kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapat imbalan atas perilaku yang tepat dan
mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.”
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap novel Ayahku Bukan Pembohong karya Tere Liye sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Pertama, novel ini diteliti oleh
Fepi Mariani Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang dalam jurnalnya yang berjudul ”Profil Ayah dalam
Novel AyahkuBukan Pembohong karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra.” Mariani mencoba menerapkan teori sosiologi sastra dalam penelitiannya
dan profil Ayah dengan objek penelitian Ayah dari tokoh utama dalam novel Ayahku Bukan Pembohong karya Tere Liye. Mariani mengatakan.profil yang
dialami tokoh cerita dipengaruhi oleh hubungannya dengan tokoh lain dan dirinya sendiri dalam cerita tersebut. Sikap atau perilaku atau karakter tokoh dalam
berbicara atau bertindak dan berinteraksi dengan orang lain disebut profil. Berdasarkan hasil penelitian Mariani profil Ayah yang tergambar dalam
novel Ayahku Bukan Pembohong adalah ayah sebagai orang tua, ayah sebagai suami, ayah sebagai mertua, ayah sebagai kakek, ayah sebagai teman, ayah
sebagai pelindung, ayah sebagai guru, ayah sebagai pendongeng, dan semua itu dia perankan dengan sangat baik. Aspek nilai budaya dasar yang terdapat dalam
novel Ayahku Bukan Pembohong adalah; pandangan hidup, tanggung jawab, cinta kasih, keadilan, kegelisahan, dan penderitaan.
Kedua
diteliti
oleh Maria Sulastri Jeharu Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra, tanpa diketahui asal universitas dengan artikel yang berjudul
”Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayahku Bukan Pembohong Karya Tere Liye. Jeharu menggunakan analisis psikologi sastra dengan teori struktur
kepribadian dalam menganalisis artikelnya. Jeharu menjelaskan bahwa watak atau kepribadian tokoh Dam berhubungan erat dengan id, ego, dan superego,
kecemasan anxitas, serta pertahanan ego. Elemen ego Damyang merasa terancam karena kecemasan dari alam bawah sadar yang terkadang bertentangan
dengan rasio, menimbulkan beragam perilaku psikologis dan konflik batin dalam dirinya kepada Ayah.
Penelitian yang dilakukan oleh Jeharu menggunakan dua teori, yaitu teori struktural dan teori kepribadian. Teori struktural digunakan untuk mengkaji dan
mendeskripsikan fungsi dan hubungan antara unsur bersangkutan, yang bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antara berbagai unsur
karya sastra yang secara bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh. Jeharu menuliskan bahwa, dalam novel Ayahku Bukan Pembohong
pengarang melukiskan konflik batin antara ayah dan anaknya yang disebabkan oleh cerita dongeng.Dongeng tersebut secara tak sadar memengaruhi tingkah laku
anaknya.Ketika anaknya menyadari cerita dongeng tersebut tidak masuk di akal, timbul kebencian terhadap ayahnya. Pengarang memberikan solusi dalam
penyelesain konflik dengan cara menyuguhkan bagian yang menggambarkan rasa penyesalan anaknya mengenai cerita dongeng. Cerita dongeng ayahnya ternyata
benar dan bukan kebohongan.Jeharu mengatakan dalam novel Ayahku Bukan
Pembohong ada tiga solusi yang dilakukan tokoh utama untuk mengatasi konflik batinnya, yaitu sublimasi, proyeksi, dan rasionalisasi.
Peneliti ketiga Mabruroh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dalam skripsinya
yang berjudul ”Karakter Ayah dalam Novel Ayahku Bukan Pembohong Karya Tere Liye dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA.”
Mabruroh menguraikan karakteristik Ayah melalui 3 cara, yaitu karakteristik Ayah melalui tingkah laku, karakteristik Ayah melalui ekspresi
wajah, dan karakteristik Ayah melalui motivasi yang melandasi. Karakteristik Ayah melalui tingkah laku bahwa ia begitu tegas, penuh kasih, penuh percaya diri,
dan penuh tanggung jawab. Ayah sangat gemar bercerita tentang pertualangan masa mudanya. Sosoknya begitu menarik perhatian saat bercerita, begitu
meyakinkan dengan intonasi suaranya.Ayah juga pribadi yang selalu menyempatkan diri untuk menemani dan mendukung aktivitas anaknya. Ayah
berwatak teguh dalam memegang prinsip. Karakteristik Ayah melalui ekspresi wajah, Ayah memasang ekspresi wajah aneh dan cengiran jahil dengan memasang
tangan tanda tanduk di kepala mengungkapkan watak Ayah yang riang gembira dan sedikit jahil, serta ekspresi wajah menahan amarah dan rasa ketakutan
mengungkapkan wataknya yang mencoba untuk bersabar. Karakteristik Ayah melalui motivasi yang melandasi, Ayah yang ingin melindungi serta Ayah yang
mengalah karena dilandasi oleh motivasi cintanya terhadap keluarga. Impilikasi novel Ayahku Bukan Pembohong pada pembelajaran di SMA sebagai salah satu
cara untuk menambah minat baca siswa. Selain untuk mengetahui unsur-unsur
apasaja yang membangun peristiwa dalam novel Ayahku Bukan Pembohong, novel tersebut juga kaya akan nilai-nilai moral dan pesan-pesan yang dapat
diambil dan di contoh dalam kehidupan. Peneliti keempat oleh Nadia Agralana Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta dengan jurnal yang berjudul ”Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel
Ayahku Bukan Pembohong Karya Tere Liye.” Agralana menguraikan data yang ia temukan tentang nilai-nilai pendidikan
karakter dalam novel Ayahku BukanPembohong Karya Tere Liye adalah jujur ditemukan sebanyak 2 data, disiplin, tanggung jawab, mandiri ditemukan data
sebanyak 18 data, toleransi, cinta damai, demokratis, cinta tanah air, dan kesatuan ditemukan sebanyak 1 data, percaya diri, kerja keras, kreatif, dan semangat ke
bangsaan ditemukan sebanyak 35 data, rasa ingin tahu, dan gemar membaca ditemukan sebanyak 23 data, menghargai prestasi, hormat dan santun di temukan
sebanyak 10 data, baik dan rendah hati ditemukan sebanyak 21 data, kepemimpinan dan adil ditemukan sebanyak 3 data, dermawan, suka menolong,
gotong royong, peduli sosial, peduli lingkungan ditemukan sebanyak 5 data bersahabatkomunikatif ditemukan sebanyak 3 data.
Setelah diuraikan tentang penelitian yang telah dilakukan terhadap novel Ayahku BukanPembohong Karya Tere Liye, beberapa penelitian sudah
menyinggung dan membahas tentang karakter tokoh dalam novel, maka tampak bahwa novel tersebut dapat dipandang dan diteliti dengan sudut pandang yang
berbeda-beda, dan dapat disimpulkan bahwa novel Ayahku
BukanPembohongmemiliki gambaran karakter-karakter yang sangat kuat, terutama pada karakter tokoh utama Ayah dan tokoh Dam. Jika peneliti-peneliti
sebelumnya menganalisis karakter tokoh secara garis besar, maka pada kesempatan ini penulis mencoba mengkaji dengan fokus kepada kesederhanaan
tokoh Ayah dan Dam yang tergambar dan diungkapkan oleh pengarang lewat perilaku tokoh sehari-hari yang digambarkan lewat dialog-dialog dalam novel
tersebut, dengan menguraikan bagaimana mereka tetap bahagia dengan pilihan hidup sederhana kemudian meninjau kesederhanaan Ayah dan Dam tersebut
melalui sudut pandang psikologi sastra dengan mempergunakan teori kepribadian psikoanalisis oleh Sigmun Freud.
BAB III METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah penelitian kualitatif. Tantawi 2014:61 mengatakan, ”Data kualitatif adalah data yang
berhubungan dengan nilai atau kesan dari objek.” Penelitian kualitatif bertujuan memeroleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia
yang diteliti.Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuannya tidak dapat diukur dengan
angka.
3.1. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah: Judul
: Ayahku Bukan Pembohong Pengarang
: Tere Liye Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman
: 304 halaman Tahun Terbit
: April 2011 Warna Sampul
: Biru bercampur ungu dan kuning Gambar Sampul : Gambar apel emas di atas awan, beberapa orang
memakai pakaian bola memegang piala, serta dua orang menaiki layang-layang.