Sederhana dalam Kegigihan Berusaha

Itulah sebabnya Ayah tidak kekurangan dalam kebahagiaan, meskipun ia harus menjalani hidupnya tanpa kemewahan dan uang yang banyak. Kesederhanaan dalam sukacita Dam digambarkan dalam kutipan berikut: ”Sungguh, aku tidak suka dengan hadiah-hadiah itu. Aku hanya ingin hadiah Ibu lekas sembuh. Jadi, jika Ibu tidak bisa menontonku memenangkan piala ini, setidaknya dengan kondisi sehat Ibu bisa melihat langsung sang Kapten bersama kami minggu depan. Itu hadiah terindah.” Liye, 2011:102 Penggambaran lain adalah saat ia meminta hadiah dari ayahnya digantikan agar ia diizinkan untuk bersalaman dengan sang Kapten dan berfoto bersamanya. Hanya dengan hal itu Dam sudah merasa sukacita, ia tidak memerlukan hadiah yang lain. Terlihat dalam kutipan berikut, “Aku ingin hadiah, eh, minggu depan pas tur sepak bola itu, aku ingin bersalaman dengan sang Kapten, berfoto bersamanya. Aku ingin hadiah itu.”Liye, 2011:98 karena sejak kecil Dam sudah dididik dalam hal kesederhanaan. Seperti yang digambarkan dalam kutipan berikut, ”Dam sejak kecil tidak pernah mendapatkan kesenangan, berlebihan, bukan? Bahkan keluarga kita tidak pernah mendapatkan kesenangan berlebihan.” Liye, 2011:87

4.5 Sederhana dalam Kegigihan Berusaha

Hidup sederhana adalah hidupnya orang yang gigih berusaha.Ia dapat meletakkan usahanya pada tempat sebagaimana mestinya. Dalam novel Ayahku Bukan Pembohongsosok Ayah juga menggambarkan pribadi yang gigih berusaha. Mulai dari kegigihannya melakukan pertualangan di masa mudanya, saat melakukan perjalanan yang jauh ia tidak merasa lelah. Terlihat dalam kutipan berikut: ”Setelah lewat tiga tahun membawa ransel berat di punggung, Ayah tiba di penghujung perjalanan. Sudah puluhan ribu mil dilewati, tidak terhitung sepatu dan sandal yang rusak, setidaknya tiga kali Ayah kehabisan bekal dan harus menetap dua-tiga bulan, bekerja serabutan, mengumpulkan uang untuk melanjutkan perjalanan.” Liye, 2011:150 Ayah begitu bersemangat dan tidak mengenal lelah walau ia hanya berjalan kaki berpuluh ribu mil. Penggambaran kegigihan Ayah juga terlihat dalam kutipan berikut: ”Sang Guru menatap Ayah lamat-lamat, berpikir sejenak. Seberapa tangguh Ayah berusaha mencari tahu? Ayah berkata mantap, apa pun akan Ayah lakukan.” Liye, 2011:289 Kutipan tersebut membuktikan bahwa sosok Ayah tidak pantang menyerah dan selalu berusaha untuk mewujudkan keinginannya, dalam hal ini Ayah begitu gigih untuk mencari tahu hakikat kebahagiaan sejati dan berkata bahwa ia akan melakukan apapun untuk mencari tahu. Dalam mencari tahu hakikat kebahagiaan sejati Ayah bekerja begitu keras, karena sang Guru menyuruhnya untuk membuat sebuah danau di tanah yang luas. Kegigihan Ayah digambarkan dalam kutipan berikut: ”Kau tahu, Dam, tidak terbilang tanah yang harus Ayah pindahkan. Berkubang licak setiap hari, mulai bekerja saat matahari terbit, baru berhenti ketika matahari tenggelam. Ayah baru berhenti saat galian itu memiliki kedalaman tiga meter, luasnya sebesar lapangan bola. Pekerjaan Ayah baru selesai. Ayah kemudian membuat parit-parit dari mata air yang ada di hutan, mengalirkannya ke lubang danau. Setahun berlalu, danau itu jadi. Ayah tersenyum senang. Tidak lama lagi jawaban pertanyaan itu akan datang. Lihatlah, danau yang Ayah buat sebening air mata.”Liye, 2011:289-290 Malam sebelum sang Guru datang hujan pun turun dan danau yang Ayah gali menjadi kotor dan keruh sehingga Ayah harus bekerja lagi dengan membuat saringan di setiap parit agar air keruh dan kotor dari mata air ketika hujan turun tetap bening saat tiba di danau. Ayah mengerjakannya dengan senang hati. Ayah juga memperbaiki seluruh parit yang bermuara ke danau, memastikan tidak ada sumbernya yang bermasalah. Setahun berlalu lagi namun ketika sang Guru menusuk-nusuk dasar danau dengan sepotong bambu, lantai danau yang terbuat dari tanah langsung mengeluarkan kepul lumpur kotor kecokelatan. Semua usaha Ayah terlihat sia-sia namun pada akhirnya Ayah berhasil membuat danau sempurna sebening air mata. Semua pencapaian usaha dan kegigihan Ayah tergambar dalam kutipan berikut: ”Kau tahu, Dam. Ayah seperti dipermainkan. Apa lagi yang kurang dari danau Ayah? Dua tahun sia-sia. Baiklah, Ayah tahu apa yang harus Ayah kerjakan. Ayah memutuskan menggali danau sedalam mungkin hingga menyentuh dasar bebatuan, menyentuh mata airnya. Setahun berlalu, Ayah masih berkutat menyingkirkan tanah-tanah, kedalaman danau sudah sepuluh meter. Sang Guru datang, melihat dengan takzim Ayah yang sibuk bekerja. Dua tahun berlalu, Ayah masih berkutat mengeduk tanah. Tiga tahun berlalu, setelah kerja keras siang-malam, akhirnya Ayah berhasil menyentuh dasar bebatuan. Air keluar deras dari sela-sela batunya. Ayah tertawa senang. Semua parit Ayah tutup. Danau itu sempurna hanya digenangi air dari mata airnya sendiri.” Liye, 2011:291 Semua usaha dan kegigihan Ayah mendapatkan hasil yang baik, karena ketika gagal satu kali Ayah tidak menyerah dan patah semangat, dan ketika gagal kedua kalinya Ayah tetap tidak putus asa dan berusaha memperbaiki semua kegagalannya. Begitu pula dengan Dam, ia juga merupakan seorang anak yang gigih dalam berusaha, baik dalam pendidikannya maupun dalam memenuhi keinginannya. Seperti dalam kutipan, ”Aku berlatih dua kali lebih semangat dibanding anggota klub lain---datang lebih awal; pulang paling akhir.” Liye, 2011:51. Juga untuk mengejar peringkat, Dam begitu gigih berusaha, seperti dalam kutipan, ”Untuk masuk sepuluh besar pun aku harus belajar habis-habisan.” Liye, 2011:67. Hal ini menandakan meskipun Dam bukan orang yang pintar tetapi ia berusaha gigih untuk meraih peringkat sepuluh besar. Penggambaran kegigihan Dam lainnya adalah saat ia begitu gigih bekerja di perkampungan penduduk, dengan mengumpulkan gaji serta bonus yang ia terima selama bekerja untuk biaya pengobatan ibunya. Dalam kutipan berikut: ”Aku bisa membantu mengurus ternak sapi, mulai dari memberi makan, memandikan, memeras, hingga menjual hasil perasan susu ke pedagang dari kota.” Liye, 2011:205 Gaji yang ia kumpulkan akan ia gunakan untuk perawatan Ibu dibuktikan dalam kutipan berikut, ”Aku tersenyum riang.Catatanku semakin panjang. Jumlahnya semakin banyak. Sudah sepuluh kali lipat dibandingkan harga tiket kelas VIP saat menonton sang Kapten dulu. Semoga persis saat meninggalkan asrama, menyelesaikan masa SMA-ku, uang ini cukup untuk biaya perawatan Ibu.” Liye, 2011:208-209 Semua hasil usaha dan kegigihan Dam bukan hanya untuk dinikmatinya sendiri, itu membuktikan bahwa Dam berusaha bukan untuk mewujudkan obsesinya saja, tetapi ia gigih bekerja dan membantu orang lain untuk Ibunya.

4.6 Sederhana Mencari Nama

Dokumen yang terkait

Karakter Ayah dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere-Liye dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

1 19 113

Karakter Ayah dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere-Liye dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA

4 45 113

ASPEK MOTIVASI DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Aspek Motivasi Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 14

ASPEK MOTIVASI DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN Aspek Motivasi Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 17

Gambaran Kesederhanaan Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye: Suatu Tinjauan Psikologi Sastra

0 0 9

Gambaran Kesederhanaan Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye: Suatu Tinjauan Psikologi Sastra

0 0 1

Gambaran Kesederhanaan Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye: Suatu Tinjauan Psikologi Sastra

0 1 6

Gambaran Kesederhanaan Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye: Suatu Tinjauan Psikologi Sastra

0 0 14

Gambaran Kesederhanaan Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye: Suatu Tinjauan Psikologi Sastra

0 0 3

Gambaran Kesederhanaan Dalam Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye: Suatu Tinjauan Psikologi Sastra

0 1 3