersekolah kembali sehingga dengan semangat yang diberikan orangtuanya Yunda pun kembali bersekolah. Keesokan harinya Yunda pun kembali semangat bersekolah, namun setelah sampai dikelas Yunda pun kembali mendapat cemoohan dari teman-temannya dan membuat Yunda sedih bahkan nangis. “waktu itu kawan-kawan aku ngejek aku lagi bang, akupun gak kuat dan menangis dengan senyum agak malu”. Namun ia mencoba untuk tetap kuat dan bersekolah seperti biasanya, namun hari demi hari ejekan itu selalu keluar dari mulut teman-temanya dan menjadikan Yunda merasa sangat tidak kuat lagi dan ia pun memutuskan untuk tidak bersekolah lagi. Sebenarnya Yunda sangat ingin bersekolah namun karena keadaannya yang membuat dia pun mengurung niatnya untuk bersekolah kembali. Orang tua Yunda juga mengetahui hal ini karena Yunda selalu bercerita saat ia pulang sekolah kepada Ibunya bahwa ia kembali di ejek oleh teman-temanya setiap hari. Ibunya kembali memberikan semangat hari demi hari kepadanya agar tetap mau bersekolah namun keputusan Yunda sudah tekat untuk tidak 58 bersekolah. ketika itu orangtua Yunda sangat sedih karena ia tidak mau lagi bersekolah “ gimanalah bang aku udah gak tahan lagi bang, aku malu bang diejek kawan- kawan aku tiap hari”. Berdasarkan penuturan orang tuanya ia selalu memberikan motivasi kepada anaknya dan selalu menasehatinya namun semuanya itu tidak berarti lagi sebab dia sudah tekad untuk tidak bersekolah lagi “ udah kunasehatinya dia, udah kusemangati nya dia namanya juga kita sebagai orangtuanya ia kan, tapi gimanalah udah terlalu malu dia mungkin kan karena diejek teman-temanya yang kurang ajar itu jadi anakku yang korban, udah gak mau lagi dia sekolah pada saat itu, sedih memang ibu pada saat itu tapi gimanalah udah itu keputusannya, awak paksa-paksa pun nanti dia gak bagusnya nanti jadinya” Semenjak kejadian itu Yunda tidak bersekolah lagi hingga sekarang. Pekerjaanya sehari-hari adalah membantu orangtua pekerjaan rumah seperti menyapu, menyuci piring dan juga menjaga adeknya yang paling kecil yang masih berusia 2 tahun pada waktu itu. “ sekarang kegiatan aku bang dirumah bantu mama beresin pekerjaan rumah bang, mencuci piring , menyapu rumah dan jaga adikku yang paling kecil bang. Sesekali sih bang main sama teman-teman yang disini bang” Kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan Yunda setiap hari hingga saat ini. Penyesalan pun sebenarnya dirasakannya ketika ia melihat teman- 59 teman disekitar lingkunganya telah menginjak bangku SMP. Yunda sebenarnya masih ingin bersekolah kembali tapi terkadang ia trauma mengingat kejadian yang dulu terulang kembali, selain itu juga karena faktor umur yang udah terlalu tua untuk masuk sekolah dasar SD . “sebenarnya aku menyesal bang , kalau aku lihat teman-temanku disini udah pada SMP, lagian juga umur aku kan dah terlalu tua bang untuk masuk SD lagi” Lingkungan tempat tinggal juga menganggap bahwa pendidikan itu penting karena dilingkungannya tidak ada anak yang tidak bersekolah dan juga dengan tujuan supaya anak-anaknya tidak mengalami nasib yang sama seperti mereka. “disini gak ada yg gak sekolah bang walaupun rata-rata anak tukang becak bang tapi orangtua mereka berusaha menyekolahkan mereka bang” Sedangkan menurut orangtuanya Yunda akan kembali disekolahkan namun bukan sekolah formal melainkan sekolah nonformal yaitu sekolah berbasis masyarakat yang ada di Keluran Kwala Bekala dan juga merupakan sekolah gratis,namun semuanya masih menunggu persetujuan dari Yundanya sendiri. “ aku memang berniat menyekolahkan anakku ini lagi, tp gak disekolah formal. Ada sekolah masyarakat ibu dengar di sekitar sini, mau nya ingin menyekolahkan Yunda disitu, itupun kalau Yundanya mau, kalau gk mau kan gak mungin ibu paksa-paksa”. 60 Ibu Yunda berharap anaknya mau kembali bersekolah walaupun tidak disekolah formal, supaya anaknya bisa mengemban pendidikan layakanya anak- anak lainnya sehingga ia bisa mencapai cita-cita sesuai keinganan anaknya.

5.1.3 Informan III