itu menjadi aktivitas yang menyenangkan untuknya. Seperti dalam kutipan berikut:
”Itu menjadi pengalaman yang seru, belajar sekaligus bekerja yang sebenarnya.Teman-teman juga membutuhkan
bersosialisasi dengan penduduk, bisa menjadi bagian mengisi waktu senggang.Aku pikir itu tidak akan
mengganggu aktivitas belajar.” Liye, 2011:205
4.2 Sederhana Berpikir
Hamka 1984:154 mengatakan, ”Pikiran yang matang dapat membedakan yang gelap dan yang terang, dapat membuang jauh-jauh pendapat yang salah dan
pendirian yang curang. Satu kegilaan yang menghilangkan sederhana ialah merasa kagum pada diri sendiri.Pongah dengan nama dan turunan.”Mempergunakan akal
dengan seksama adalah sadar bahwa kita datang ke dunia bukanlah untuk melihat- lihat dan menilik-nilik diri di depan kaca sambil membusungkan dada. Kita
datang ke dunia untuk bekerja, dan apa yang kita kerjakan itu pada hakikatnya bukan jasa seperti yang disangka kebanyakan orang, tetapi kewajiban yang sudah
semestinya dilakukan oleh tiap-tiap orang hidup, seperti Ayah yang sederhana dalam berpikir, bahwa membantu orang lain adalah wujud kewajibannya sebagai
sesama manusia, bukan menganggapnya sebagai jasa, dan tidak merasa kagum akan dirinya sendiri atau membusungkan dadanya karena merasa ia orang hebat
sehingga ia pun menjadi pribadi yang disenangi banyak orang. Terlihat dalam kutipan berikut:
”Ayah kau pastilah tidak pernah bilang itu.” Sang Kapten seperti tahu apa yang kupikirkan. ”Tentu saja, karena
sejatinya tanpa bertemu dengan ayah kau saat aku menjadi pengantar sup jamur, aku tidak akan pernah menjadi pemain
hebat. Dam, tanpa itu keponakanku yang pemalas ini juga
tidak akan pernah menjadi pemain hebat, karena aku tidak punya inspirasi mendidiknya. Ayah kaulah yang datang ke
klub itu, bilang aku berhak mendapatkan kesempatan. Dia mengancam akan melaporkan klub itu ke komite olahraga
karena menolakku ikut seleksi hanya gara-gara tinggi badan.” Liye, 2011:297-298
Meskipun Ayah sudah membantu sang Kapten, tetapi ia tidak membusungkan dadanya, ini terbukti pada kalimat Ayah kau pastilah tidak
pernah bilang itu, yang menandakan ia tidak merasa hebat karena pernah membantu seseorang yang kini sudah menjadi orang berhasil dan mendunia.
Orang yang sederhana dalam berpikir akan rendah hati. Rendah hati jauh dari sifat membeda-bedakan golongan dan status sosial, dan rendah hati tidak
memandang dirinya lebih dari orang lain dan tidak mau menonjolkan diri dalam pergaulan dalam arti negatif sekalipun ia mempunyai kelebihan dan
kemampuan. Ayah adalah seorang pribadi yang rendah hati, karena meskipun ia memiliki pendidikan tinggi sebagai master hukum luar negeri, ia tidak pernah
menonjolkan dirinya, telah dibuktikan dalam dialog yang terdapat dalam Liye, 2011:274
Begitu pula dengan Dam, ia juga adalah seorang pribadi sederhana. Ia menggunakan akalnya dengan seksama dengan tidak memikirkan dirinya sendiri.
Seperti yang terlihat dalam kutipan, ”Tidak ada waktu untuk berpikir soal kemenangan.Jarjit mengalami masalah, maka aku segera membalik badan.”
Liye, 2011:17. Lewat apa yang dilakukan Jarjit selama ini kepada Dam, dan mengingat mereka adalah musuh, seperti layaknya Anjing dan Kucing, maka
Dam punya alasan yang kuat untuk tidak menolong Jarjit apalagi mereka sedang
bertanding, dan Dam sudah mendekati kemenangannya, dengan itu ia dapat membuktikan diri atas kehebatannya tetapi Dam melupakan itu semua. Ia tidak
berpikir soal kemenangannya, dengan merendahkan hati ia berusaha menolong Jarjit.
”Aku memukul dada Jarjit keras-keras---teknik yang diajarkan pelatih sebagai pertolongan pertama keadaan
darurat.Jarjit bergeming.Tubuh tinggi besarnya terkulai lemah.Aku memukul lebih keras.Ayolah, Kawan kau bisa
melakukannya.Aku berseru cemas.Tetap tidak ada reaksi.Beruntung, sebelum aku panik, Jarjit tersendak
memuntahkan air.Ia siuman. Aku membantunya bersandar.” Liye, 2011:17
4.3 Sederhana Keperluan Hidup