Tata Cara Pengadan Tanah melalui Lembaga Pengadaan Tanah

Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 atau tukar-menukar maka jalan jual-beli atau tukar-menukar itulah yang ditempuh. Oleh karena itu pencabutan hak adalah satu-satunya jalan terakhir untuk memperoleh tanah danatau benda lainnya yang diperlukan untuk kepentingan umum. Dan disini berlaku azas yang menyatakan bahwa kepentinan umum harus didahulukan daripada kepentingan orang seoranag, maka dalam keadaan memaksa pencabutan dapat dilaksanakan jika musyawarah tidak membawa hasil. 82 Jika pemegang hak atas tanah keberatan terhadap besar ganti kerugian yang ditetapkan maka ia dapat meminta banding ke Pengadilan Tinggi setempat sebagai upaya yang pertama dan terakhir untuk menetapkan besar ganti kerugian yang lebih layak. Pencabutan hak yang bersifat memaksa sebagaimana dinyatakan diatas mempertegas bahwa keberatan pemegang hak atas tanah tentang gantikerugian tidak dapat menunda jalannya pencabutan hak dan penguasaannya, dengan kata lain pencabutan itu tidak dapat diganggu gugat di Pengadilan ataupun dihalang-halangi pelaksanaannya. Tanah yang telah dicabut haknya dengan suatu Keputusan Presiden dan telah dilakukan pembayaran ganti kerugian jatuh menjadi tanah negara, kemudian diberi hak kepada yang berkepentingan dengan hak yang sesuai. 83 Dengan keluarnya Keppres No. 55 Tahun 1993 tersebut maka tidak dikenal lagi istilah pembebasan tanah, istilah pembebasan tanah telah diganti pelepasan atau penyerahan hak atas tanah dan dinyatakan tidak berlaku tiga peraturan pokok yang

C. Tata Cara Pengadan Tanah melalui Lembaga Pengadaan Tanah

82 Tampil Anshari Siregar, Op cit, halaman 6. 83 Ibid, halman 7. Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 mengatur tentang pembebasan tanah, yaitu : PMDN No. 15 Tahun 1975 dan PMDN No. 2 Tahun 1976 dan PMDN No.2 Tahun 1985. 84 Baik dalam lembaga pembebasan tanah maupun pengadaan tanah, tanah yang dibutuhkan pihak pemerintah untuk kepentinan umum hanya dapat diambila dan diperguanakan oleh pihak yang memerlukan jika sipemilik tanah setuju. Persetujuan tersebut melalui musyawarah yang mencapai kesepakatan. Substansi ketentuan ini bersifat keperdataan yang meliputi ketentua Pasal 1320 jo. Pasal 1338 KUHPerdata. Yang berarti bahwa harus memenuhi syarat-syarat sahnya persetujuan yang dilaksanakan para pihak dan dilandaskan dengan itikad baik. 85 84 Ediwarman, Op.cit, halaman 97. 85 Pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan supaya terjadi suatu persetujuan yang sah perlu dipenuhi 4 syarat; 1.kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya, 2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan, 3. suatu pokok persoalan tertentu, 4. suatu sebab yang tidak terlarang. Dan pada Pasal 1338 KUHPerdata 1 Ditegaskan semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, 2 persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang, 3 persetujuan hanya dilakukan dengan itikad baik. Berbagai kegitan yang dilakukan pemerintah baik berupa pelayanan publik maupun pembanguna, melalui peraturan perundang-undangan tekah ditetapkan batasan kegiatan pembangunan yang dikategorikan mempunyai sifat kepentingan umum. Pasal 5 Keppres No.55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Kepentingan Umum ayat 1 menyatakan : “Kegiatan pembangunan yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki pemerintah serta tidak digunakan unutuk mencari keuntungan, dalam bidang-bidang antara lain sebagai berikut ; a. jalan umum, saluran pembuangan air; b. waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya termasuk saluran irigasi ; c. rumah sakit umum dan pusat-pusat kesehatan masyarakat ; Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 d. pelabuhan atua bandar udara atau terminal ; e. peribadatan ; f. pasar umum atau pasar IMPRES ; h. fasililtas pemakaman umum ; i. fasilitas keselamatan umum seperti antara lain tanggul penanggulanga banjir, lahar dan lain-lain bencana ; j. pos dan telekomonikasi ; k. sarana olah raga ; l. stasiun penyiar radio, televisi, beserta sarana pendukungnya ; m. kantor pemerintah ; n. fasilitas angkatan bersenjata indonesia.” Kemudian Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2005 menyatakan : “Pembanguanan untuk kepentingan uu yang dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daertah meliputi : a. Jalan umum, jalan tol, rel kereta api, diruang atas tanah maupun bawah tanah, saluran air minumair bersih, saluran pembuangn air dan sanitasi, b. Waduk, bendungan, irigasi dan bangunan pengairan lainnya. c. Rumah sakit umum danpusat kesehatan masyarakat, d. Pelabuhan, badar udara, stasiun kereta api dan terminal, e. Peribadatan, f. Pendidikan atau sekolah, g. Pasar umum, h. Fasilitasdpemakaman umum, i. Fasilitas keselamatan umum, j. Pos dan telekomonikasi, k. Saran olah raga, l. Stasiun penyiaran radio, televisi dan sara pendukungnya, m. Kantor pemerintah, pemerintah daerah, perwakilan negara asing, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan atau lembaga-lembaga internasional dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa n. Failitas Tentara Nasional Indonesia, dan kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, o. Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan, p. Rumah susun sederhana, q. Tempat pembuangan sampah, r. Cagar alam dan cagar budaya, s. Pertamanan, t. Pantai sosial, u. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik. Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 Dilihat dari cakupan pembangunan yang bersifat kepentingan umum diatas, Keppres No. 55 Tahun 1993 jauh lebih luas karena tetap terbuka penambahannya asal ditetapkan dengan keputusan presiden. 86 1. BupatiWalikota Kepala Daerah sebagai ketua merangkap anggota ; Pelaksanaan pengadaan tanah untuk untuk pembangunan kepentingan umum yang luas tanahnya lebih dari 1 Ha dapat dilakukan dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah. Pada hakekatnya keberhasilan pengambilan tanah melalui lembaga pengadaan tanah in sangat bergantung kepada kemampuan Panitai melaksanakan tugasnya karena merekalah yang bersama dengan pihak yang memerlukan tanah melakukan pendekatan kepada pemilik tanah, melakukan dan memimpin musyawarah bahkan memberikan pendapat sebagai solusi jika terjadi perbedaan pendapat diantara kedua belah pihak sampai kepada tercapainya kesepakatan serta sampai kepada tercapainya kesepakatan serta acara pelepasanpenyerahan tanah kepada pihak yang memerlukan. Pasal 7 Keppres No. 55 Tahun 1993 yang menyatakan : “Susunan panitia pengadaan tanah terdiri dari : 2. Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya sebagai wakil ketua merangkap anggota; 3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, sebagai anggota; 4. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab di bidang bangunan, sebagai anggota; 5. Kepala Instansi Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian, sebagai anggota; 6. Camat yang wilayahnya meliputi bidang tanah yang rencana dan pelaksanaan pembangunan akan berlangsung, sebagai anggota; 7. LurahKepala Desa yang wilayahnya meliputi bidang tanah dan rencana pelaksanaan pembanggunan akan berlangsung; 86 Tampil Anshari siregar, Op.cit, halaman 94. Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 8. Asisten Sekretaris Wilayah Daerah Bidang Pertanahan atau Kepala Bagian Pemerintah pada Kantor BupatiWalikota, Sebagai sekretaris I bukan anggota; 9. Kepala Seksi pada Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya sebagai Sekretaris II bukan anggota.” Selanjutnya Pasal 8 Keppres No. 55 Tahun 1993 menyatakan : ”Panitia Pengadaan Tanah bertugas 1. mengaakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang hak atasnya akan dilepaskan atau diseahkan ; 2. mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan, dan dokumen yang mendukungnya, 3. menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan; 4. memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana pembangunan danatau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkena pembangunan danatau pemegang hak atas tanah; 5. mengadakan musyawarah dengan para pemegana hak atas tanah dan instansi pemerintah danatau pemerintah daerah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk danatau besarnya ganti rugi; 6. menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang ada diatas tanah, 7. membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah; 8. mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas pengadaan tanah dan menyerahkan kepada pihak yang berkompeten. Untuk menghihindari pelanggaran hak-hak keperdataan dari pemilik danatau yang menguasai tanah, maka pelepasan atau penyerahan hak atas tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah. Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa pelaksanaan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, yang dilakukan oleh Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 pemerintahPanitia Pelepasan Hak Atas Tanah harus menghormati hak-hak keperdataan milik pemilik tanah dan tidak beleh dilakukan secara semema-mena. 87 Dalam hukum dikenal suatu asas nonretroaktif yang mengandung arti suatu peraturan hukum tidak dapat diberlakukan surut. BAB IV ANALISA PENERAPAN HUKUM DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM . 88 87 Ediwarman, Op.cit, halaman 48. 88 Chainur Arassid, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, USU Press, Medan, 2000, halaman 23. Maka dalam kasus yang akan dianalisa dibawah ini, Perpres No. 36 Tahun 1993 dan Perpres No. 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum tidak dapat diberlakukan karena kasus dibawah ini terjadi sebelum berlakunya Perpres No. 36 Tahun 2005 dan Perpres No. 65 Tahun 2006. Dalam pembahasan ini yang akan dianalisa adalah penarapan peraturan pengadaan tanah untuk kepentingan umum secara khusus Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum dalam Putusan Pengadilan Negri Lubuk Pakam No. 52PDT.G2004PN.LP, mengenai ganti rugi dalam pegadaan tanah.

A. Posisi Kasus

Dokumen yang terkait

Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

10 177 117

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

5 129 124

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewarisan Anak Li’an Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Putusan Pengadilan Agama Nomor 1595/PDT.G/2010/PA Sidoarjo)

1 68 141

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Analisis Yuridis Kompetensi Pengadilan Niaga Dalam Perkara Kepailitan (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 65/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST)

1 81 151

Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 (Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52/PDT.G/2004/PN-LP)

11 59 85

Tinjauan Yuridis Pembatalan Putusan Arbitrase Oleh Pengadilan Negeri (Studi Kasus Perkara No. 167/Pdt.P/2000/PN-Jak.Sel)

2 51 168

Perbuatan Menjual Tanah Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara : 995 K/Pdt/2002)

3 14 87

Analisis Putusan Pengadilan Tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi (Studi Kasus Putusan Nomor 35/Pdt.G/2012/PN.YK dan Putusan Nomor 42/Pdt.G/2012/PN.YK)

1 9 63

Tinjauan Yuridis Terhadap Proses Tuntutan Ganti Kerugian Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2730/Pid.B/2001/PN.Mdn)

0 2 130