Analisa Komponen Substantif PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DIBIDANG PENGADAAN

Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 Tahun 1993 ini lebih memungkinkan sulitnya kepentingan umum tersebut dimanipulasi. Apa yang ditetapkan oleh Perpres No.36 Tahun 2005 akan lebih mudah membenarkan suatu kepentingan itu menjadi suatu kepentingan umum dan cenderung kemauan penguasa akan sangat berpengaruh dalam penetapan kepentingan umum tersebut. 43 Secara yuridis substansi Undang-undang No. 20 Tahun 1961 belum memberikan perlindungan hukum secara konperhensive kepada pemilikpemegang

B. Analisa Komponen Substantif

Substansi dari peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan sesungguhnya mengatur tentang bagaimana lembaga-lembaga itu harus berjalan didalam proses ganti rugi tanah, untuk itu dapat dianalisis sebagai berikut : B.1. Sebelum Berlakunya Keppres No. 55 Tahun 1993. Berdasarlan Pasal 18 UUPA No. 5 Tahun 1960 dikeluarkanlah Undang- undang No. 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak Atas Tanah dan Benda- benda yang Ada di Atasnya. Dalam undang-undang ini upayan pencabutan hak itu merupakan alternatif terakhir setelah dilakukan upaya-upaya lain secara maksimal dan jika ternyata mengalami jalan buntu, sementara kepentingan umum sangat mendesak dan membahayakan kepentingan bersama dan keselamatan bersama, baru pencabutan hak itu dilakukan. 43 Tampil Anshari Siregar, Op.cit, halaman 90. Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 hak atas tanah, karena perlindungan yang ada bersifat sepihak, sedangkan kepentingan umum dalam undang-undang ini tidak jelas kriterianya. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 1961 yang menyatakan : untuk kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, demikian pula kepentingan pembangunan, maka presiden dalam keadaan yang memaksa setelah mendengar Mentri Agraria, Mentri Kehakiman dan mentri yang bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya. Kemudian apa saja yang harus diganti rugi dalam undang-undang ini tidak dijelaskan secara tegas. 44 44 Ediwarman, Op.cit, halaman 88. Dalam Pasal 8 Undang-undang No. 20 tahan 1961 tercermin adanya lembaga banding ke Pengadilan Tinggi yang merupakan instansi pertama dan terakhir sebgaimana yang diuraikan dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1973, sedangkan dalam peraturan pembebasan tanah tidak ada lembagan banding. Mengenai penetapan besarnya ganti rugi tanah, harus ditetapkan dalam Keputusan Presiden, demikian juga gati rugi tanah harus diumumukan secara transparan sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Impres No. 9 Tahun 1973. Oleh karena peraturan pencabutan hak atas tanah prosedurnya sangat lama dan kurang melindungi pihak yang membutuhkan tanah maupun pemilik tanah bila ingan mendapatkan tanah maupun melepaskan hak atas tanah dengan cepat dan mudah, maka dikeluarkan peraturan pembebasan tanah seperti PMDN No. 15 Tahun 1975. Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 Pembebasan tanah dalam PMDN No. 15 Tahun 1975 ini bukan saja semata- mata untuk kepentingan umum, akan tetapi juga untuk kepentingan swasta sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11. peraturan ini menegaskan bahwa pembebasan tanah untuk keperluan swasta pada asasnya harus dilakukan secara langsung antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemberian ganti rugi atas dasar asas musyawarah. Musayawarah dimaksud mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi. 45 1. PMDN No. 15 Tahun 1975 baik ditinjau dari formilnya yang tidak memenuhi persyaratan yuridis maupun ditinjuau dari segi meterilnya yaitu berupa perlindungan kepada anggota masyarakat yang akan dicabut haknya adalah batal menurut hukum Menurut A.P. Parlindungan PMDN No. 15 Tahun 1975 ini mengandung beberapa kelemahan antara lain : 2. Apbila PMDN itu diuji kepada doktrin bahwa ada pembatas wewenang dari badan negara untuk membuat undang-undang dalam arti materil dengan anggapan bahwa pembebasan tanah adalah sama dengan pencabutan hak, maka peraturan mentri termasuk adalah batal karena : a Mentri dalam negri tidak mempunyai wewenang membuat peraturan yang mengikat umum, tanpa adanya pendelegasian wewenang. b Mengenai pencabutan hak, Undang-Undang No. 20 Tahun 1961 telah menunjuk Presiden sebagai instansi yang berwenang memutus. 45 Ibid. Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 3 PMDN mengatur suatu soal yang telah diatur oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 1961 dan isi PMDN tersebut bertentangan dengan undagn-undang termadsud. 46 Mengenai kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi diwilayah kecamatan diatur dalan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahaun 1985. pengadaan tanah di wilayah kecamatan menurut Pasal 2 PMDN No. 2 Tahun 1985 luasnya tidak lebih dari 5 lima Ha dengan syarat-syarat sebagai berikut : 1 Lokasi dan luas tanah yang diperuntukkan bagi proyek pembagunan harus disesuikan dengan rencana penggunaan tanahpembangunan pemerintah daerah ; 2 Harga tanah harus memadai dalam arti yang paling menguntungkan bagi negara dan harta tanah tersebut juga harus sesui dengan harga tanah bagi proyek-peoyek pembangunan lainnya di wilayah yang bersangkutan dalam tahun anggaran yang sama. 47 Dalam menetapkan besarnya ganti rugi tanah harus dilakukan secara musyawarah antara pimpinan proyek dengan pemilik tanah dengan memperhatikan ketentuan harga dasar yang ditetapkan di daerah setempat. Apabila telah tercapai kata sepakat berdasarkan musyawarah dengan para pemilik yang berhak atas tanah, tetap memperlakukan PMDN No. 15 Tahun 1975 dan apabila belum dicapai musyawarah dengan para pemilik tanah yang diperlukan menurut ketentuan peraturan, hal ini sesui denga ketentuan Pasal 11 PMDN No. 2 Tahun 1985 yang menyatakan bahwa : 46 AP. Parlindungan, Op.cit, halaman 2. 47 Ibid, halaman 96. Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009 1 Pengadaan tanah untuk kepentingan proyek-proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dilaksanakan oleh pemimpin instansi proyek yang bersangkutan. 2 Pengadaan tanah yang dimaksud dalam ayat 1 luasnya tidak lebih 5 lima Ha. 3 Dalam melaksanakan pengadaan tanah dimaksud dalam ayat 1 pemimpin proyek memberitahukan kepada Camat mengenai letak dan luas tanah yang dibutuhkan. 4 Apabila dipandang perlu Camat dapat memeinta bantuan dari instansidinas yang bersangkutan sesui dengan jenjang hirarki. 48 Ketentuan PMDN No. 2 Tahun 1985 memperpendek jalur dari pembebasan tanah untuk luas kurang dari 5 lima Ha yang diserahkan saja kepada Camat dan pimpinan setempat. 49 Kelemahan PMDN No. 2 Tahun 1985 dapat mempermudah timbul KKN Korupsi, Kolusi, Nepotisme karena yang memutuskan adalah ketua panitia dan camat setempat dan terlalu mudah untuk membebaskan satu bidang tanah, yang akibatnya dapat menimbulkan pihak yang dirugikan dalam pengadaan tanah ini, misalnya tanah yang dibebaskan puluhan hektar, tetapi dalam pelaksanaan yang dibebaskan dibagi-bagi menjadi 5 Ha, sehingga unsur KKN dalam pembebasan tanah dapat berjalan lancar. Ketentuan ini secara yuridis dan sosiologis maupun filosofis belum memenuhi suatu aturan yang benar-benar dapat memberikan perlindungan kepada kedua belah pihak. 50 48 Sajudi Wiranoto, Himpunan Peraturan Pembebasan Tanah, BP. Dharma Bhakti, 1992, halaman 209-210 49 AP. Parlindungan, Op-cit, halaman 49. 50 Ediwarman, Op-cit, halaman 97. Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008. USU Repository © 2009

B. 2. Sesudah Berlakunya Keppres No. 55 Tahun 1993

Dokumen yang terkait

Analisa Hukum Penetapan Ahli Waris (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 1229/Pdt.G/2010/PA/Mdn)

10 177 117

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

5 129 124

Tinjauan Yuridis Terhadap Kewarisan Anak Li’an Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Putusan Pengadilan Agama Nomor 1595/PDT.G/2010/PA Sidoarjo)

1 68 141

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Analisis Yuridis Kompetensi Pengadilan Niaga Dalam Perkara Kepailitan (Studi Kasus Terhadap Putusan Nomor 65/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST)

1 81 151

Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 (Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52/PDT.G/2004/PN-LP)

11 59 85

Tinjauan Yuridis Pembatalan Putusan Arbitrase Oleh Pengadilan Negeri (Studi Kasus Perkara No. 167/Pdt.P/2000/PN-Jak.Sel)

2 51 168

Perbuatan Menjual Tanah Wakaf Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor Perkara : 995 K/Pdt/2002)

3 14 87

Analisis Putusan Pengadilan Tentang Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi (Studi Kasus Putusan Nomor 35/Pdt.G/2012/PN.YK dan Putusan Nomor 42/Pdt.G/2012/PN.YK)

1 9 63

Tinjauan Yuridis Terhadap Proses Tuntutan Ganti Kerugian Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2730/Pid.B/2001/PN.Mdn)

0 2 130