Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
pemerintahPanitia Pelepasan Hak Atas Tanah harus menghormati hak-hak keperdataan milik pemilik tanah dan tidak beleh dilakukan secara semema-mena.
87
Dalam hukum dikenal suatu asas nonretroaktif yang mengandung arti suatu peraturan hukum tidak dapat diberlakukan surut.
BAB IV
ANALISA PENERAPAN HUKUM DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM
.
88
87
Ediwarman, Op.cit, halaman 48.
88
Chainur Arassid, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, USU Press, Medan, 2000, halaman 23.
Maka dalam kasus yang akan dianalisa dibawah ini, Perpres No. 36 Tahun 1993 dan Perpres No. 65 Tahun 2006
tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum tidak dapat diberlakukan karena kasus dibawah ini terjadi sebelum berlakunya Perpres No. 36
Tahun 2005 dan Perpres No. 65 Tahun 2006. Dalam pembahasan ini yang akan dianalisa adalah penarapan peraturan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum secara khusus Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum
dalam Putusan Pengadilan Negri Lubuk Pakam No. 52PDT.G2004PN.LP, mengenai ganti rugi dalam pegadaan tanah.
A. Posisi Kasus
Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
- Penggugat adalah Banua Candra melawan PT. Jasa Marga, Pemerintah
Republik Indonesia yang diwakili oleh Mentri Pemukimam dan Prasarana Wilayah KIMPRASWIL, Cq Mentri Dalam Negri, Cq Mentri Badan Usaha
Milik Negara, Cq Direktur PT. Perkebunan Nusantara II, Cq Kepala Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara, Cq Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Deliserdang. -
Penggugat adalah pemilik tanah seluas 3.603 M2 yang terletak di Desa Seantis Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Delisesrdang yang bersertifikat Hak
Milik No. 151 Desa Seantis yang dibukukan pada tanggal 19 Juli 1994 atas nama Banua Candra. Tanah milik penggugat tersebut adalah pecahan dari tanah
milik pengggugat sendiri seluas 16.588 M2 sebagaimana diuaraikan dalam Sertifikat Hak Milik No. 85 Desa Seantis yang dibukukan pada tanggal 26
Oktober 1991 dan penerbitan sertifikat pada tanggal 30 Okteber 1991. -
Tanah seluas 16.588 M2 tersebut diperoleh Penggugat dengan cara jual-beli dari Tansri Chandra dengan berdasarkan Akta Jual Beli No.584HMPst tanggal 13
Oktober 1992, sedangkan Tansri Chandra memperoleh tanah tersebut dari Liberti manurung berdasarkan Akte Jual Beli No. 83HMPst1992 tanggal 13
Maret. -
Tanah milik penggugat seluas 3.603 M2 telah dikuasai dan diusahai oleh PT. Jasa Marga sejak tahun 1992, tepatnya sejak dibuatnya pintu gerbang Tol ke
Kawasan PT. KIM Mabar Interchange Mabar.
Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
- Penguasaan dan pengusahaan yang dilakukan oleh PT. Jasa Marga tersebut
adalah karena perbuatan Pemerintah Republik Indonesia, Cq Mentri Usaha Milik Negara, Cq Kepala Badan Pertanahan Nasional, Cq Kepala kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sumatera Utara,Cq Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Deliserdang sebagai pihak yang bertanggung
jawab dalam hal melaksanakan pembebasan tanah untuk pembangunan Jalan Tol Interchange Mabar, pembebasan mana tidak memenuhi prosedur yang telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga PT. Jasa Marga menguasai dan mengusahai tanah milik pengggugat dengan tidak benar.
- Dalam proses persidangan Majelis Hakim membuat pertimbangan hukum
dengan mendengarkan saksi-saksi dan menilai alat bukti yang diajukan para pihak sebagai berikut.
1 Bahwa dalam proses pelepasan tanah pembangunan Interchange jalan Tol
Mabar PT. Jasa Marga telah mengetahui tanah seluas 3.603 M2 milik Tansri Candra telah dijual kepada Banua Candra. Akan tetapi PT. Jasa
Marga tetap meminta pelepasan hak atas tanah kepada PT. Perkebunan Nusantara II
2 Bahwa PT. Perkebunan Nusantara II sebagai pemegang Hak Guna Usaha
memohon persetujuan pelepasan hak atas tanah kepada Mentri BUMN, dan kemudian Mentri BUMN memberi persetujuan pelepasan aktiva milik
penggugat berupa lahan tanah seluas 6,9 Ha yang didalamnya termasuk tanah seluas 3.603 M2 milik Banua Chandra.
Juanda Panjaitan : Tinjuan Yuridis Penerapan Hukum Dalam Pengadaan Tanah Berdasarkan Keppres No. 55 Tahun 1993 Studi Kasus Putusan Pengadilan Nomor : 52PDT.G2004PN-LP, 2008.
USU Repository © 2009
- Pengadilan Negri Lubuk Pakam dalam putusannya menyatakan :
1 Menyatakan demi hukum Penggugat adalah pemilik yang sah atas tanah
perkara seluas 3.603 M2 yang terletak di Desa Saentis yang dibukukan pada tanggal 19 Juli 1994 yang merupakan pecahan dari Sertifikat Hak Milik No.
85Desa saentis yang dibukukan pada tanggal 26 Oktober 1991 dengan penerbitan sertifikat tanggal 30 Oktober 1991 seluas 16.588 M2 yang
terdaftar atas nama Banua Chandra. 2
Menyatakan perbuatan PT. Jasa Marga adalah perbuatan melawan hukum 3
Menghukum PT. Jasa Marga dan Pemerintah Republik Indonesia Cq Mentri Badan Usaha Milik Negara Cq Direktur PT. Perkebunan Nusantara II
membayar ganti kerugian dengan perincian sebagai berikut : a
Membayar ganti kerugian atas hilangnya hak atas tanah perkara seluas 3.603 M2 dengan harga permeter sebesar Rp. 335.000,- tiga ratus tiga
puluh lima ribu rupiah dengan demikian 3.603 M2 X Rp. 335.000,- = Rp.1.207.005.000,- Satu milyar duaratus tujuh lima ribu rupiah
b Membayaar ganti kerugian atas hilangnya keuntungan yang seharusnya
diperoleh sebesar Rp. 300.000,- perharinya, terhitung sejak 25 Februari Tahun 1993 sampai perkara ini diputus dan berkekuatan hukum tetap.
B. Analisa kasus