Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
dengan pendaftaran tanahnya. Jika hal ini ditempuh berdasarkan kesepakatan pihak- pihak dan kepastian hukum yang dicapai jauh lebih tinggijika dibanding dengan
hanya peralihan berdasarkan pembayaran ganti kerugian saja.
74
Jika tanahnya tanah hak harus melalui tawar-menawar dan cara lain untuk mendapatkan persetujuan pemilik. Berdasarkan kesepakata yang tercapai pihak-pihak
harus menghadap ke Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT atau camat yang dieri jabatan PPAT untuk mengesahkan perjanjian pengalihan hak dan penerbitan akta
pengalihan haknya, selanjutnya oleh PPAT diteruskan ke kantor Pertanahan untuk untuk didaftarkan dan dicatat balik namanya. Jika hal itu telah selesai maka secara
hukum resmilah pengalihan hak tersebut.
75
Pada tahun 1961 pemerintah telah mengundangkan Undang-undanga No.20 Tahun 1961, tentang Pencabutan Hak-hak Atas Tanah dan Benda-benda Yang Ada di
Atasnya. Dengan berlakunya undang-undang ini, maka onteigening ordonantie dinyatakan tidak berlaku lagi di seluruh wilayah Indonesia. Udang-undang No. 20
Tahun 1960 ini adalah sebagai pelaksana dari Pasal 18 UUPA No. 5 Tahun 1960. Pengalihan tanah tersebut harus memperhatikan Rencana Umum Penataan
Ruang RUTR yang berlaku. Dengan kata lain, bagi sipemilik atau calon pembeli harus tahu bahwa peruntukan dan penggunaan tanah tersebut bersesuaian dengan
RUTR.
B. Tata Cara Pengadan Tanah melalui Lembaga Pencabutan Hak
74
Ibid
75
Ibid, halaman 87.
Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
Pasal ini merupakan jaminan bagi rakyat mengenai hak-hakya atas tanah. Pencabutan hak dimungkinkan, tetapi diikat dengan syarat-syarat, misalnya harus
disertai denan pemberian gantikerugian yang layak. Elemene-elemen yang terkandung dalam Pasal 18 yaitu adanya kepentingan bangsa dan negara, kepentingan
bersama dari rakyat, sebagai bagiab dari kepentingan umum, maka bagi masyarakat yang dicabtut hak atas tanahnya harus diberikan ganti rugi yang layak dan harus
diatur dengan suatu undang-undang. UUPA telah meletakkan suatu kehendak yang pasti bahwa kita tidak
mengenal adanya suatu pensitaan tanah seseorang untuk pembangunan, kecuali karena suatu kejahatan, demikin juga tidak mungkin karena pandangan politik
sesesorang, tetapi harus dengan suatu ganti rugi dan ganti rugi tersebut harus layak, baik ditinjau dari pemerintah ataupun ditinjau dari yang terkena pencabutan.
76
76
AP. Parlindungan, Pencabutan dan Pembebasan Hak Atas Tanah Suatu Studi Perbandingan, Mandar Maju, Bandung, 1993, halaman 5.
Prinsip pemberian ganti rugi yang layak ini dianut juga dalam Undang-undang No. 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang. Pencabutan hak yang diatur dalam Pasal 18 UUPA jo. Undang-undang No.20
Tahun 1961 adalah merupakan tindakan sepihak yang dilakukan pemerintah, untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat yang pelaksanaannya harus dilakukan
sedemikian rupa seperti adanya persetujuan kehendak bersama antara pemilikpemegang hak atas tanah dengan pemerintah dengan jalan melakukan
perbuatan hukum jual beli agar masing-masing merasa tidak dirugikan.
Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
Pencabutan hak atas tanah menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 1961, hanya boleh dilakukan :
1. Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa sesrta kepentingan
bersama dari rakyat demikin pula kepentingan pembangunan. 2.
Sebagai cara yang terakhir untuk memperoleh tanah yang diperlukan, yaitu jika musyawarah dengan pemilikpemegang hak atas tanah tidak dapat membawa hasil
yang diharapkan.
77
Syarat tersebut jika dihubungkan dengan Pasal 18 UUPA maka dapat ditemuka n lima syarat untuk pencabutan hak atas tanah :
1. Pencabutan hak atas tanah hanya dapat dilakukan untuk kepentingan umum
termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, dan kepentingan pembangunan.
2. Pencabutan hak atas tanah harus dengan pemberian ganti rugi yang layak kepada
pemegang hak. 3.
Dilakukan menurut cara yang diatur oleh undang-undang. 4.
Pencabutan hak dilakukan apabila pemindahan hak menurut cara biasa tidak mungkin lagi dilakukan misalnya jual beli atau pembebasan hak.
5. Pencabutan hak dilakukan apabila tanah yang diperlukan tidak mungkin
dipperoleh ditempat lain untuk keperluan tersebut.
78
77
H. Abdurrahman, Op.cit, halaman 28.
78
Syafruddin Kalo, Op.cit, halaman 17.
Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
Di dalam Undang-undang No. 20 Tahun 1961 menyatakan bahwa bentuk kegiatan pembangunan yang mempunyai sifat kepentingan umum meliputi bidang
pembangunan : a
Pertanahan, b
Pekerjaan umum, c
Perlengkapan umum, d
Jasa umum, e
Keagamaan, f
Ilmu pengetahun dan seni budaya, g
Kesehatan, h
Olahraga, i
Keselamatan umum terhadap bencana, j
Kesejahteraan sosial, k
Makamkuburan, l
Parawisata dan rekreasi, m
Usaha-usaha ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan umum.
79
Disamping itu undang-undang pencabutan hak juga mengisyaratkan agar pemindahan hak atas tanah, harus dilakukan dengan persetujuan kehendak dari kedua
belah pihak, yaitu pemerintah harus mengupayakan dengan prosedur jual beli atau pembebasan hak dengan pemberian ganti rugi yang layak melalui proses
musyawarah. Dilain pihak apabila cara ini tidak dapat dilakukan, pemerintah
79
Tampil Anshsri Siregar, Op. cit, halaman 4.
Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
diberikan kewenangan untuk melakukan pencabutan hak. Kewenangan ini dipergunakan pemerintah agar proses untuk mendapatkan tanah dapat dilakukan
dengan cepat untuk kepentingan pembangunan tanpa melalui prosedur yang panjang. Meskipun syarat yang ditentukan untuk itu, substansi hukumnya sangat kabur atau
tidak mengandung unsur kepastian hukum.
80
a. Rencana peruntukannya dan alasan-alasannya, bahwa untuk kepentingan umum
harus dilakukan pencabutan hak itu, Pencabutan hak itu merupakan tindakan yang sangat penting karena berakibat
mengurangi hak seseorang, maka yang memutuskan adalah Pejabat Eksekutif yang tertinggi yaitu adalah Presiden. Dengan demikian pencabutan hak atas tanah dan
benda-benda yang ada diatasnya adalah merupakan wewenang tunggal dari Presiden, sebagai Pejabat Administrasi Tertinggi.
Prosedur yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan pencabutan hak adalah pemerintah yang hendak mengajukan permohonan pencabutan hak, dapat
secara langsung mengajukan permohonan, sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 2 Undang-undag No. 20 Tahun 1961, yaitu : Permintaan untuk melakukan
pencabutan hak atas tanah danatau benda tersebut diajukan oleh yang berkepentingan kepada presiden dengan perantaraan Kepala BPN dimulai dari Kantor
PertanahanKantor Wilayan BPN setempat yang berisi :
b. Identitas pemegang hak dan tanahnya,
c. Rencana penampungan orang-orang yang akan dicabut haknya,
80
Syafrrudin Kalo, Op. cit. halaman 18
Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
d. Juga dilampirkan pertimbangan Kepala Daerah dan penaksiran besarbentuk ganti
kerugian oleh Panitia Penaksir, e.
Selanjutnya ditingkat pusat disertai pertimbangan dari Mentri yang bersangkutan sebagai yang memerlukan tanah dan Mentri Kehakiman.
81
Setelah keluar Keputusan Presiden tentang pencabutan hak atas tanah dan pembayaran gatikerugian serta penampungan baru telah deselenggarakan, barulah
penguasaan atas tanah dan benda-benda diatasnya dapat dilaksanakan pencabutan hak secara biasa, kecuali pencabutan tersebut dalam keadaan sangat mendesak
pencabutan hak secara mendesak, penguasaan tanah dapat dilakukan asalkan sudah keluar Surat Keputusan Kepala BPN yang memperkenankan pencabutan hak tersebut
sekalipun belum dibayar ganti kerugiaanya, tetapi selanjutnya harus diteruskan permohonan itu sampai keluar Keputusan Presidan pencabutan haknya. Dan jika
ternyata permintaan pencabutan hak ditolak maka tanah dan benda-benda yang ada diatasnya harus dikembalikan kepada pemiliknya sebagaimana semula danatau diberi
ganti kerugian yang sepadan. Apalagi jika tanah yang dicabut hakyan itu tidak dipergunakan sebagaimana peruntukan pada permohonannya semula maka bagi
pemegang hak diberi prioritas utama mendapatkan kembali tanah tersebut. Suatu azas yang berlaku dalam pencabutan hak atas tanah yaitu harus lebih
dahulu diusahakan melalui cara biasa agar tanah itu diperoleh dengan suatu persetujuan. Dengan kata lain walaupun sudah keluar Keputusan Presiden pencabutan
hak atas tanahnya, tetapi disamping itu tercapai kesepakatanpersetujuan jual-beli
81
Ibid, halaman 20.
Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
atau tukar-menukar maka jalan jual-beli atau tukar-menukar itulah yang ditempuh. Oleh karena itu pencabutan hak adalah satu-satunya jalan terakhir untuk memperoleh
tanah danatau benda lainnya yang diperlukan untuk kepentingan umum. Dan disini berlaku azas yang menyatakan bahwa kepentinan umum harus didahulukan daripada
kepentingan orang seoranag, maka dalam keadaan memaksa pencabutan dapat dilaksanakan jika musyawarah tidak membawa hasil.
82
Jika pemegang hak atas tanah keberatan terhadap besar ganti kerugian yang ditetapkan maka ia dapat meminta banding ke Pengadilan Tinggi setempat sebagai
upaya yang pertama dan terakhir untuk menetapkan besar ganti kerugian yang lebih layak. Pencabutan hak yang bersifat memaksa sebagaimana dinyatakan diatas
mempertegas bahwa keberatan pemegang hak atas tanah tentang gantikerugian tidak dapat menunda jalannya pencabutan hak dan penguasaannya, dengan kata lain
pencabutan itu tidak dapat diganggu gugat di Pengadilan ataupun dihalang-halangi pelaksanaannya. Tanah yang telah dicabut haknya dengan suatu Keputusan Presiden
dan telah dilakukan pembayaran ganti kerugian jatuh menjadi tanah negara, kemudian diberi hak kepada yang berkepentingan dengan hak yang sesuai.
83
Dengan keluarnya Keppres No. 55 Tahun 1993 tersebut maka tidak dikenal lagi istilah pembebasan tanah, istilah pembebasan tanah telah diganti pelepasan atau
penyerahan hak atas tanah dan dinyatakan tidak berlaku tiga peraturan pokok yang
C. Tata Cara Pengadan Tanah melalui Lembaga Pengadaan Tanah